Zakiah Daradjat merupakan seorang pendidik, psikolog, dan intelektual muslim, yang mempunyai sejumlah pemikiran dan ide menyangkut problematik remaja di Indonesia.
Zakiah Daradjat mengawali pendidikan dasarnya di Bukittinggi (1942) sambil belajar di Madrasah Ibtidaiyah. Selanjutnya ia meneruskan studinya langsung ke Kulliyyah al-Muballigat (setingkat SLTA) di Padangpanjang pada 1947, sementara tingkat SLTP-nya ia peroleh secara ekstranei pada 1947.
Kemudian ia meneruskan studinya di Sekolah Asisten Apoteker (SAA), tetapi ketika baru duduk di tingkat II, studinya terhenti karena terjadi Agresi Militer Belanda II (1949), yang menyebabkan Zakiah bersama keluarganya mengungsi ke pedalaman.
Di saat keadaan mulai aman Zakiah ingin kembali meneruskan studinya di SAA, namun tidak terlaksana mengingat sekolah ini telah bubar. Akhirnya ia masuk SMA/B dan selanjutnya ia melanjutkan studinya di Fakultas Tarbiyah Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) sekaligus di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (1955).
Ketika memasuki tingkat III, Zakiah dihadapkan pada dua pilihan, meneruskan di PTAIN atau di Universitas Islam Indonesia (UII).
Ternyata ia memilih untuk melanjutkan studi di PTAIN. Ketika sedang mengikuti perkuliahan di tingkat IV ia mendapat beasiswa dari Departemen Agama untuk melanjutkan studi di Cairo.
Ia mengambil spesialisasi Diploma Faculty of Education, Ein Shams University, Cairo, dan memperoleh gelar magister pada Oktober 1959 dengan tesis The Problems of Adolescence in Indonesia.
Setelah ia kembali ke tanah air, tesis tersebut diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Problema Remaja di Indonesia. Ia memperoleh gelar Ph.D. pada 1964 dari universitas yang sama dalam spesialisasi psikoterapi (perawatan jiwa).
Pada masa-masa berikutnya ia berkiprah baik di bidang pendidikan maupun birokrasi yang masih berkaitan dengan pendidikan. Sambil belajar di program doktoral, ia sempat menjadi kepala Jurusan Bahasa Indonesia pada Higher School for Language di Cairo (1960–1963).
Setelah kembali ke tanah air ia diangkat menjadi pegawai tinggi Departemen Agama Pusat pada Biro Perguruan Tinggi Agama (1964–1967). Selanjutnya ia menjadi kepala Dinas Penelitian dan Kurikulum pada Direktorat Perguruan Tinggi Agama Departemen Agama RI (1967–1972), dan diangkat menjadi direktur Pendidikan Agama Departemen Agama RI (1972–1977).
Pada masa berikutnya ia menjadi direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI (1977–1984) dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (1983–1988). Pada 1984–1992 ia diberi kepercayaan untuk memangku jabatan direktur Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, di samping tugas pokoknya sebagai guru besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN (kini UIN) Jakarta.
Di samping itu, ia menjadi pengajar tidak tetap di berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan Yogyakarta. Ia aktif mengikuti berbagai seminar di dalam dan luar negeri serta aktif pula menjadi penceramah di berbagai lembaga pendidikan, Radio Republik Indonesia (RRI), dan TVRI. Ia juga menjadi ketua umum Perhimpunan Wanita Alumni Timur Tengah (1993–1998). Zakiah juga menjadi salah seorang pengurus teras Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Menurutnya, sekarang ini anak manusia sedang menghadapi persoalan yang cukup mencemaskan kalau mereka tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh masalah akhlak atau moral dalam masyarakat.
Ketenteraman batin telah banyak terganggu, kecemasan dan kegelisahan orang telah banyak terasa, apalagi mereka yang mempunyai anak remaja yang mulai menampakkan gejala kenakalan dan kekurangacuhan terhadap nilai moral yang dianut orangtua mereka.
Di samping itu ia melihat kegelisahan dan kegoncangan dalam banyak keluarga karena antara lain hilangnya keharmonisan dan kasih sayang. Banyak remaja yang enggan tinggal di rumah, senang berkeliaran di jalanan, tidak memiliki semangat belajar, bahkan tidak sedikit yang tersesat.
Menurutnya, sebab kemerosotan moral di Indonesia adalah:
(1) kurangnya pembinaan mental, dan orangtua tidak memahami perkembangan remaja;
(2) kurangnya pengenalan terhadap nilai Pancasila;
(3) kegoncangan suasana dalam masyarakat;
(4) kurang jelasnya masa depan di mata anak muda; dan
(5) pengaruh budaya asing.
Untuk mengatasinya ia mengajukan jalan keluar, antara lain dengan meningkatkan:
(1) keterlibatan semua pihak (ulama, guru, orangtua, pemerintah, keamanan, dan tokoh masyarakat);
(2) penyaringan terhadap kebudayaan asing;
(3) pembinaan mental;
(4) pendidikan agama di sekolah, keluarga, dan masyarakat;
(5) rasa aman dalam masyarakat;
(6) pembinaan sistem pendidikan nasional; dan
(7) bimbingan dan penyuluhan agama.
Pada tindakan nyata ia merealisasi obsesinya itu dalam bentuk antara lain kegiatan sosial dengan melakukan perawatan jiwa (konsultasi). Masalah yang ditangani mulai dari kenakalan anak sampai gangguan rumah tangga.
Ia aktif memberi bimbingan agama dan berbagai pertemuan remaja dan orangtua, giat mempersiapkan remaja yang baik dengan mendirikan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Ruhama di Cireundeu, Ciputat. YPI Ruhama ini bergerak dalam pendidikan pra sekolah, dasar, menengah, dan atas.
Ia tercatat sebagai guru besar yang paling banyak memperhatikan problematik remaja, sehingga sebagian besar kayyanya mengetengahkan obsesinya untuk pembinaan remaja muslim di Indonesia.
Sebagai guru besar ilmu pendidikan, Zakiah tergolong produktif dalam menulis buku, antara lain Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia (Bulan Bintang, 1977); Problema Remaja di Indonesia (Bulan Bintang, 1978); Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak (Bulan Bintang, 1973); Islam dan Kesehatan Mental (Gunung Agung, 2001); Kesehatan Mental (Gunung Agung, 2001); dan Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (Gunung Agung, 2001).
Daftar Pustaka
Daradjat, Zakiah. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
–––––––. Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
–––––––. Problema Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
Mohamad, Goenawan, et al. Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983– 1984. Jakarta: Grafiti Pers, 1983.
Syahrin Harahap