Negara kerajaan Arab ini terletak di bagian barat daya Asia, barat laut Semenanjung Arabia, dan di timur Laut Tengah; di sebelah utara berbatasan dengan Suriah, di sebelah timur dengan Irak serta Arab Saudi, dan di sebelah barat dengan Israel (dan Palestina).
Negara Yordania dengan wilayah seluas 92.300 km2 berpenduduk sebanyak 10.386.802 jiwa (data 2022) dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 115/km2. Mereka menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dan Islam adalah agama resmi negara. Ibukotanya adalah Amman, dan satuan mata uangnya adalah dinar Yordania.
Fisiografi. Sebelum Tepi Barat dicaplok Israel dalam Perang Arab-Israel 1967, luas Yordania mencapai 97.748 km2. Sungai Yordan membelah wilayahnya atas Tepi Timur dan Tepi Barat. Sejak Perang Arab-Israel 1967, Israel menguasai Tepi Barat yang didiami seperempat penduduk Yordania. Tepi Timur, yang disebut juga Trans-Yordania, jauh lebih luas daripada Tepi Barat, yang merupakan bagian Palestina.
Yordania mempunyai empat wilayah utama, yaitu lembah Sungai Yordan, perbukitan Palestina, Dataran Tinggi Trans-Yordania, dan plato gurun pasir. Lembah Sungai Yordan adalah wilayah yang terhampar dari bagian selatan Laut Galilea sampai ke Laut Mati.
Perbukitan Palestina merupakan barisan bukit yang melintasi Israel, Yordania, dan Libanon; wilayah ini berbatasan dengan lembah Sungai Yordan. Berbatasan dengan lembah Sungai Yordan sebelah timur adalah Dataran Tinggi Trans-Yordania, yang berada pada ketinggian 610–910 m di atas permukaan laut. Adapun di bagian timur wilayah ini terletak plato gurun pasir.
Yordania dipengaruhi iklim Laut Tengah. Negeri ini memiliki dua musim, yakni musim panas yang berlangsung lama serta kering dan musim dingin yang sejuk disertai hujan. Udara di wilayah bagian utara dan barat lebih lembab daripada wilayah selatan dan timur.
Penduduk. Yordania berpenduduk lebih dari sepuluh juta jiwa, termasuk pengungsi Palestina. Sebagian pengungsi Palestina hidup di tenda-tenda di Yordania, namun di antara mereka telah banyak yang memegang peranan penting dalam pemerintahan Yordania dan menjadi pengusaha yang sukses. Kaum Badui sejak 1900-an telah banyak yang menetap di desa dan kota.
Sebagian rakyat Yordania tinggal di pedesaan. Kehidupan di kota telah dipengaruhi modernisasi dan gaya hidup Barat. Kaum wanita telah banyak mengambil peranan dalam masalah pendidikan dan sosial.
Sekitar 95% penduduk adalah muslim, sisanya kebanyakan menganut agama Kristen. Bangunan masjid atau gereja terdapat di setiap pelosok. Peranan suku dan para dai dalam memelihara keutuhan penganut Islam sangat besar. Yordania memiliki ribuan masjid. Di Tepi Barat saja ada ratusan masjid.
Sebagian besar di antara masjid ini dibangun dengan dana masyarakat. Para pegawai masjid, imam, khatib, dan bilal digaji pemerintah. Di antara seluruh dai yang ada, puluhan dai adalah wanita.
Tingkat pendidikan rakyat Yordania dapat dikatakan baik. Pendidikan diselenggarakan swasta dan pemerintah. Wajib belajar diterapkan bagi anak-anak usia 6–16 tahun. Berkat kemajuan pendidikan yang dicapai Yordania, lebih dari 80% rakyatnya dapat membaca dan menulis. Fasilitas pendidikan juga disediakan bagi pengungsi Palestina dengan bantuan swasta, PLO, dan badan PBB.
Universitas Yordania (1962) dan Universitas Jarouk merupakan universitas yang dimiliki Yordania. Puluhan ribu mahasiswa Yordania belajar di berbagai negara.
Pemerintahan. Kerajaan Yordania sejak Februari 1999 diperintah Raja Abdullah II, putra Raja Husein dan cicit pendiri Kerajaan Yordania, Raja Abdullah bin Hussein bin Ali dari Dinasti Hasyimiyah, keturunan Fatimah az-Zahra binti Rasulullah SAW. Raja ini masih memerintah hingga kini (2022).
Orang kedua Yordania adalah Putra Mahkota Hamzah, adik Raja Abdullah II. Raja Abdullah menangani masalah politik, sedangkan Hamzah menangani masalah ekonomi dan pembangunan.
Raja Abdullah II memiliki kekuasaan yang luas. Dia menunjuk pemerintah, menyetujui undang-undang, dan dapat membubarkan parlemen. Selama beberapa tahun terakhir ia telah menghadapi tuntutan yang meningkat untuk reformasi politik, terutama setelah pemberontakan rakyat di Tunisia, yang menyebabkan kekacauan politik di banyak negara Arab setelah 2011.
Raja Abdullah memberhentikan pemerintahannya pada saat itu dan menunjuk yang pertama dari serangkaian perdana menteri, untuk mengawasi pengenalan perubahan politik. Tetapi kekhawatiran atas biaya hidup dan reformasi pajak penghasilan telah menyebabkan sering terjadi aksi protes jalanan.
Menurut Konstitusi 1952, raja memilih perdana menteri dan para anggota kabinet, serta menjadi panglima Angkatan Bersenjata. Anggota inti tentaranya adalah orang Badui yang sangat setia kepada raja. Majelis Nasional (Majlis al-’Umma) Yordania, yakni lembaga legislatif, menggunakan sistem bikameral yang terdiri dari 40 anggota Senat (Majlis al-Ayan) dan 80 anggota Parlemen (Majlis an-Nuwab).
Anggota Senat diangkat oleh raja sedangkan anggota Parlemen dipilih langsung oleh rakyat untuk jangka waktu 4 tahun. Walaupun Yordania berbentuk kerajaan, negara ini merupakan salah satu negara Arab yang demokratis. Negara dibagi ke dalam 12 distrik (alwija) yang dipimpin gubernur yang juga diangkat raja.
Partai politik di negara kerajaan itu telah dibekukan sejak diberlakukannya “keadaan perang” dalam perang tahun 1967 melawan Israel. Namun, secara tidak resmi, masyarakatnya dapat diidentifikasi ke dalam beberapa kelompok politik, kelompok Ba’ath, kelompok pan-Arab nasionalis, kelompok fundamentalis Islam, dan kelompok teknokrat sosialis.
Ekonomi. Hasil utama pertanian Yordania adalah gandum, sayur-mayur, buah-buahan, semangka, lembu, dan kambing. Hasil ini cukup untuk kebutuhan sendiri, bahkan telah diekspor. Industri terdiri dari industri semen, penyulingan minyak, keramik, sigaret, berbagai minuman serta makanan, kertas, sabun, kulit, dan farmasi.
Hasil pertambangan adalah fosfat, potas (kalium karbonat), dan garam. Sebagian besar ekspor Yordania ditujukan ke negara-negara Arab lain, dan sebagian kecil impornya berasal dari negara-negara tersebut. Pendapatan Yordania terpenting lainnya berasal dari tenaga kerjanya di berbagai negara Arab.
Sejarah. Pemukiman pertama di wilayah Yordania terdapat di Yeriko, 22 km di timur laut Yerusalem (8000 SM). Selama Zaman Perunggu (3000–1000 SM), empat negara kecil (Ammon, Edom, Gilead, dan Moab) berdiri di sebelah timur Sungai Yordan. Daerah itu kemudian dikuasai secara bergantian oleh bangsa Assyria, Chaldea, Mesir, dan Persia.
Wilayah ini kemudian ditaklukkan oleh Alexander Agung (raja Macedonia; 336–323 SM). Setelah kematiannya, wilayah itu dibagi dua: bagian utara yang dikuasai kelompok Seleucid (yang kemudian membangun sepuluh kota yang disebut Decapolis, termasuk Jarash dan Philadelphia [Amman sekarang]), dan bagian selatan yang dikuasai kelompo Ptolemi.
Tahun 63 SM orang Romawi menaklukkan Yordania. Selama pemerintahan bangsa ini, sebuah suku bangsa Arab, Nabatea, mengontrol rute perdagangan antara Yaman dan Suriah. Mereka mendirikan ibukota di Petra, di selatan Yordania sekarang. Pada 106 Nabatea ditaklukkan orang Romawi. Setelah Constantinus I, kaisar Romawi, memeluk agama Kristen pada 313, agama tersebut kemudian meluas ke daerah taklukan Romawi, termasuk Yordania.
Pada 636 Yordania dikuasai bangsa Arab muslim pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, khalifah II al-Khulafa’ ar-Rasyidun (Empat Khalifah Besar) yang langsung menerima penyerahan wilayah itu dari bangsa Romawi, penganut Kristen yang menguasai Suriah, Palestina, dan Yordania. Bangsa Romawi menyerah setelah dikepung tentara Islam di bawah pimpinan Khalid bin Walid.
Walaupun Umar menjamin kebebasan beragama bagi penduduknya, Islam dan bahasa Arab cepat diterima penduduk Palestina dan Yordania sehingga penganut Islam menjadi mayoritas di sana sampai sekarang. Khalid kemudian digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah untuk memperebutkan Baitulmakdis (Yerusalem).
Palestina dan Yordania adalah salah satu kantong wilayah Islam di sudut barat laut Semenanjung Arabia yang dikuasai orang Arab. Palestina dan Yordania pernah berada di bawah kekuasaan Dinasti Umayah dan Dinasti Abbasiyah.
Dinasti Umayah lebih menekankan penyebaran Islam dan perluasan wilayah kekuasaan, sedangkan Dinasti Abbasiyah lebih mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
Pada 1099 Yordania diduduki orang Kristen Eropa sebagai akibat Perang Salib. Namun pada 1187, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dari Mesir merebut kembali wilayah Yordania. Sejak itu, Suriah, Yordania, dan Palestina berada di bawah kekuasaan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dan keturunannya.
Sejak 1516 Kerajaan Usmani (Ottoman) menguasai seluruh kawasan Arab, termasuk Yordania. Empat abad kemudian Syarif Hussein bin Ali dari Mekah, Arab Saudi, memberontak kepada Turki. Dalam PD I (1914–1918), putra Hussein, Faisal, memimpin tentara Arab memihak kepada Sekutu untuk melawan Turki.
Perang ini membawa kekalahan di pihak Turki. Pada 1920, daerah timur dan barat Sungai Yordan berada di bawah mandat Inggris. Pada tahun itu juga, Faisal yang berkedudukan di Damascus didepak Prancis, tetapi setahun kemudian diangkat Inggris sebagai raja di Irak.
Inggris membuat bagian timur Yordania (Trans-Yordania) berpemerintahan sendiri dalam bentuk emirat dengan Abdullah, anak Syarif Husein yang lain, sebagai emirnya. Sementara bagian barat tetap dikuasai oleh Inggris.
Sejak Deklarasi Balfour (1917), Inggris menjanjikan sebuah negara merdeka buat orang Yahudi di Palestina. Sejak itulah Inggris berusaha mendatangkan orang Yahudi sebanyak-banyaknya ke Palestina sebagai imigran. Pada 1923, mandat Palestina dibagi atas British Mandate of Transjordan untuk daerah timur dan British Mandate of Palestine untuk bagian barat.
Pada 1928, Inggris mengakui Trans-Yordania sebagai negara merdeka, tetapi dalam masalah pertahanan, belanja negara, dan luar negeri negara itu tetap di bawah pengawasan Inggris. Baru pada 1946, Trans-Yordania merdeka penuh.
Pada 14–15 Mei 1948 tentara Inggris meninggalkan Palestina, dan pada 14 Mei 1948 itu juga kaum Yahudi memproklamasikan negara Israel. Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis segera mengakui Israel. Pertempuran pun meletus antara negara Arab dan Israel.
Tentara Trans-Yordania merebut Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, tempat Masjidilaksa berdiri. Pada 1949, Trans-Yordania berganti nama menjadi Hashemite Kingdom of Jordan atau Kerajaan Hasyimiyah Jordania. Pada 24 April 1950, Yordania secara resmi menduduki daerah Palestina, Tepi Barat, termasuk Yerusalem.
Pada 1951, Raja Abdullah terbunuh di Yerusalem. Ia digantikan anaknya, Talal, yang tak lama kemudian turun takhta karena sakit mental. Pada 1952, Husein menggantikan ayahnya, tetapi baru pada awal Mei 1953 dinobatkan menjadi raja setelah menamatkan pendidikannya pada The Royal Military College di Inggris.
Dalam Perang Arab-Israel 1967, Tepi Barat dan Yerusalem Timur direbut Israel. Sementara itu, orang Palestina berusaha memperjuangkan sebuah negara berdaulat, yaitu negara Palestina di luar Yordania. Rencana Husein agar Palestina bergabung dengan Yordania mereka tolak. Dalam Perang Arab-Israel 1973, Israel tidak dapat diusir dari daerah Arab yang didudukinya.
Pada 1974 Raja Husein melepaskan tuntutannya atas Tepi Barat. Ia dan para pemimpin Arab lainnya setuju bahwa wilayah itu menjadi bagian dari Benteng Qusair ‘Amra (Benteng Merah) di gurun pasir Yordania, dibangun oleh Khalifah al-Walid I, rencana negara Palestina merdeka dan memberi tanggung jawab kepada Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) untuk merebutnya dari Israel.
Yordania adalah negara Arab yang paling langsung merasakan akibat konflik Arab-Israel mengenai Palestina, baik dari Israel maupun dari PLO dan pengungsi Palestina. Dalam Konferensi Perdamaian Internasional Timur Tengah di Madrid, Spanyol, akhir Oktober 1991, masalah tersebut belum juga terselesaikan. Masjidilaksa, yang terletak di Yerusalem Timur dan diduduki Israel, sampai sekarang tetap diurus dan dibiayai oleh Departemen Waqaf Yordania.
Yordania, selain menjadi anggota PBB, juga anggota Liga Arab dan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Yordania juga selalu aktif dalam berbagai kegiatan dunia Islam melalui badan Islam internasional.
Daftar Pustaka
Adams, Michael, ed. Handbook to the Modern World: The Middle East. New York: Fack on File Publication, 1988.
Amin, Ahmad. Fajr al-Islam. Cairo: Maktabah an-Nahdah al-Misriyah, 1975.
Anton, Richard T. “Yordan,” The World Book Encyclopaedia. London-Chicago-Sydney-Toronto: World Book, Inc., 1986.
Brockelmann, Carl. Geschichte der Islamischen Volker und Staaten, atau History of Islamic Peoples. London: Routledge dan Kegan Paul, 1980.
Illick, J. Rowland. “Yordan,” Grolier Academic Encyclopaedia. t.tp.: Grolier International, 1983.
Ligum, Collin. Middle East Contemporary Survey. New York–London: Holmes & Meier Publishers, 1979.
Mu’min, Mustafa. Qasamat al‑‘Alam al‑Islami al‑Mu‘asir. Beirut: Dar al‑Fikr, 1974.
Talal, Hassan bin. Tentang Yerusalem, terj. Joebaer Ajoeb. Jakarta: Inkultura Foundation, Inc., t.t.
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-14631981, diakses pada 28 April 2022.
https://www.worldometers.info/world-population/jordan-population/, diakses pada 28 April 2022.
J. Suyuti Pulungan
Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (April 2022)