Kitab ulumul hadis adalah kitab tentang ilmu hadis (‘ulum al-hadits) atau kajian mengenai hadis. Pembahasannya ada yang bersifat umum, mencakup semua yang berkaitan dengan hadis, dan ada pula yang membahas aspek tertentu, seperti perawi dan matan.
Sejarah Perkembangan.
Penulisan kitab ulumul hadis dimulai sejak awal abad ke-2 Hijriah, ketika ulama hadis mulai mengklasifikasi macam-macam hadis ditinjau dari kesahihan, kehasanan, kedaifan, dan kepalsuan hadis.
Kondisi sosial politik pada waktu itu menyebabkan munculnya hadis palsu yang dibuat kelompok tertentu untuk mendukung kepentingan politik mereka. Dari pembagian ini muncul pula istilah hadis makbul (diterima) dan hadis mardud (ditolak).
Pengklasifikasian ini bertujuan untuk menyaring dan menyeleksi hadis mana yang dinilai dapat dijadikan pegangan dan hadis mana pula yang tidak. Pada masa ini penelitian terhadap keberadaan suatu hadis, baik dari segi sanad maupun matan, mulai dilakukan. Cabang ilmu hadis yang muncul pertama kali pada abad ini adalah al-jarh wa at-ta‘dil (ilmu yang membahas dan meneliti secara khusus keadaan para perawi hadis).
Abu Bakar Muhammad bin Syihab az-Zuhri (51 H/670 M–124 H/742 M), imam dan ulama besar di Hijaz dan Syam (Suriah), peletak pertama kaidah dasar ilmu hadis. Ia tercatat sebagai orang pertama yang menghimpun hadis Nabi SAW atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Umar II, memerintah 99 H/717 M–102 H/720 M).
Ilmu hadis pada waktu itu belum ditulis secara terpisah dalam kitab tersendiri. Penulisannya disatukan dalam kitab hadis dan tema lainnya, seperti ar-Risalah (Misi), buku karangan Imam Syafi‘i yang membahas ilmu hadis sekaligus ilmu usul fikih.
Pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriah, penulisan ilmu hadis sudah mulai dilakukan secara intensif. Masa ini dipandang para ulama hadis sebagai masa keemasan penulisan ilmu hadis.
Dalam periode ini diteliti aspek yang berkaitan dengan periwayatan dan para perawi hadis. Pada masa inilah muncul tokoh hadis terkenal seperti Bukhari, Muslim, Ibnu Khuzaimah (w. 311 H/924 M), dan Ibnu Hibban al-Busti (w. 354 H/965 M).
Karya ulama mengenai ilmu hadis yang muncul pada abad ke-3 Hijriah antara lain Tarikh ar-Rijal (Sejarah Para Perawi Hadis) oleh Yahya Ibnu Ma‘in (w. 233 H/848 M), al-‘Ilal wa Ma‘rifah ar-Rijal (Mengenal Para Perawi dan Cacatnya) oleh Imam Hanbali, Ushul as-Sunnah (Dasar-Dasar tentang Hadis) dan Madzhahib al-Muhadditsin (Aliran-Aliran Ahli Hadis; dua jilid) oleh Imam al-Madini (161 H/778 M–234 H/849 M).
Muhammad Ajaj al-Khatib (ahli hadis dari Suriah) mengatakan bahwa kedua buku terakhir ini tidak sampai kepada kita. Sementara itu, Imam Muslim (202 H/817 M–261 H/875 M) dalam bukunya as-sahih (Hadis-Hadis yang Sahih) mengemukakan uraian mengenai ilmu hadis pada bab pendahuluannya.
Pada akhir abad ke-3 Hijriah, Imam Abu Bakar Ahmad bin Harun bin Rauj al-Bardiji (w. 301 H) menyusun berbagai kitab mengenai ilmu hadis. Beberapa di antaranya ialah Ma‘rifah al-Muttasil min al-hadits wa al-Mursal wa al-Maqti‘, wa Bayan at-turuq as-sahihah (Mengenal Hadis Muttasil, Hadis Mursal, Hadis Maqthu‘, dan Penjelasan tentang Cara yang Benar) dan Ma‘rifah Ushul al-hadits (Mengenal Dasar-Dasar Hadis).
Penyusunan ilmu hadis secara lengkap dilakkan sejak pertengahan abad ke-4 sampai dengan awal abad ke-7 Hijriah. Pada masa ini muncul berbagai kitab yang membicarakan aspek ilmu hadis yang belum dibicarakan pada masa sebelumnya, di samping kitab yang berisi komentar (taklik dan syarah) terhadap kitab sebelumnya. Cukup banyak kitab yang ditulis pada masa ini, di antaranya sebagai berikut.
(1) Al-Muhaddits al-Fasil bain ar-Rawi wa al-Wa‘i (Ahli Hadis yang Membedakan antara Perawi dan Pemelihara Hadis) oleh Abu Muhammad al-Hasan bin Abdurrahman bin Khallad ar-Ramahurmuzi (265 H/879 M–360 H/971 M). Buku ini dipandang sebagai karya ar-Ramahurmuzi terlengkap mengenai ilmu hadis.
(2) Al-Kifayah fi ‘Uum al-hadits (Buku Lengkap tentang Ilmu Hadis) oleh al-Khatib al-Baghdadi (w. 463 H/1073 M).
(3) Ma‘rifah ‘Ulum al-hadits (Mengenal Ilmu Hadis) oleh Hakim an-Naisaburi (321 H/933 M–405 H/1014 M).
(4) At-Tamhid li ma fi al-Muwaththa’ min al-Ma‘ani wa al-Asanid (Pengantar tentang Pengertian dan Sanad dalam buku al-Muwaththa’) oleh Imam al-Hafiz Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr an-Namiri al-Qurtubi (368 H/979 M–463 H/1071 M).
(5) Al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah (Pengetahuan yang Cukup tentang Ilmu Meriwayatkan Hadis) oleh al-Khatib al-Baghdadi.
(6) Al-Jami‘ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami‘ (Buku Lengkap tentang Etika Para Perawi dan Sopan Santun Para Pendengar Hadis) oleh al-Khatib al-Baghdadi.
(7) Syaraf Ashab al-hadits (Kemuliaan bagi Ahli Hadis) oleh al-Khatib al-Baghdadi.
Masa kesempurnaan penyusunan ilmu hadis berlangsung mulai abad ke-7 sampai abad ke-10 Hijriah. Di antara buku ilmu hadis yang muncul pada masa ini ialah ‘Ulum al-hadits (Ilmu-Ilmu Hadis) oleh Abu Amar Usman bin Salah atau Ibnu Salah (w. 642 H/1246 M).
Buku lain yang muncul pada masa ini merupakan ringkasan ataupun komentar terhadap buku-buku ulama sebelumnya, seperti al-Irsyad (Petunjuk) oleh Imam Nawawi (w. 676 H/1277 M) dan Tadrib ar-Rawi Syarh Taqrib an-Nawawi (Kitab tentang Perawi, merupakan ulasan terhadap at-Taqrib karangan Imam Nawawi) oleh as-Suyuti (w. 911 H/1505 M).
Masa kemunduran ilmu hadis berlangsung mulai abad ke-10 sampai awal abad ke-14 Hijriah. Pada masa ini tidak banyak kitab baru yang dihasilkan ulama. Karya yang muncul pada masa ini hanya merupakan ringkasan kitab ilmu hadis ulama terdahulu yang disusun dalam bentuk prosa maupun puisi.
Di antaranya al-Manzumat al-Baiquniyyah (Syair Baiquni) oleh Umar bin Muhammad bin Futuh al-Baiquni ad-Dimasyqi (w. 1080 H/1669 M).
Masa kebangkitan kembali ilmu hadis berlangsung sejak awal abad ke-14 Hijriah sampai kini. Pada masa ini kegairahan untuk menulis buku ilmu hadis muncul kembali, baik dari aspek kaidah dan sejarah hadis maupun metode kajian hadis.
Buku ilmu hadis yang muncul pada masa ini cukup banyak jumlahnya. Di antaranya Qawa‘id at-Tahdits (Kaidah Periwayatan Hadis) oleh Syekh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi ad-Dimasyqi, Miftah as-Sunnah (Kunci Sunah; membahas sejarah bidang ilmu hadis) oleh Abdul Aziz al-Khauli, al-hadits wa al-Muhadditsin (Hadis dan Ahli Hadis) oleh Syekh Muhammad Abu Zahw, dan al-Manhaj al-hadits fi ‘Ulum al-hadits (Metode Baru dalam Ilmu Hadis) oleh Syekh Muhammad as-Simahi.
Pembagian Kitab Ulumul Hadis. Dilihat dari uraian yang disajikan di dalamnya, buku ilmu hadis dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu: (1) yang menguraikan berbagai aspek mengenai hadis secara umum dan (2) yang menguraikan aspek tertentu dari persoalan ilmu hadis.
Buku ilmu hadis kategori pertama adalah sebagai berikut.
(1) ‘Ulum al-hadits wa Musthalahuh (Ilmu Hadis dan Istilahnya) oleh Dr. Subhi as-Salih (guru besar ilmu keislaman dan linguistik Universitas Libanon). Sampai kini buku ini sudah belasan kali dicetak ulang.Buku ini berisi uraian mengenai persoalan yang berkaitan dengan hadis, yang dibaginya dalam lima bab.
Bab pertama menguraikan sejarah hadis, mencakup pembahasan mengenai istilah hadis, kodifikasi hadis, pencarian hadis, tingkatan hadis, gelar para ahli hadis, dan lafal yang digunakan dalam menerima dan menyampaikan hadis. Bab kedua berisi uraian mengenai penyusunan ilmu-ilmu hadis, mencakup ilmu hadis riwayah dan dirayah, tingkatan kitab hadis riwayah, dan syarat perawi.
Bab ketiga berisi uraian mengenai musthalah al-hadits (istilah hadis), mencakup pembagian hadis menjadi hadis sahih, hadis hasan, hadis daif (lemah), dan hadis maudhu‘ (palsu).
Bab keempat berisi uraian tentang kedudukan hadis dalam penetapan hukum, bahasa, dan sastra, mencakup kedudukan hadis dalam penetapan hukum, hadis sahih sebagai dalil dalam penetapan hukum, pengaruh hadis terhadap ilmu sastra, dan pengaruh hadis dalam bahasa dan nahu.
Bab kelima mengenai tingkat perawi, mencakup uraian tentang kitab yang berbicara tentang tingkat perawi, tingkat perawi versi ulama, riwayat hidup beberapa orang sahabat, dan Riwayat beberapa tabiin, para pengikut tabiin (atba‘ at-tabi‘in) serta pengikut para pengikut tabiin (atba‘ atba‘ at-tabi‘in).
(2) Al-Manhaj an-Naqd fi ‘Ulum al-hadits (Metode Kritik dalam Ilmu-Ilmu Hadis) karya Nuruddin Atr, seorang pakar hadis dari Universitas al-Azhar, Cairo, dan Universitas Damascus. Pembahasan ilmu hadis dalam buku ini dibagi atas empat bagian.Bagian pertama adalah pengantar umum mengenai musthalah al-hadits dan hal-hal yang berkaitan dengan pengertian, periode, penulis, dan buku terkenal yang disusun dalam setiap periode.
Bab kedua tentang perawi hadis, mencakup keadaan perawi yang dapat diterima dan ditolak hadisnya. Bab ketiga mengenai ilmu hadis riwayah, mencakup cara menerima dan menyampaikan hadis.
Bab keempat adalah macam-macam hadis yang dapat diterima dan harus ditolak. Bab kelima tentang matan (materi) hadis, mencakup uraian mengenai matan hadis dilihat dari periwayatnya dan dari segi isinya.
Bab keenam adalah sanad hadis, baik dari segi persambungan sanad maupun segi terputusnya.
Bab ketujuh mengenai ilmu hadis yang berhubungan dengan keterkaitan antara sanad dan matan, berisi pembahasan tentang hadis yang hanya diriwayatkan seorang perawi, hadis yang diriwayatkan banyak perawi, dan perbedaan periwayatan hadis.
Di bagian akhir buku ini dikemukakan pula pandangan dan sikap para orientalis (orientalisme) terhadap kedudukan hadis.
(3) Maqayis an-Naqd Mutun as-Sunnah (Beberapa Kriteria dalam Mengkritik Matan Hadis) oleh Musfir Azmullah ad-Dumaini, pakar hadis di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Imam Muhammad bin Sa‘ud, Riyadh. Buku ini berisi uraian yang cukup lengkap mengenai kriteria yang dapat dijadikan tolok ukur untuk mengkritik hadis.
Bagian tamhid (pendahuluan) menguraikan kodifikasi hadis, periwayatan hadis dengan lafal dan makna, pemalsuan hadis, pentashihan (menyatakan hadis sebagai sahih) dan pentad‘ifan (menyatakan hadis sebagai lemah) pada masa-masa terakhir, dan kajian sanad serta matan.
Selanjutnya kriteria kritik hadis dibagi atas tiga bagian besar, yaitu di kalangan para sahabat, di kalangan ahli hadis, dan di kalangan ahli fikih.
(4) Mafathih ‘Ulum al-hadits wa turuq Takhrijih (Kunci Ilmu Hadis dan Metode Penentuan Derajat Hadis) oleh Muhammad Usman al-Khusyt. Uraian dalam buku ini dibagi atas sembilan pokok bahasan, yaitu:
(a) kaidah yang ditempuh dalam ilmu riwayah serta metode periwayatan dan kajian hadis;
(b) kritik tentang perawi hadis, mencakup nama, gelar, sifat, kedudukan, syarat perawi, dan kriteria hadis yang dapat diterima dan ditolak;
(c) matan hadis dilihat dari segi pengucapnya, yang mencakup hadis nabawi (hadis yang lafal dan maknanya berasal dari Nabi SAW) dan hadis qudsi (hadis yang maknanya berasal dari Allah SWT dan lafalnya dari Nabi SAW) dan perbedaan antara hadis qudsi dan Al-Qur’an;
(d) pembagian hadis dilihat dari jalur periwayatan hadis, seperti hadis mutawatir (hadis yang diriwayatkan sejumlah perawi) dan hadis ahad (yang diriwayatkan hanya seorang perawi);
(e) hadis sahih dan hadis hasan, mencakup tingkatan serta perbedaan dan syarat-syarat keduanya;
(f) hadis yang harus ditolak dan tingkat-tingkatnya, hadis daif (lemah) dan hadis muda‘af (yang dianggap lemah), hadis maudhu ‘ (palsu), dan hadis matruk (yang ditinggalkan);
(g) berbagai hal yang berkaitan dengan hadis sahih, hasan, dan daif, yang mencakup hadis muttasil (yang sanadnya bersambung), hadis musnad (yang bersambung sanadnya sampai kepada Nabi SAW), hadis mu‘an‘an (hadis yang dimulai dengan kata ‘an = dari), dan hadis mu’annan (hadis yang dimulai dengan kata anna = bahwa);
(h) ilmu dirayah hadis, seperti persoalan sebab munculnya hadis serta hadis yang nasikh (membatalkan) dan mansukh (dibatalkan); dan
(i) takhrij (penentuan derajat) hadis dilihat dari segi sanad dan matannya dengan berdasarkan pada kata pertama yang terdapat dalam hadis, perawi hadis, lafal hadis, dan berdasarkan topik yang dibicarakan dalam hadis.
(5) Usul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid (Dasar-Dasar Takhrij Hadis dan Studi tentang Sanadnya) oleh Mahmud at-Tahhan, pakar hadis pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Imam Muhammad bin Sa‘ud, Riyadh.
Buku yang membicarakan secara khusus dan lebih mendetail dasar dan cara yang ditempuh untuk melakukan takhrij hadis dan tentang kajian yang berhubungan dengan sanad hadis ini berisi uraian mengenai:
(a) cara mentakhrij hadis yang dapat dilakukan dengan meninjau hadis dari aspek perawi dari kalangan sahabat, dari kata pertama yang digunakan hadis, dari kata yang jarang digunakan dalam hadis, dari topik pembicaraan hadis, dan dari segi matan dan sanad hadis serta
(b) kajian sanad dan penentuan kedudukan hadis, mencakup uraian mengenai ilmu al-jarh wa at-ta‘dil, berbagai kitab yang membicarakan perawi hadis, dan tahapan yang ditempuh dalam kajian sanad hadis.
(6) Ushul al-hadits, ‘Ulumuhu wa Muhtalahuh, oleh Muhammad Ajaj al-Khatib, seorang pakar hadis dari Fakultas Syariah Universitas Damascus. Buku ini selesai ditulis 1966 dan sudah beberapa kali diterbitkan, di antaranya oleh Dar al-Fikr, Beirut, sebanyak empat kali.
Pembahasannya diawali dengan uraian umum mengenai ilmu hadis riwayah dan dirayah, peranan ilmu hadis, perkembangan ilmu usul hadis, macam-macam ilmu hadis, dan metode mempelajarinya.
Kemudian diuraikan mengenai pengertian sunah, hadis, khabar, dan atsar, kedudukan sunah dalam penetapan hukum, hadis pada masa Nabi SAW, hadis pada masa sahabat dan tabiin, dan kegiatan para sahabat dan tabiin dalam mengembangkan dan menyebarkan hadis.
Uraian yang dikemukakan dalam buku tersebut antara lain:
(a) kodifikasi hadis, naskah-naskah hadis pada awal Islam, pandangan ulama tentang kodifikasi hadis, dan pandangan Syiah tentang kodifikasi hadis;
(b) cara menerima dan menyampaikan hadis, pengetahuan tentang sejarah para perawi hadis, pengetahuan tentang penilaian terhadap para perawi, hadis yang nasikh (membatalkan) dan hadis yang Mansukh (dibatalkan), dan pengetahuan tentang cacat hadis;
(c) tingkatan hadis dan ciri-cirinya, mulai dari hadis sahih sampai dengan hadis maudhu‘; dan
(d) etika dan tata cara periwayatan hadis dan gelar para ahli hadis. Buku ini diakhiri dengan pembahasan khusus mengenai buku ilmu hadis.
(7) ‘Ulum al-hadits (Ilmu-Ilmu Hadis) oleh Ibnu Salah. Buku yang kemudian dikenal dengan nama Muqaddimah Ibn as-salah ini sudah beberapa kali dicetak ulang di Cairo dan Beirut. Buku ini berisi uraian mengenai 65 pokok persoalan yang berkaitan dengan ilmu hadis yang dimulai dengan uraian mengenai macam hadis dan diakhiri dengan pembahasan tentang perawi hadis.
(8) Lamhah fi Ushul al-hadits (Beberapa Uraian tentang Ilmu Hadis) oleh Muhammad Adib Salih, seorang pakar hadis di Universitas Damascus. Buku ini pertama kali diterbitkan 1389 H/1969 M dan hingga kini sudah berulang kali dicetak, baik di Damascus maupun di Beirut.
Berbeda dengan buku ilmu hadis yang lain, buku ini menguraikan masalah ilmu hadis tanpa memberi nomor bab atau pasal dalam setiap topik pembicaraan. Walaupun begitu, pokok masalah yang diuraikan cukup jelas dan sistematis dengan bahasa yang relatif mudah dipahami.
Dilihat dari urutan penyajian, pembahasannya dimulai dengan pengertian ilmu hadis, peranan ilmu hadis dan tujuan mempelajarinya, dan perkembangan ilmu hadis serta pengkodifikasiannya.
Uraian ini kemudian diikuti dengan pembahasan tentang hadis, sunah, khabar, dan atsar, serta perbedaan antara hadis nabawi dan hadis qudsi. Buku ini juga mengungkapkan sejarah penulisan dan kodifikasi hadis, disusul uraian tentang macam hadis secara panjang lebar, dan diakhiri dengan uraian tentang cara menerima dan menyampaikan hadis.
(9) Qawa‘id at-Tahdits min Funun Mustalah al-hadits (Kaidah Periwayatan Hadis dalam Bidang Musthalah Hadis) oleh Syekh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi ad-Dimasyqi. Isinya terbagi dalam sepuluh pokok bahasan.
Buku ini secara umum berisi uraian mengenai keutamaan hadis, ilmu hadis, para perawinya, kitabnya, tingkat hadis, ciri hadis yang dapat dan tidak dapat dijadikan hujah dan hukum mengamalkannya, kedudukannya dalam agama, serta aliran-aliran hadis. Cakupan buku ini lebih lengkap dibandingkan buku ilmu hadis yang lain.
Kelebihannya terletak pada isi bab pertama yang menguraikan secara khusus keutamaan hadis, keutamaan perawi hadis, anjuran Nabi SAW untuk meriwayatkan dan mendengarkan hadis keistimewaan orang yang menjaga dan menghidupkan hadis, dan pahala bagi orang yang berpegang pada sunah.
Uraian seperti ini jarang ditemukan dalam kitab ilmu hadis lainnya. Uraian pada bab-bab berikutnya tidak jauh berbeda dengan isi buku ilmu hadis lainnya.
(10) As-Sunnah, hujjiyyatuha wa Makanatuha fi al-Islam wa ar-Radd ‘ala Munkiriha (Sunah: Kehujahan, Kedudukannya dalam Islam, dan Penolakan terhadap Pengingkarnya) oleh Muhammad Luqman as-Salafi.
Buku ini pertama kali dicetak di Madinah 1989 oleh Maktabat al-Iman. Dilihat dari judulnya, buku ini menekankan pembahasan pada aspek penggunaan hadis sebagai dasar dan dalil dalam menetapkan hukum syarak serta usaha untuk meyakinkan para pengingkarnya.
Pembahasannya dibagi atas lima bagian pokok, yaitu
(a) pengertian sunah dan kedudukannya dalam penetapan hukum;
(b) kekuatan hukum dan keberadaan sunah menurut Al-Qur’an, hadis, dan kesepakatan ulama;
(c) kedudukan sunah terhadap Al-Qur’an, yang mencakup pembahasan mengenai kedudukan sunah sesudah Al-Qur’an dan penjelasan bahwa sunah berdasarkan Al-Qur’an;
(d) beberapa macam hadis, yang mencakup tiga hal: hadis ahad, hadis mursal (hadis yang diriwayatkan tabiin langsung dari Nabi SAW), dan periwayatan hadis dengan makna; dan
(e) fitnah tentang pengingkaran terhadap keberadaan sunah sebagai dasar hukum, mencakup uraian mengenai kodifikasi sunah, pengingkaran sunah pada abad ke-2 H, keraguan orientalis terhadap keautentikan sunah, dan perlawanan terhadap sunah yang terjadi pada abad ke-14 H.
(11) Qawa‘id fi ‘Ulum al-hadits (Kaidah Ilmu Hadis) oleh al-Allamah al-Muhaqqiq al-Muhaddis al-Faqih Zafar Ahmad al-Usmani at-Tahanawi. Isinya mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu hadis yang dibagi atas beberapa pasal. Uraiannya disertai pula dengan pandangan dan pendapat ulama hadis berkenaan dengan topik pembahasan yang dibicarakan.
Sebelum memasuki uraian dalam pasal-pasal itu, penulis membaha terlebih dahulu kedudukan buku ini, prinsip dan batasan umum yang berkaitan dengan hadis riwayah dan dirayah, kegunaan, topik pembahasan, permasalahan, dan dasarnya. Uraian ini diikuti dengan pengertian beberapa istilah yang berkaitan dengan hadis yang digunakan dalam buku ini.
Pembagian hadis (seperti sahih, hasan, dan daif) tidak luput pula dibahas. Yang paling banyak diungkapkan –hingga 430 halaman– ialah macam hadis, mencakup pengertian setiap macam hadis, pembagiannya, contoh hadis, dan komentar serta penilaian ulama terhadap hadis, baik dilihat dari segi perawi maupun matannya.
Buku ini juga menampilkan cara yang harus ditempuh untuk memadukan antara dua atau lebih hadis yang berbeda dengan mengemukakan prinsip yang dikemukakan ulama.
Juga dikemukakan faktor yang menyebabkan suatu hadis yang materi dan isinya sama dijadikan hujah oleh sebagian ulama, dan tidak dapat dijadikan hujah oleh sebagian ulama yang lain.
(12) Al-hadits wa al-Muhadditsun (Hadis dan Para Ahli Hadis) oleh Syekh Muhammad Abu Zahw, pakar hadis dari Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar, Cairo. Buku ini diterbitkan pertama kali di Cairo 1983.
Pada intinya buku ini menguraikan perkembangan hadis sepanjang masa mulai dari masa Rasulullah SAW sampai sekarang. Di dalamnya dikemukakan pula para tokoh dan ulama hadis, baik dari kalangan sahabat, tabiin, maupun atba‘ at-tabi‘in, yang telah berjasa memelihara, menyebarkan, dan mengembangkan hadis.
Hal-hal lain yang diuraikan dalam buku tersebut ialah:
(a) periodisasi perkembangan hadis;
(b) pengertiannya, hubungannya dengan wahyu, kedudukannya dalam Islam, dan penolakan oleh pengingkarnya untuk dijadikan dalil;
(c) pembagian hadis, para ulama yang melakukan penilaian terhadap para perawi hadis, buku yang membahas para perawi yang tsiqah (tepercaya periwayatannya) dan du‘afa’ (yang diangga lemah periwayatannya), dan sejarah para perawi.
Periodisasi perkembangan hadis dalam buku ini dibagi atas tujuh periode, yaitu masa Nabi SAW, masa al-Khulafa’ ar-Rasyidun, masa setelah al-Khulafa’ ar-Rasyidun sampai akhir abad ke-1 H, masa abad ke-2 H, masa abad ke-3 H, masa dari tahun 300 H/913 M sampai 656 H/1258 M, dan masa dari 656 H/1258 M sampai sekarang.
Dalam setiap periode dikemukakan perkembangan hadis dan usaha para ahli hadis serta ulama dalam memelihara kelestarian hadis, mengumpulkan hadis, mengembangkan dan menyebarkan hadis, tantangan yang dihadapi para pendukung hadis dalam menyebarkannya, dan pengaruh kondisi sosial politik masyarakat dalam setiap periode terhadap keberadaan hadis.
Dikemukakan pula karya tulis ulama, baik di bidang hadis maupun di bidang ilmu hadis.
Buku-buku ilmu hadis kategori kedua adalah sebagai berikut.
(1) Tahdzib at-Tahdzib, oleh Ibnu Hajar al-Asqalani (773 H/1372 M–852 H/1449 M). Kitab ini terdiri atas 14 jilid; 12 jilid pembahasan inti dan 2 jilid indeks. Perawi yang disebutkan di dalamnya berjumlah 3.042 orang.
Karya ini merupakan buku terlengkap yang membahas para tokoh dan perawi hadis mulai dari para sahabat sampai dengan atba‘ at-tabi‘in yang disusun alfabetis. Buku ini termasuk dari 33 buku pegangan utama bagi para kritikus hadis pada masa kini dalam menilai dan menentukan tingkat kesahihan hadis.
Dalam bagian pendahuluan, Ibnu Hajar mengemukakan tingkat para perawi menurut masa hidup dan kelompoknya, mencakup perawi tabaqat as-sahabah (tingkat para sahabat Nabi SAW), perawi tabaqat at-tabi‘in (tingkat para tabiin), dan perawi tabaqat atba‘ at-tabi‘in (tingkat para pengikut tabiin).
Kelompok perawi yang terakhir ini dibaginya pula menjadi lima tingkat berdasarkan penilaian terhadap diri perawi dan hadis yang diriwayatkannya.
Menurut Ibnu Hajar, hadis yang diriwayatkan oleh tiga tingkat pertama dari lima kelompok itu dapat dijadikan dalil, sedangkan tingkat keempat hanya dapat diterima hadisnya dalam hal yang berkaitan dengan adab dan kezuhudan, tidak dalam persoalan halal dan haram.
Adapun hadis dari perawi di tingkat kelima tidak dapat diterima dan tidak dapat dijadikan hujah. Hal lain yang dikemukakan pada pendahuluannya itu ialah kedudukan ilmu al-jarh wa at-ta‘dil dan judul-judul buku tentang penilaian terhadap para perawi.
Setiap uraian mengenai seorang perawi diberi nomor urut yang diikuti kode tertentu, diambil dari nama para perawi. Misalnya, Bukhari diberi kode “Kho (dalam huruf Hijaiyah)”, Muslim dengan “Mim”, Abu Dawud “Dal”, Tirmizi “Ta”, an-Nasa’i “Sin”, dan Ibnu Majah “Qof”. Nama perawi dalam buku ini diberikan secara lengkap, termasuk gelar dan nama samarannya.
Setelah menampilkan nama setiap perawi, Ibnu Hajar langsung mengemukakan sejumlah nama ulama/ perawi yang meriwayatkan hadis kepada perawi itu dengan ungkapan rawa‘an (ia menerima atau meriwayatkan hadis dari) dan sejumlah nama perawi/ulama yang menerima hadis dari perawi itu dengan menggunakan ungkapan rawa‘anhu (ia meriwayatkan hadis kepada).
Bersamaan dengan itu sering kali disebutkan pula tahun lahir dan wafatnya serta sejarah singkat kehidupannya yang berkaitan dengan hadis. Pada perawi tertentu dikemukakan pula penilaian para tokoh dan kritikus hadis tentang perawi tersebut yang berkaitan dengan kapasitasnya dalam meriwayatkan hadis, misalnya tentang ketsiqahannya (ketepercayaannya dalam meriwayatkan hadis) dan kekuatan hafalannya.
(2) As-Sahabah wa Juhuduhum fi Khidmah al-hadits an-Nabawi (Sahabat Nabi dan Usaha Mereka dalam Melayani Hadis Nabi) oleh Muhammad as-Sayid Nuh. Buku ini terbit pertama kali pada tahun 1993. Sesuai dengan judulnya, pembahasannya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan persoalan sahabat dan usaha mereka memelihara, menyampaikan, dan menyebarkan hadis.
Pembahasan ini dimulai dengan pengertian sahabat, tingkatan sahabat, dan kedudukan ucapan, fatwa, serta amal mereka dalam hukum. Pembahasan kedua berisi uraian mengenai usaha para sahabat dalam melayani hadis pada masa Rasulullah SAW. Pembahasan ketiga berisi uraian mengenai usaha para sahabat dalam melayani hadis setelah wafat Rasulullah SAW.
(3)Tarikh Asma’ ats-siqat (Sejarah Para Tokoh Hadis yang Tepercaya), oleh Abu Hafs Umar bin Ahmad bin Usman, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Syahin (297 H/910 M–385 H/995 M). Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 1986. Sebelum diterbitkan, buku ini berbentuk manuskrip. Buku ini berisi uraian mengenai para tokoh dan perawi hadis yang pernah meriwayatkan hadis kepada Ibnu Syahin. Tokoh yang disebutkan itu berjumlah 1.564 perawi hadis, disusun secara alfabetis.
Dilihat dari judulnya, buku ini berisi uraian mengenai berbagai tokoh dan para perawi hadis yang dianggap tepercaya (siqah) dan dapat diterima hadisnya. Akan tetapi, menurut penilaian Dr. Abdul Mu’ti Amin Qal’aji, seorang ulama hadis, berdasarkan beberapa pernyataan yang diungkapkan penulisnya sendiri, di dalamnya terdapat pula perawi yang tidak siqah.
(4) Kitab ad-du‘afa’ wa al-Matruin (Buku tentang Para Perawi yang Lemah dan yang Ditinggalkan Hadisnya) oleh Syekh al-Imam Jamaluddin Abu al-Faraj Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin al-Jauzi al-Baghdadi, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu al-Jauzi (510 H/1117 M–597 H/1201 M). Buku ini terdiri atas tiga jilid, diterbitkan pertama kali oleh Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 1986. Sebelum dicetak, buku ini berbentuk manuskrip. Perawi hadis yang disebutkan dalam buku ini adalah perawi yang oleh penulisnya dianggap lemah dalam meriwayatkan hadis dan harus ditinggalkan hadisnya. Mereka seluruhnya berjumlah 4.012 orang yang disusun menurut alfabet Arab dengan disertai nomor urut.
Dalam mengemukakan setiap perawi, Ibnu al-Jauzi hanya menjelaskan nama perawi secara lengkap, perawi tempat ia menerima hadis, dan penilaian ulama terhadap diri perawi tersebut. Sebagian perawi tidak disebutkan dari siapa ia meriwayatkan hadis. Kekurangan yang menonjol dari buku ini ialah tidak dicantumkannya masa hidup setiap perawi, baik tahun lahir maupun tahun wafat. Perawi yang menggunakan nama samaran (kunniyyah), seperti lafal Abu dalam periwayatan hadis diletakkan pada bagian belakang. Uraian tentang perawi dalam buku ini sangat singkat dan sederhana.
(5) Kitab al-Majruhin (Buku tentang Para Perawi yang Cacat) oleh Imam al-Hafiz Muhammad bin Ahmad bin Hibban al-Busti, yang telah dikenal dengan nama Ibnu Hibban al-Busti (w. 354 H/965 M). Buku ini terdiri atas tiga jilid dan diterbitkan pertama kali oleh Dar al-Wa’yi di Aleppo (Haleb) 1396 H/1976 M. Uraian di dalamnya disertai dengan komentar yang diberikan Mahmud Ibrahim Zayid, seorang ahli hadis asal Mesir.
Bagian pendahuluannya menguraikan periwayatan hadis dan penilaian terhadap para perawi hadis. Dalam bagian ini dikemukakan dua puluh macam perawi yang dipandang lemah dalam meriwayatkan hadis. Hal lain yang juga dikemukakan dalam bagian ini ialah enam jenis hadis yang diriwayatkan para perawi yang dipandang tsiqah yang tidak dapat dijadikan hujah (dalil).
Pembahasan inti dalam buku ini ialah uraian mengenai sejumlah perawi hadis (yang jumlahnya ribuan) yang dianggap mempunyai cacat dalam periwayatannya, termasuk di dalamnya adalah ad-du‘afa’ (yang dipandang lemah dalam meriwayatkan hadis) dan al-matrukin (yang hadisnya harus ditinggalkan).
Walaupun penyebutan nama setiap perawi tidak disertai dengan nomor urut seperti pada buku sejenis lainnya, namun identitas perawi dikemukakan secara lengkap, mulai dari nama perawi, nama samaran, asal, perawi yang darinya ia terima dan perawi yang kepadanya ia riwayatkan hadis, dan penilaian ulama terhadap diri yang bersangkutan. Urutan nama perawi dalam buku disusun secara alfabetis Arab.
(6) Al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz al-hadits (Indeks Lafal-Lafal Hadis), disusun sebuah tim orientalis dengan kata pengantar A.J. Wensinck, guru besar bahasa Arab di Universitas Leiden, Belanda. Buku ini disusun di Belanda dan selesai 1936. Penerbitan pertama dilakukan oleh Brill, Leiden. Buku ini merupakan buku indeks pertama dan terlengkap dalam sejarah perkembangan hadis, terdiri dari delapan jilid.
Kata atau lafal yang tercantum di dalamnya diambil dari lafal hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis terkenal, yaitu sahih al-Bukhari, sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa’i, Sunan Ibn Majah, Musnad ad-Darimi, al-Muwaththa’ oleh Imam Malik, dan Musnad al-Imam Ahmad Ibn hanbal.
Itulah sebabnya, maka nama lengkap buku ini berbunyi al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz al-hadits asy-Syarif ‘an al-Kutub as-Sittah wa ‘an Musnad ad-Darimi wa Muwathtga’ Malik wa Musnad Ahmad Ibn hanbal (Indeks Lafal-Lafal Hadis Nabi yang Diambil dari Kitab Hadis Yang Enam, dari Musnad ad-Darimi, Muwaththa’ Malik, dan Musnad Ahmad Ibn hanbal).
Buku indeks ini disusun secara rapi dan teratur. Kata yang disebutkan pertama dalam indeks itu ialah kata dasar yang terdiri atas tiga huruf dan kata turunannya yang dikemukakan satu per satu dalam kelompok kata dasar itu. Semuanya disusun secara alfabetis Arab. Kata dasar dan kata jadiannya ditulis dengan warna merah dengan maksud untuk memudahkan pembaca.
Di bawah kata dasar dan kata jadian disebutkan satu frase dari buku hadis yang memuat kata itu dengan tulisan warna hitam. Tulisan itu diikuti penyebutan kode huruf tertentu, diikuti penyebutan bab atau pasal kitab hadis dan angka-angka tertentu.
Kode yang diberikan itu menunjukkan nama kitab yang sembilan yang lengkapnya diberikan dalam catatan kaki pada setiap halaman (misalnya, sahih al-Bukhari = Kho; sahih Muslim = Mim; Sunan Abi Dawud = Dal). Bab atau pasal disebutkan secara jelas untuk merujuk pada bab atau pasal yang terdapat dalam hadis yang disebutkan; sedangkan angka merujuk pada jilid kitab hadis, nomor urutan hadis atau halaman kitab hadis.
Buku indeks ini sangat berguna untuk mencari lafal hadis secara lengkap, untuk mengetahui perawi yang meriwayatkan suatu hadis, dan untuk mengetahui dalam buku hadis mana suatu hadis dicantumkan.
(7) Miftah Kunuz as-Sunnah (Kunci Perbendaharaan Sunah) oleh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi. Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Dar al-Hadis, Cairo, 1991. Pokok pembahasannya sama persis dengan pembahasan al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz al-hadits an-Nabawi, yaitu lafal hadis yang digunakan dalam sembilan kitab hadis.
Perbedaannya hanya terletak pada uraiannya dan teknik penulisannya. Uraian dalam buku ini sangat singkat. Untuk merujuk pada nama kitab hadis digunakan kode atau inisial tertentu dan untuk merujuk kepada bab atau pasal dalam suatu kitab hadis digunakan angka. Dalam kata pengantarnya, penulisnya mengakui bahwa penyusunan bukunya memang diilhami al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz al-hadits an-Nabawi.
(8) Al-Bayan wa at-Ta‘rif fi Asbab Wurud al-hadits asy-Syarif (Kitab tentang Sebab-Sebab Datangnya Hadis) oleh Syarif Ibrahim Muhammad bin Kamaluddin al-Husaini al-Hanafi ad-Dimasyqi, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Hamzah (1054 H/1644 M–1112 H/1700 M). Buku ini terdiri atas tiga jilid, diterbitkan pertama kali 1982 oleh al-Maktabah al-Ilmiyah, Beirut. Buku ini secara khusus membahas sebab datangnya hadis dan mengapa suatu hadis disampaikan Rasulullah SAW.
Untuk keperluan pembahasan ini, langkah yang dilakukan ada tiga, yakni (a) mengemukakan matan hadis tertentu yang disusun secara alfabetis dan setiap hadis yang dikemukakan diberi nomor, (b) menerangkan perawi dan sanad hadis, dan (c) menerangkan sebab kedatangan hadis dan peristiwa apa yang melatarbelakangi diucapkannya hadis oleh Rasulullah SAW.
Buku-Buku Lainnya.
Kajian terhadap hadis dan ilmunya merupakan lautan ilmu yang tidak pernah habis-habisnya dikaji. Berbagai buku telah disusun untuk mengungkapkan hadis dengan segala persoalan yang terdapat di dalamnya. Buku yang disebutkan di atas merupakan sebagian dari sekian banyak buku yang telah disusun mengenai ilmu hadis. Masih banyak buku mengenai ilmu hadis yang belum disebutkan di sini, seperti:
1) al-Isabah fi Tamyiz as-sahabah (Kitab tentang Perawi dari Kalangan Sahabat) oleh Ibnu Hajar al-Asqalani,
2) Mizan al-I‘tidal (buku yang membahas secara khusus perawi yang dianggap lemah) oleh Muhammad Husain az-Zahabi, dan
(3) Tadrib ar-Rawi (Buku tentang Para Perawi) oleh as-Suyuti.
Kitab Ulumul Hadis di Indonesia. Perkembangan penulisan kitab ilmu hadis tidak hanya berkembang di negara-negara Arab, tetapi juga di negara-negara non-Arab seperti India dan Indonesia. Ulama Indonesia belum cukup banyak yang memberi perhatian untuk menyusun buku tentang ilmu hadis. Di antaranya ialah Prof. Dr. T.M. Hasbi ash-Shiddieqy, seorang pakar hadis, fikih, tafsir, dan ilmu kalam.
Di antara buku ilmu hadis yang ditulisnya ialah Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis. Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Bulan Bintang, Jakarta, 1958. Bukunya yang lain adalah Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Bulan Bintang, 1954) dan Sejarah Perkembangan Hadis (Bulan Bintang, 1973). Ketiga buku ini sudah berkali-kali dicetak ulang.
Buku lainnya ialah Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritik dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah oleh M. Syuhudi Ismail, guru besar hadis Fakultas Syariah IAIN Alauddin Ujungpandang. Buku ini pada mulanya merupakan disertasi untuk memperoleh gelar doktor pada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN), yang kemudian diterbitkan 1988.
Karya ini merupakan buku pertama di Indonesia yang membahas secara khusus kaidah kesahihan sanad hadis. Pada intinya buku ini membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan kaidah yang digunakan untuk menentukan kesahihan hadis ditinjau dari sanadnya. Kaidah tersebut ditelaah secara kritis dengan menggunakan pendekatan ilmu sejarah. Pada garis besarnya, buku ini membahas:
(a) periwayatan hadis, mencakup uraian mengenai pengertian periwayatan dan hadis, cara Nabi SAW menyampaikan hadisnya, periwayatan hadis pada zaman Nabi SAW sampai zaman sesudah generasi sahabat Nabi SAW, dan bentuk susunan hadis Nabi SAW dalam periwayatan;
(b) faktor yang mendorong ulama mengadakan penelitian hadis, mencakup uraian mengenai status hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam, hadis yang ditulis sesudah zaman Nabi SAW, munculnya pemalsuan hadis, dan proses penghimpunan hadis;
(c) kesahihan sanad hadis, mencakup pembahasan mengenai unsur kaidah mayor (umum) kesahihan sanad hadis, unsur kaidah minor kesahihan sanad, unsur yang mendasari kaidah kesahihan sanad, dan berbagai macam hadis yang tidak memenuhi unsur kaidah kesahihan sanad hadis; dan
(d) kualitas periwayatan dan persambungan sanad, mencakup kualitas dalam sanad dan kualitas persambungan sanad.
Dari jumlah buku hadis dalam bahasa Indonesia yang masih terbatas, perhatian terhadap ilmu hadis telah meningkat dengan dilakukannya terjemahan buku-buku hadis, terutama Kitab Hadis Yang Enam (al-Kutub as-Sittah).
Daftar Pustaka
Abu Gadah, Abdul Fattah. Arba‘ ar-Rasa’il fi ‘Ulum al-hadits. Aleppo: Maktabah al-Matba‘ah al-Islamiyyah, 1990.
–––––––. al-Isnad min ad-Din wa safhah al-Musyriqah min Tarikh Sima‘ al-hadit ‘inda al-Muhadditn. Aleppo: Maktabah al-Mahba‘ah al-Islamiyyah, 1992.
Abu Zahw, Muhammad. al-hadit wa al-Muhadditsin. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1984.
Abu Zahw, Muhammad. al-hadits wa al-Muhadditsin. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1984.
al-Atar, Nuruddin. Manhaj an-Naqd fi ‘Ulum al-hadits. Damascus: Dar al-Fikr al-Mu‘asir dan Dar al-Fikr Suriah, 1992.
al-Iraqi, Zainuddin Abdurrahman bin al-Husain. at-Taqyid wa al-I’adah Syarh Muqaddimah Ibn as-salah. Beirut: Dar al-Fikr, 1981.
al-Khatib, Muhammad Ajaj. Usul al-hadits ‘Ulumuhu wa Musthalahuh. Beirut: Dar al-Fikr, 1981.
al-Qasimi, Muhammad Jamaluddin. Qawa‘id at-Tahdits min Funun Musthalah al-hadits. Beirut: Dar an-Nafa’is, 1987.
ar-Ramahurmuzi, al-Hasan bin Abdurrahman. al-Muhaddits al-Fasil baina ar-Rawi wa ar-Ra‘i. Beirut: Dar al-Fikr, 1984.
as-Salafi, Muhammad Luqman. as-Sunnah, hujjiyyatuha wa Makanatuha fi al-Islam wa ar-Radd ‘ala Munkirihi. Madinah: Maktabah al-Iman, 1989.
at-Tahawani, Zafar Ahmad al-Usmani. Qawa‘id fi ‘Ulum al-haits. Beirut: Maktab an-Nahdah, 1976.
A Thib Raya