Nabi Ya‘qub AS adalah cucu Nabi Ibrahim AS, putra Nabi Ishaq AS. Ibunya bernama Rafiqah binti A’zar, keponakan Nabi Ibrahim AS. Nabi Ya‘qub AS lahir di Kanaan, Palestina, dan mempunyai beberapa saudara, tetapi saudaranya iri terhadapnya karena perlakuan istimewa ayahnya.
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa Nabi Ya‘qub AS dilahirkan di negeri Nabulis (kini: Nablus, Tepi Barat, Palestina). Suatu hari Allah SWT memberinya wahyu (QS.4:163) dan mengutusnya sebagai nabi (QS.19:49). Nabi Ya‘qub AS lalu menyerukan agar penduduk Kanaan menyembah Allah SWT.
Ya‘qub hidup di negeri kekuasaan Raja Saljam. Ia mengajak sang Raja untuk menyembah Allah SWT, dan akan memeranginya apabila menolak ajarannya. Karena Raja tetap menolak, terjadilah peperangan antara Raja Saljam dan keluarga Ya‘qub yang akhirnya dimenangkan oleh keluarga Ya‘qub.
Pada usia 147 tahun Nabi Ya‘qub AS wafat dan dimakamkan di Mesir karena ia mengikuti putranya, Nabi Yusuf AS, yang menjadi pembesar Mesir. Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Ya‘qub dimakamkan di Masjid el-Harem, Hebron, di sisi makam ayahnya, Nabi Ishaq AS. Dalam Al-Qur’an, kisah Nabi Ya‘qub selalu disebutkan bersamaan dengan nabi lain, misalnya Nabi Ibrahim AS (kakeknya), Nabi Ishaq AS (bapaknya) dan Nabi Yusuf AS (putranya).
Nabi Ya‘qub AS bersaudara kandung dengan ‘Aish, tapi hubungan mereka renggang. ‘Aish dengki dan iri melihat Ya‘qub dimanja dan disayang ibunya. Hubungan mereka semakin renggang, ketika Ya‘qub memperoleh berkah dan doa dari Nabi Ishaq AS, ayahnya. Akhirnya, karena merasa kurang aman hidup bersama saudaranya, Ya‘qub meminta nasihat kepada ayahnya. Nabi Ishaq AS menasihatinya agar ia menemui pamannya Laban bin Batwil di Faddan Aram (daerah di Irak).
Dalam perjalanan menuju rumah pamannya di Faddam Aram, Ya‘qub tertidur sejenak melepas lelah. Pada saat itulah ia menerima wahyu dari Allah SWT melalui mimpinya. Dalam mimpinya itu diwahyukan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah, kecuali Allah; dan Allah mewariskan Baitulmakdis, kehidupan yang bahagia, dan kerajaan besar untuk Ya‘qub serta keturunannya.
Sesuai dengan keinginan ayahnya, Ya‘qub bermaksud menikahi putri bungsu pamannya Laban. Ia ingin menikah dengan putri bungsu yang bernama Rahil. Pamannya setuju, dengan syarat Ya‘qub harus tinggal di kampungnya selama 7 tahun dan menikahi kakak perempuan Rahil yang bernama Laiya, biasa dipanggil Layyan.
Adat di daerah itu melarang seorang adik melangkahi kakaknya menikah lebih dahulu. Akhirnya, pamannya menikahkan kedua anak gadisnya dengan Ya‘qub (ketika itu hukum memperbolehkan seseorang menikahi dua gadis sekandung). Laban juga menghadiahkan dua hamba sahayanya kepada masing-masing putrinya, yaitu Zulfa untuk Layyan dan Balhan untuk Rahil.
Kedua hamba sahaya itu pun akhirnya diberikan kepada Ya‘qub untuk diperistri, sehingga istrinya berjumlah empat orang. Anak Ya‘qub seluruhnya berjumlah 12 orang. Semuanya lahir di Faddam Aram, kecuali Bunyamin yang lahir di Kanaan.
Dari keempat istrinya, Ya‘qub mempunyai 12 anak. Layyan melahirkan enam orang anak, yaitu Raubin, Syam’un, Lewi (salah satu keturunannya adalah Nabi Musa), Yahuda, Yasakir, dan Zabulon. Rahil melahirkan dua orang anak, yaitu Yusuf dan Bunyamin. Kemudian Zulfa melahirkan dua anak, yaitu Kan dan Asyar. Begitu juga Balhan melahirkan dua anak, yaitu Daan dan Naftali.
Riwayat Nabi Ya’qub AS dalam Al-Qur’an dapat ditemukan dalam surah al-Baqarah (2) ayat 132–133, 136, dan 140; Ali ‘Imran (3) ayat 84; an-Nisa (4) ayat 163; al-An‘am (6) ayat 84; Yusuf (12) ayat 6, 18, dan 38; Maryam (19) ayat 6 dan 49; al-Anbiya’ (21) ayat 72; al-‘Ankabut (29) ayat 27; dan sad (38) ayat 45.