Al-Qur’an tidak menerangkan siapa sebenarnya Yakjuj dan Makjuj, serta dari bangsa dan keturunan mana mereka berasal. Al-Qur’an hanya menjelaskan sifat mereka, yaitu sebagai kaum pembuat kerusakan di muka bumi.
Nama Yakjuj dan Makjuj disebut dua kali dalam Al-Qur’an, yaitu dalam surah al-Kahfi (18) ayat 94 dan surah al-Anbiya’ (21) ayat 96.
Dalam surah al-Kahfi diterangkan, Yakjuj dan Makjuj adalah orang yang membuat kerusakan di muka bumi dan ditakuti kaum yang bermukim di antara dua gunung. Ketika Zulkarnain datang ke tempat itu, kaum tersebut memohon kepadanya agar dibuatkan tembok penghalang dari serangan mereka.
Dalam surah al-Anbiya’ disebutkan bahwa Yakjuj dan Makjuj itu akan segera turun dengan cepat dari tempat yang tinggi ketika tembok penghalang mereka terbuka sebagai tanda telah dekatnya kedatangan janji Allah SWT.
Kalau tembok penghalang dibuka, mereka akan turun mengalir seperti mengalirnya air bah/banjir; dan apabila tembok penghalang kokoh, mereka tidak masuk dan tidak dapat membuat kerusakan. Oleh karena itu timbulah beberapa penafsiran, antara lain:
(1) Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa Yakjuj adalah Tatar, dan Makjuj adalah Mongol. Mereka berasal dari satu bapak yang bernama Turk, yang bertempat tinggal di bagian utara Asia. Daerah mereka memanjang dari Tibet dan Cina sampai ke Laut Baku Utara, di barat sampai Turkestan.
Di berbagai zaman, bangsa ini sering menyerang, membuat kerusakan di muka bumi, dan menghancurkan bangsa lain. Di antara mereka terdapat bangsa yang kejam, turun dari bukit-bukit di Asia Tengah dan pergi ke Eropa pada masa dahulu, seperti bangsa Smith, Sumeria, dan Hun.
Mereka banyak menyerang negeri Cina dan Asia Barat. Dengan munculnya Temujin yang dijuluki dengan nama Jengiz Khan (1167–1227; bahasa Mongol: Raja Alam), pada awal abad ke-7 H/ke-12 M, ia bersama tentaranya yang perkasa keluar jauh ke Asia Tengah.
Ia menundukkan Cina Utara kemudian pergi ke negeri Islam, lalu menundukkan Sultan Qutbuddin bin Armilan, seorang raja Seljuk, yang menganut aliran Khawarij. Jengiz Khan melakukan kekejaman yang belum pernah ada sebelumnya di negeri ini.
(2) Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali), seperti dikutip Ibnu Kasir, menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Nuh memiliki tiga orang anak, yaitu Sam (nenek moyang orang Arab), Ham (nenek moyang orang Sudan), dan Yafis (nenek moyang orang Turk).”
Menurut sebagian ulama, Yakjuj dan Makjuj adalah keturunan Yafis putra Nuh ini. Demikian juga pendapat an-Nasafi (w. 710 H/1310 M), seorang ahli fikih, usul fikih, dan tafsir, yang bermazhab Hanafi.
Ia lebih memerinci lagi bahwa Yakjuj berasal dari suku Turk, sedangkan Makjuj dari suku Jail serta Dailam keturunan Yafis yang membuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak mati dan masing-masing memiliki seribu keturunan yang diperlengkapi dengan senjata.
(3) HAMKA memberi tafsiran bahwa Yakjuj dan Makjuj adalah segala gerak yang telah dan hendak merusak dunia ini. Karena itu, baik diri, keluarga, maupun negara serta bangsa wajib membuat tirai besi sebagai benteng agar Yakjuj dan Makjuj tidak masuk.
Mungkin Yakjuj dan Makjuj dapat ditafsirkan sebagai pikiran jahat, maksud buruk, dan ideologi yang menyesatkan yang dianut sebagian manusia. Manusia yang menganutnya dengan kelicikan jahatnya bisa mempergunakan manusia sesamanya menjadi alat untuk merusak bumi.
Sebab itu, pikiran yang baik, cita-cita yang mulia, dan ideologi yang sehat harus ditanamkan dengan teguh pada setiap diri, keluarga, dan negara serta bangsa untuk membentengi Yakjuj dan Makjuj. Yakjuj dan Makjuj laksana air, senantiasa mencari tempat untuk masuk walaupun hanya sebesar lubang jarum.
Surah al-Khafi (18) ayat 96–97 yang menjelaskan bahwa Zulkarnain membangun dinding besar untuk melindungi manusia dari serangan Yakjuj dan Makjuj. Dinding itu terbuat dari campuran besi dan tembaga yang dilebur dengan api, dan tidak ada yang bisa mendaki atau melubanginya.