Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pembina gerakanĀ Wahabi di Arab Saudi. Ia dilahirkan di Nejd (Arab Saudi), daerah di padang pasir Arab yang keislamannya masih murni. Ia sangat berpengaruh dalam pembaruan Islam pada abad ke-19.
Muhammad bin Abdul Wahhab, nama lengkapnya Abu Abdullah MuhammadĀ bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid at-TamimiĀ semula memperolehĀ pengetahuan di bidang fikih dan ilmu agaĀma lainnya dari ayahnya, seorang kadi.
Untuk menambah ilmunya, ia kemudian merantau ke Hijaz dan di sini ia memperoleh pengetahuan agama dari ulama Mekah dan Madinah. SetelahĀ itu, ia pergi ke Basrah dan tinggal di kota ini selama 4 tahun. Selanjutnya ia pindah ke Baghdad dan di sini memasuki hidup perkawinĀan dengaĀnĀ seorang wanita kaya.
Lima tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia pindah ke Kurdistan (Irak utara), kemudian ke Hamadan dan Esfahan (kini di Iran). Di kota terakhir ini ia sempat mempelajari filsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun merantau, ia akhirnya kembali ke tempat kelahirannya di Uyainah, Nejd.
Di negeri asalnya itu, ia masihĀ sempat mempelajari Tafsir Al-Qurāan, Syarh as-Sunnah, dan kitab-kitab lain mengenai ilmu-ilmu keislaman, seperti kitab karanganĀ Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Muhammad bin Abdul Wahhab dapat digolongĀkanĀ sebagai ulama yang produktif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kitab yang dikarangnya, yang mencapai puluhan judul. Kitab-kitabnya itu antara lain Kitab at-Tauhid, yang isinya antara lain ajaran tentang pemberantasan bidāah dan khurafatĀ yang terdapat di kalangan masyarakat dan ajakan untuk kembali kepada tauhid yang murni.
Kitab-kitab lainĀ nya adalah Tafsir Surah al-Fatihah, Mukhtasar sahih al-Bukhari, Mukhtasar as-Sirah an-NabawiyĀyah,Ā Nasih ah al-Mudlimin bi Ahadits Khatam an-Nabiyyin, Usul al-Imam, Kitab al-Kabaāir, Kasyf asy-Syubuhat, salatsa al-Usul, Adab al-Masi ila as-salah, Ahadits al-Fitah, MukhtasarĀ Zad al-Maāad, dan al-Masaāil al-Lata Khalafa Fiha Rasulullah Ahl al-Jahiliyyah.
Nama Muhammad bin Abdul Wahhab tidak bisa dipisahkan dari gerakan Wahabi, karena dialahĀ yang membangunĀ gerakan tersebut. Namun demiĀkian, nama gerakan itu tidak berasal dari Abdul Wahhab sendiri, melainkanĀ dari golongan lain yang menjadi lawannya.
Para pengikut Abdul Wahhab sendiri menamakan kelompoknya al-MuwahhidunĀ atau al-Muslimun, yaitu kelompok yang berusahaĀ mengesakan Tuhan semurni-murninya. SelainĀ itu mereka menamakan dirinya sebagaiĀ kaum Suni, pengikut Mazhab Hanbali, seperti yang dianut Ibnu Taimiyah.
Perjalanannya ke beberapa negeri sangat mempengaruhi Abdul Wahhab untuk mendirikan gerakan tersebut. Di setiap negeri Islam yang dikunĀjunginya,Ā ia melihat kuburan-kuburan syekh tareĀkatĀ bertebaran. Tiap kota, bahkan juga kampung-kampung, mempunyai kuburan syekh atau wali masing-masing.
Ke kuburan-kuburan itulah umat Islam pergi naik haji dan meminta pertolongĀanĀ dari syekh atau wali yang dikuburkan di situ untuk menyelesaikanĀ masalah hidup mereka sehari-hari. Ada yang meminta supaya diberi anak, jodoh, kesemĀbuhanĀ dari penyakit, atau kekayaanĀ.
Ia melihat bahwaĀ kemurnian tauhid telah dirusak oleh khurafat yang masih mempengaruhi keyakinan umat Islam. Pemikiran yang dicetuskannya untuk memperbaiki kedudukĀĀan umat Islam timbul sebagai reaksi terhadap paĀham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam waktu itu. Wahhab dengan gerakannya itu didoĀrongĀ oleh keinginanĀ untuk memurnikan ajaran Islam, khususnya di bidang tauhid, yang meruĀpakanĀ pokok ajaranĀ Islam.
Ia tidak berhasrat untuk mengubah ajaran Islam atau mengadakanĀ penafsiran baru tentang wahyu, melainkan membawaĀ misi pemberantasan unsur-unsur luar (bidāah dan khurafat) yang masuk ke dalam ajaran Islam serta mengajak umat Islam untuk kembali kepada bentuk ajaran Islam yang murni. Yang dimaksud dengan Islam yang murniĀ itu ialah Islam sebagai yang dianut dan dipraktekkan pada zaman Nabi Muhammad SAW, para sahabat serta tabiin (sampai abad ke-3 H).
Sejalan dengan misi yang dibawanya, ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab hampir seluruhnya bertemakan peĀmurnian tauhid. Karya-karyanyaĀ yang disebutkan terdahulu, seperti fikih, tafsir, hadis, bahkan juga sejarah, hanya digunakan sebagaiĀ alat untuk memurnikan tauhid. Artinya, ia mencoba menelusuri berbagai bidang ilmu tersebut,Ā hanya untuk mencari apakah di dalam ilmu-ilmu tersebut terdapat unsur bidāah atau tidak.
Inti ajaran tauhid Muhammad bin Abdul WahhaĀb itu antara lain ialah:
(1) yang boleh dan harus disembah hanyaĀ lah Tuhan, dan orang yang menyembahĀ selain Tuhan telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh;
(2) kebanyakan orang Islam bukanĀ lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan lagi dari Tuhan, melainkan dari syekh atau wali dan dari kekuatan gaib, dan orang Islam yang demiĀkian juga telah menjadi musyrik;
(3) menyebut nama nabi, malaikat, atau syekh sebagai pengantara dalamĀ doa juga merupakan syirik;
(4) memintaĀ syafaatĀ selain kepada Tuhan adalah juga syirik;
(5) bernazar selain kepada Tuhan juga syiĀrik;
(6) memperolehĀ pengetahuan selain dari Al-Qurāan dan hadis merupakan kekufuran;
(7) tidak percaya kepadaĀ kada dan kadar Tuhan juga merupakanĀ kekufuran;Ā
(8) demikian pula, menafsirkan Al-Qurāan dengan takwil adalah kafir.
Tauhid, menurut Muhammad bin Abdul WahhabĀ dalam kitabnya Majmuāah at-Tauhid, ialah al-āibadah atau pengabĀdian kepada Tuhan, karena setiapĀ rasul yang diutus Tuhan memulai seruannya kepada manusia agar beribadah hanya kepadaĀ Allah SWT.
Selanjutnya ia membagi tauhid dalam hubungannya dengan ibadah atas empat bagian: tauhid uluhiyyah (tauhid terhadap Allah SWT sebagaiĀ Yang DisemĀbah), tauhid rububiyyah (tauhid terhadap Allah SWT sebagaiĀ Pencipta Segala Sesuatu),Ā tauhid asmaā dan sifat (tauhid yang berhubungan dengan nama dan sifat Allah SWT), dan tauhid al-afāal (tauhid yang berhubungĀanĀ dengan perbuatanĀ Allah SWT).
Tiga tauhidĀ yang disebut terakhir hanya tauhid ilmu dan keyakinan saja. AdaĀpun tauhid yang sesungguhnya adalah tauhid pertama, tauhid uluhiyyah, dan tauhid inilah yang dikehendaki Tuhan.
MeĀnurutnya, kebanyakan manusia di muka bumi ini hanya memiliki salah satu dari tiga bentuk tauhid (rububiyyah, asmaā dan sifat, serta afāal), sedang tauhid uluhiyyah ditolak oleh banyak orang.
Muhammad bin Abdul Wahhab bukan hanya seorang teoretikus, melainkan juga pemimĀpinĀ yang aktif berusaha mewujudkan pemikirannya. Dalam mewujudkan pemikiranĀ nya ia mendapat sokongan dari Arab Saudi. Paham ini juga menyebar ke berbagai negara, seperti India, Sudan, Libya, dan Indonesia. Di Indonesia ajaran ini masuk melalui kaum Paderi di MinangkabauĀ (Perang Paderi).
Daftar Pustaka
Antonius, George. The Arab Awakening: The Story of The Arab National Movement. New York: Gordon Press, 1939.
Gibb, Hamilton A.R dan J.H.Kramers. Shorter Encyclopaedia of Islam. Leiden: E.J. Brill-London Luzac & Co, 1961.
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Philby, H.St.J. Arabia of the Wahhabis. London: Frank Cass and Company Limited, 1977.
Stoddard, Lothrop. Dunia Baru Islam, terj. Jakarta: Panitia Penerbit, 1966.
Syalabi, Ahmad. Mausuāah at-Tarikh al-Islami wa al-sadharah al-Islamiyyah. Cairo: an-Nahdah al-Misriyah, 1977.
al-Wahhab, Muhammad bin Abdul. Majmuāah at-Tauhid. Riyadh: Maktabah ar-Riyadh al-Hadisah, t.t.
Atang Abd. Hakim