Perguruan tinggi swasta (PTS) Islam ini merupakan lembaga pendidikan tertua dan termaju di kawasan Indonesia bagian timur. UMI didirikan pada 22 Syawal 1374/23 Juni 1954. Namanya dalam bahasa Arab adalah Jami‘ah al-Muslimin al-Indunisiyyah.
Gagasan pendirian UMI berawal dari kegelisahan para tokoh masyarakat dan alim ulama di Makassar (dulu: Ujungpandang) pada tahun 1950-an karena ketika itu belum ada perguruan tinggi Islam di Makassar, sedangkan penduduknya mayoritas adalah muslim.
Sementara itu, pondok pesantren di wilayah Sulawesi sudah berkembang. Para alumninya yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi harus merantau ke Pulau Jawa atau Timur Tengah.
Akhirnya beberapa tokoh masyarakat dan ulama di Makassar, seperti KH Muhammad Ramli, H Sewang Daeng Muntu, La Ode Munarfa, Naziruddin Rahmat, Sutan Muh. Yusuf Samah, H Darwis Zakaria, dan Abdul Waris, bersama-sama merintis berdirinya UMI.
Upaya mereka kemudian mendapat dukungan dari unsur pemerintahan dan raja-raja di Sulawesi, yakni Lanto Daeng Pasewang (gubernur Sulawesi), Andi Mappanyukki (raja Bone), Andi Jemma (raja Luwu), dan Andi Ijo (raja Goa).
Penandatanganan piagam berdirinya UMI dilakukan Andi Burhanuddin (wakil gubernur), S. N. Turangan (wakil unsur P & K [kini: Pendidikan Nasional]), dan KH Muhammad Ramli (wakil alim ulama sekaligus Dewan Mahaguru yang beranggotakan 14 orang ahli).
Pada mulanya UMI hanya terdiri dari dua fakultas, yakni Fakultas Ilmu Pengetahuan Islam dan Masyarakat serta Fakultas Hukum Sosial Politik. Berdasarkan piagam berdirinya, tujuan dan sasaran UMI tidak berbeda dengan tujuan perguruan tinggi pada umumnya, yaitu melaksanakan tridarma perguruan tinggi. Akan tetapi selain itu, UMI juga mempunyai tujuan khusus:
(1) membentukdan membina sarjana muslim yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah serta berbudi luhur dan berbakti kepada nusa dan bangsa,
(2) mengembangkan ilmu pengetahuan yang tercakup dalam fakultas masing-masing,
(3) memecahkan berbagai masalah yang terdapat dalam masyarakat dan memberi jalan keluarnya dalam rangka pengabdian terhadap masyarakat dan negara, dan
(4) mengembangkan diri serta bersifat kreatif dan dinamis.
Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan beberapa sasaran. Sasaran itu mencakup antara lain
(1) meningkatnya peranan UMI sebagai wadah pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya;
(2) terbentuknya tenaga ahli, terampil, berbudi luhur, serta bertakwa kepada Allah SWT untuk pengabdian kepada agama, bangsa, dan negara;
(3) berperannya UMI sebagai penegak cita-cita luhur syiar Islam; dan
(4) terwujudnya kesejahteraan dan ukhuwah islamiah dalam lingkungan UMI.
Berdasarkan tujuan dan sasaran tersebut, UMI menetapkan garis kebijaksanaan dalam bentuk program kerja, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Program kerja tersebut dituangkan dalam rencana induk pembangunan (RIP) yang selalu disesuaikan dengan perkembangan pendidikan tinggi umumnya.
Pada 2004 UMI memiliki 13 fakultas:
(1) Kedokteran; (2) Teknik; (3) Pertanian;(4) Perikanan dan Kelautan; (5) Teknologi Industri; (6) Ilmu Komputer; (7) Kesehatan Masyarakat; (8) Farmasi; (9) Agama Islam; (10) Ekonomi; (11) Hukum; (12) Sastra; dan (13) A.B.A (Akademi Bahasa Asing).
Selain fakultas-fakultas tersebut, UMI juga ditunjang berbagai lembaga. Beberapa lembaganya adalah:
(1) Lembaga Studi Islam (LSI);
(2) lembaga penelitian;
(3) lembaga pengabdian dan pengembangan masyarakat yang memiliki lima pusat kegiatan, yaitu:
(a) pusat konsultasi bantuan hukum,
(b) pusat pelayanan kesehatan masyarakat,
(c) pusat pendidikan Al-Qur’an dan majelis Gedung perkuliahan Kampus II UMI Jl. Urip Sumoharjo Km 4, Makassar taklim,
(d) pusat pelaksanaan kuliah kerja nyata (KKN), dan
(e) pusat pelayanan sosial;
(4) Lembaga Percetakan & Penerbitan (Leppen); dan
(5) Lembaga Pendidikan Persiapan (LPP) SMP-SMA.
Sejarah UMI.
Sejarah perkembangan UMI dapat dibagi atas beberapa fase. Periode fase itu adalah sebagai berikut.
(1) Periode 1954–1960. Dalam fase ini UMI baru memiliki dua fakultas: (1) Ilmu Pengetahuan Islam dan Masyarakat serta (2) Hukum Sosial Politik.
Pada tahun 1960 kedua fakultas itu berganti nama menjadi Fakultas Guru Agama Islam dan Fakultas Hakim Agama Islam. Karena beberapa pengurus UMI aktif di bidang politik, terjadi kevakuman dalam kepemimpinan di UMI.
Karena itu Andi Pangerang Petta Rani, yang ketika itu menjadi gubernur Sulawesi Selatan, mengambil kebijaksanaan dengan menugaskan Abdul Waris untuk membentuk presidium sekaligus menjadi ketuanya.
(2) Periode 1960–1962. Sebagai hasil kerja presidium/ dewan pimpinan yang telah dibentuk, dipilihlah Prof. KH Abdurrahman Shihab sebagai pimpinan baru UMI untuk periode 1959–1965. Pada akhir tahun 1960 dibuka Fakultas Publisistik. Dengan demikian, fakultasnya telah berjumlah tiga buah dan itu berarti UMI sudah memenuhi persyaratan sebagai sebuah universitas. Pada tahun berikutnya ketiga fakultas menyesuaikan diri dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN), yakni Hakim Agama menjadi Syariah, Guru Agama menjadi Tarbiyah, dan Publisistik menjadi Agama Islam.
(3) Periode 1962–1970. Pada fase ini UMI mengalami guncangan karena Fakultas Syariah melepaskan diri dari UMI untuk bergabung dengan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta cabang Makassar, yang dibuka pada 1962. Pengintegrasian Fakultas Syariah UMI dengan IAIN itu selanjutnya menjadi cikal bakal berdirinya IAIN Alauddin, Makassar.
Namun sebelum pengintegrasian Fakultas Syariah dengan IAIN, telah dipersiapkan Fakultas Ekonomi sebagai penggantinya untuk memenuhi syarat sebagai universitas. UMI akhirnya dapat diresmikan sebagai universitas pada 11 November 1962.
Tetapi 2 tahun kemudian, IAIN Sunan Kalijaga cabang Makassar mengambil lagi dua fakultas agama yang tersisa di UMI, yaitu Tarbiyah dan Agama Islam. Praktis pada Tahun Ajaran 1964–1965 UMI tinggal membina Fakultas Ekonomi. Dengan demikian, UMI tidak lagi memenuhi syarat sebagai universitas.
Menghadapi keadaan genting tersebut, sejumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi menghubungi Badan Wakaf UMI dan menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap rencana pengintegrasian UMI ke IAIN secara keseluruhan.
Akibatnya, diadakanlah pertemuan antara ketua Badan Wakaf UMI, Andi Pangerang Petta Rani, dan para mahasiswa Fakultas Ekonomi. Pertemuan itu menyepakati dipilihnya H Latunrung sebagai rektor baru untuk masa jabatan 1965–1967.
Rektor baru ini kemudian membuka dua fakultas baru di lingkungan UMI, yaitu Teknik dan Ushuluddin. Dengan berdirinya dua fakultas ini, UMI kembali memenuhi persyaratan sebagai universitas.
(4) Periode 1971–1976. Pada awal fase ini Panitia Tiga segera membentuk badan wakaf yang baru dengan M. Daeng Patompo sebagai ketua dan H Fadli Luran sebagai wakilnya. Fase ini disebut “fase konsolidasi”. Badan Wakaf kemudian mengangkat H Ridwan Saleh Mattayang, S.H. menjadi rektor UMI periode 1971–1976.
(5) Periode 1976–1981. Karena H Ridwan Saleh Mattayang, S.H. ditunjuk sebagai sekretaris pelaksana Kopertis Wilayah VII Sumalija pada tahun 1976, kepemimpinan UMI kemudian dipercayakan kepada H M. Hijaz Yunus, S.H. (1977–1984) dengan Abdurrahman A. Basalamah, S.E. sebagai sekretaris.Ketua Badan Wakaf tetap dipegang M. Daeng Patompo. Era ini disebut era perkembangan UMI. Pada masa ini didirikan Fakultas Hukum, Syariah (1980), dan Teknik Jurusan Sipil (1982).
(6) Periode 1981–1984. Berdasarkan hasil rapat Senat, M. Hijaz Yunus dikukuhkan kembali sebagai rektor UMI. Abdurrahman A. Basalamah, S.E. terpilih sebagai rektor I dan Drs. Muhammad Serang, S.E. sebagai rektor II.
(7) Pada tanggal 5 September 1984 Yayasan Badan Wakaf UMI melantik Abdurrahman A. Basalamah sebagai rektor UMI. Fase ini layak disebut fase kejayaan UMI. Dalam periode ini UMI mengalami kemajuan pesat. Berbagai prestasi diraih, antara lain predikat sebagai PTS terbesar di Indonesia bagian timur, bahkan masuk dalam deretan 10 PTS terbesar di Indonesia. Fakultas termuda adalah Kedokteran yang dimulai pada Tahun Ajaran 1992/1993.
Sejak tahun akademik 1995, UMI mulai melaksanakan program pendidikan pascasarjana, yang terdiri dari Magister Manajemen dan Magister Hukum.
Program ini bertujuan mendidik tenaga profesional agar memiliki wawasan luas, kreatif, inovatif, di samping memiliki keahlian teoretis, konseptual, dan keterampilan praktis operasional. Adapun rektornya saat ini ialah Dr. H M. Nasir Hamzah, S.E., M.Si.
Daftar Pustaka
Lembaga Penelitian UMI. Motivasi dan Potensi Sumber Daya Manusia Mahasiswa Baru UMI 1990/1991. Makassar: UMI, 1990.
Leppen UMI. Buku Panduan Mahasiswa 1993/1994. Makassar: UMI, 1993.
Tim Fakultas Tarbiyah UMI. “Aspirasi dan Orientasi Pemikiran Keagamaan Masyarakat Ujungpandang,” Laporan Hasil Penelitian UMI Makassar, Makassar, 1991.
M Arfah Shiddiq