Perubahan IAIN Syarif Hidayatullah menjadi UIN Syarif Hidayatullah merupakan usaha integrasi disiplin ilmu umum (ayat kauniyah) dengan ilmu agama (ilmu Qur’aniyah).
Sebagai institut, IAIN menekankan ilmu Islam. Pengembangan institut ini menjadi universitas dikukuhkan dengan Kepres 31/2002 sejak 20 Mei 2002.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah transformasi institusional Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu sendiri merupakan kelanjutan dari Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) yang didirikan pada 1 Juni 1957, yang kemudian diperingati menjadi hari jadi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian, karena tuntutan zaman, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikembangkan dari institut menjadi universitas.
Proses Perubahan. Filosofi yang melatarbelakangi perubahan dari IAIN menjadi UIN adalah usaha untuk mengintegrasikan disiplin ilmu umum (ayat-ayat kauniyah) dengan ilmu keagamaan (ilmu-ilmu Qur’aniyah).
Sebagai institut, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menitikberatkan spesialisasi kajiannya pada pendalaman ilmu keislaman saja, seperti yang tersurat pada nama dan jurusan fakultasnya.
Dikotomi ilmu agama dan ilmu umum seperti telah membelah lembaga pendidikan di Indonesia ke dalam dua tradisi pendidikan, yang tidak pernah bertemu pada setiap jenjangnya.
Sadar akan semua ini, maka Prof. Dr. Azyumardi Azra, rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta terakhir (1998–2002) sekaligus rektor UIN Syarif Hidayatullah pertama (2002–2006), bertekad mengakhiri dikotomi antara ilmu agama dan ilmu nonagama.
Gagasan untuk mengembangkan IAIN menjadi UIN berawal dari kelemahan mendasar yang dialami IAIN secara kelembagaan selama ini. Menurut Azra, paling tidak ada dua kelemahan mendasar dari IAIN.
Pertama, IAIN belum berperan secara optimal dalam dunia akademik, birokrasi, dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam beberapa hal, IAIN malah terlalu menitikberatkan perannya dalam masyarakat ketimbang dunia akademik, sebagaimana tercermin dalam kegiatan dakwahnya.
Kedua, kurikulum IAIN belum mampu merespons perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan perubahan masyarakat yang semakin kompleks Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta dan begitu cepat.
Hal ini disebabkan karena spesialiasi ilmu agama yang dikembangkan dalam IAIN cenderung bersifat normatif dan kurang bersinergi dengan ilmu sosial lainnya.
Gagasan untuk mengembangkan IAIN menjadi universitas sebenarnya telah lama digulirkan, semenjak jabatan rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dipegang oleh Prof. Dr. Harun Nasution (1919–1998), yang menjabat rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 11 tahun (1973–1984).
Namun usaha tersebut mengalami berbagai hambatan. Baru pada masa kepemimpinan Prof. Dr. M. Quraish Shihab, usaha yang cukup intensif ke arah perubahan status IAIN menjadi UIN dirintis. Usaha ini kemudian lebih digalakkan lagi pada periode kepemimpinan selanjutnya, yakni pada masa Prof. Dr. Azyumardi Azra menjadi rektor.
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan tentang perubahan status IAIN menjadi UIN yang ditandatangani pada 20 November 2001 mempermulus usaha pengembangan kelembagaan itu.
Akhirnya, usaha ini mencapai klimaksnya dengan diterbitkannya Keputusan Presiden (Kepres) No. 31 Tahun 2002 tentang perubahan IAIN menjadi UIN yang berlaku sejak 20 Mei 2002. Perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diresmikan oleh Wakil Presiden H Hamzah Haz pada 8 Juni 2002.
Perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak dilakukan secara serta-merta. Azyumardi Azra lebih memilih perubahan ini secara gradual, yakni dengan menjalankan pola “IAIN with wider mandate”. Melalui pola ini, IAIN mengembangkan jurusan baru di dalam fakultas yang telah ada, dan membuka jurusan baru dalam bidang ilmu eksakta di bawah naungan “fakultas” konversi UIN.
Jurusan tersebut selanjutnya diupgrade menjadi fakultas sendiri. Perubahan IAIN menjadi UIN tidak dimaksudkan untuk memarjinalkan fakultas agama yang selama ini sudah ada. Tetapi sebaliknya, fakultas yang sudah ada tersebut akan tetap dipertahankan, bahkan diperkuat, karena di situlah salah satu letak keunggulan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kondisi Objektif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekarang mempunyai 11 fakultas: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan; Fakultas Adab dan Humaniora; Fakultas Ushuluddin dan Filsafat; Fakultas Syari’ah dan Hukum; Fakultas Dakwah dan Komunikasi; Fakultas Dirasat Islamiyah; Fakultas Psikologi; Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial; Fakultas Sains dan Teknologi; Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; dan Fakultas Pascasarjana Studi Islam.
Dari daftar nama fakultas tersebut, terlihat usaha pengembangan fakultas lama dan penambahan fakultas baru.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi, sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu unsur yang sangat penting dalam menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Untuk itu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selalu mendorong SDM-nya untuk meningkatkan kemampuan diri mereka.
Di samping fakultas di atas, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga didukung oleh lembaga struktural dan non-struktural. Lembaga struktural adalah lembaga yang keberadaannya secara tegas ada dalam struktur organisasi UIN.
Sementara lembaga nonstruktural adalah lembaga yang keberadaannya secara fungsional mendapat pengakuan resmi dari rektor, tetapi berada di luar struktur formal organisasi UIN.
Yang termasuk dalam kategori pertama adalah Lembaga Penelitian, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat, Pusat Komputer, Pusat Bahasa dan Budaya, dan Perpustakaan.
Adapun lembaga yang termasuk dalam kategori kedua adalah Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), Pusat Studi Wanita (PSW), Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM), Pusat Konsultasi Hukum dan Bantuan Hukum Islam (PKHBHI), Pusat Lingkungan Hidup (PLH), Pusat Pengembangan Manajemen (PPM), Center for Teaching and Learning Development (CTLD), Local Project Implementing Unit (LPIU), IAIN Jakarta Press, Indonesian Center for Civic Education (ICCE), Center for Economic and Enterpreuneurship Development (CEED) dan Pusat Pengembangan Sains dan Teknologi (Pusbangsitek).
Kebanyakan dari lembaga struktural dan nonstruktural ini bergerak dalam bidang penelitian, pengkajian, pelatihan, seminar, konsultasi, dan lain-lain. Lembaga ini bekerjasama dengan pihak luar, baik pemerintah maupun swasta, lembaga dalam negeri dan luar negeri.
Dalam rangka memaksimalkan peran Tri Dharma Perguruan Tinggi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjalin kerjasama dengan menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) dengan lebih dari 60 lembaga pemerintah dan swasta, baik dalam maupun luar negeri.
Kerjasama tersebut umumnya bergerak dalam bidang pendidikan dan pelatihan, di antaranya dengan McGill University, INIS/ Universitas Leiden, Ohio University, Kolej Universiti Islam Malaysia, The Asia Foundation, The Ford Foundation, USAID, IDB, Konrad Adenauer Stiftung, UI, ITB, Universitas al-Azhar, IPB, Pemda DKI Jakarta, dan Pemda Banten.
Sebagai lembaga pendidikan tinggi, keberadaan jurnal ilmiah sebagai wahana untuk mengembangkan pemikiran ilmiah yang objektif dan kritis sangat diperlukan. Dalam hal ini, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah memiliki 16 jurnal ilmiah.
Kebanyakan jurnal ini dikelola oleh fakultas atau lembaga struktural dan nonstruktural UIN. Di antara 16 jurnal ini, tiga jurnal telah diakreditasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, yakni Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies (jurnal internasional), Refleksi (jurnal Fakultas Ushuluddin), dan Mimbar Agama dan Budaya.
Dalam perkembangan lebih lanjut, UIN Jakarta sejak 2003 mencanangkan gerak menuju “Universitas Riset”, yang diakui baik pada tingkat nasional maupun internasional.
Daftar Pustaka
Hidayat, Komaruddin dan Hendro Prasetyo, eds. Problem dan Prospek IAIN. Jakarta: Depag RI, 2000.
Profil IAIN/UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Tahun 2002.
Yatim, Badri dan Hamid Nasuhi, eds. Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam: Sejarah dan Profil Pimpinan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1957–2002. Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2002.
Din Wahid