Kitab ulumul Qur’an berisi uraian tentang hal yang berkaitan dengan ilmu Al-Qur’an dan tafsirnya, seperti sejarah turunnya, mukjizat, metode serta bentuk tafsir, mufasir, kodifikasi, persoalan ayat yang turun pertama dan terakhir, hubungan antara satu ayat dan ayat lain, serta cara penerimaan wahyu oleh Rasulullah SAW.
Di samping kitab ulumul Qur’an, dikenal pula istilah kitab ulumul tafsir, yaitu kitab yang membahas secara khusus persoalan penafsiran Al-Qur’an, seperti metode penafsiran, corak penafsiran, dan para mufasirnya.
Persoalan penafsiran Al-Qur’an sebenarnya merupakan salah satu bagian dari kajian ulumul Qur’an. Walaupun begitu, menurut Subhi as-Salih (pakar ilmu keislaman dan linguistic dari Universitas Libanon), ilmu tafsir adalah induk ulumul Qur’an dan lebih tua umurnya dari ulumul Qur’an.
Sejarah Penulisan.
Penulisan ulumul Qur’an mempunyai sejarah yang berbeda dengan penulisan Al-Qur’an itu sediri. Al-Qur’an ditulis dan dikumpulkan secara resmi pada masa Khalifah Usman bin Affan, sedangkan penulisan ulumul Qur’an dilakukan sesudahnya.
Pada masa awal Islam, pengetahuan mengenai seluk-beluk Al-Qur’an dan hal-hal yang berkaitan dengannya belum ditulis dan disusun dalam bentuk buku. Pengetahuan itu masih tersimpan dalam hati para sahabat Nabi SAW dan mereka tidak merasa perlu untuk menuliskannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh dua hal:
(1) adanya larangan Nabi SAW untuk menuliskan selain Al-Qur’an dan
(2) jika para sahabat yang hidup pada masa Rasulullah SAW menemukan berbagai masalah yang berkaitan dengan persoalan Al-Qur’an, mereka dapat langsung menanyakannya kepada Rasulullah SAW. Keadaan ini berlangsung sampai masa Khalifah Umar bin Khattab. Penyebaran pengetahuan tentang Al-Qur’an pada masa ini hanya dilakukan secara lisan.
Penulisan ulumul Qur’an mulai dirintis pada masa Khalifah Usman bin Affan. Pada masa itu umat Islam tersebar di berbagai wilayah yang luas, hingga di luar Semenanjung Arabia. Umat Islam pada waktu itu tidak hanya terdiri atas orang Arab, tetapi juga mencakup orang non-Arab yang sama sekali tidak mengetahui bahasa Arab.
Bersamaan dengan usaha penulisan Al-Qur’an pada masa ini dan agar penulisan mushaf (sebuah buku yang terjilid seperti yang dijumpai sekarang) itu dapat dilakukan dengan baik dan benar, disusunlah suatu ilmu yang mengatur metode penulisan mushaf Al-Qur’an yang disebut ‘ilm ar-rasm Al-Qur’ani atau ‘ilm ar-rasm al-‘Utsmani.
Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, usaha ini terus dilanjutkan. Untuk menjaga kaidah bahasa Arab dan kemurnian bahasa Al-Qur’an, Khalifah Ali bin Abi Thalib lalu memerintahkan Abu al-Aswad Zalim bin Sufyan ad-Du’ali (w. 69 H/688–689 M, seorang ahli bahasa Arab dan peletak dasar ilmu nahu atau tata bahasa Arab) untuk menyusun kaidah bahasa Arab yang benar. Pada masa ini pula dikenal adanya suatu ilmu yang diberi nama ‘ilm i‘rab Al-Qur’an, yaitu ilmu yang membahas uraian kedudukan kata dalam Al-Qur’an.
Pada masa Bani Umayah, perhatian para sahabat dan tabiin mulai diarahkan untuk menyebarkan ulumul Qur’an dengan cara periwayatan dan pengajaran secara lisan. Usaha ini dipandang sebagai rintisan untuk melakukan penulisan ulumul Qur’an. Usaha yang sama dilakukan pula pada periode awal Dinasti Abbasiyah. Usaha ini mencakup ilmu-ilmu agama pada umumnya dan ilmu-ilmu bahasa Arab.
Para sahabat yang banyak memberikan sumbangan dalam usaha ini ialah al-Khulafa’ ar-Rasyidun (khalifah yang empat), Ibnu Abbas, Ibnu Mas‘ud, Zaid bin Sabit, Abu Musa al-Asy‘ari, dan Abdullah bin Zubair. Para tabiin yang dipandang sebagai tokoh dalam usaha ini ialah Mujahid bin Jabir, Ata bin Abi Rabah, Yasar, Ikrimah bin Abu Jahal, Ibnu Qatadah, al-Hasan al-Basri, Sa‘id bin Jubair, dan Zaid bin Aslam.
Yang tampil dari kalangan atba‘ at-tabi‘in (pengikut tabiin) ialah Malik bin Anas (Imam Malik). Mereka semua dipandang sebagai peletak dasar ilmu tafsir, ‘ilm asbab an-nuzul (ilmu tentang sebab turunnya Al-Qur’an), ‘ilm an-nasikh wa al-mansukh (ilmu tentang ayat yang menghapus/membatalkan dan yang dihapus/dibatalkan), dan ‘ilm garib Al-Qur’an (ilmu tentang kata sulit dalam Al-Qur’an).
Penulisan ulumul Qur’an yang sesungguhnya mulai dilakukan pada abad ke-2 H. Cabang ilmu Al-Qur’an pertama yang mendapat perhatian ulama pada masa ini ialah ilmu tafsir, suatu ilmu yang membahas berbagai hal yang berkaitan dengan penafsiran Al-Qur’an.
Usaha ini ditandai dengan disusunnya berbagai kitab tafsir. Di antara ulama yang berjasa dalam kegiatan ini ialah Syu’bah al-Hajjaj bin Warad al-Azadi al-Wasiti (w. 160 H/777 M), seorang ahli tafsir dan ahli hadis asal Basrah), Sufyan bin Uyainah al-Hilali al-Kufi (w. 198 H/814 M, ahli tafsir dan ahli hadis dari Kufah), dan Waki‘ al-Jarrah bin Malih bin Adi (w. 198 H/814 M).
Penulisan ulumul Qur’an pada masa berikutnya berjalan terus. Pada abad ke-3 H, misalnya, muncul beberapa ulama terkenal dengan berbagai ragam kitab ulumul Qur’an dengan objek pembahasan yang berbeda-beda.
Di antaranya ialah al-Madini (w. 234 H/849 M) yang menyusun buku tentang sebab turunnya Al-Qur’an, Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (w. 224 H/839 M) yang menyusun buku tentang nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an, dan Muhammad bin Ayyub ad-Daris (w. 294 H/907 M) yang menyusun buku tentang ayat Makkiyyah (yang turun di Mekah) dan Madaniyyah (turun di Madinah).
Pada abad ke-4 H muncul Abu Bakr Muhammad bin Qasim al-Anbari (w. 328 H/939 M) yang menyusun buku ‘Aja’ib ‘Ulum Al-Qur’an (Yang Menakjubkan dalam Ulumul Qur’an), Abu Hasan Ali bin Isma‘il al-Asy‘ari (w. 324 H/935 M) yang menyusun al-Mukhtazin fi ‘Ulum Al-Qur’an (Penerobos Ulumul Qur’an), dan Abu Bakar Muhammad bin Abdul Azizi as-Sijistani (w. 330 H/942 M) yang menyusun Fi Garib Al-Qur’an (Tentang Kata Sulit dalam Al-Qur’an).
Pada abad ke-5 H tampil beberapa ulama, seperti Ali bin Ibrahim bin Sa‘id al-Hufi al-Misri (w. 420 H/1029 M) yang menyusun al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Penjelasan tentang Ulumul Qur’an) dan Abu Amar ad-Dani (w. 444 H/1053 M) yang menyusun at-Taisir fi al-Qira’at as-Sab‘ah (Kemudahan dalam Bacaan Tujuh).
Pada abad ke-6 H tampil, misalnya, Abu al-Qasim Abdurrahman yang terkenal dengan nama as-Suhaili (w. 571 H/1176 M) yang menulis Mubhamat Al-Qur’an (Hal-Hal yang Bersifat Umum dalam Al-Qur’an).
Pada abad ke-7 H tampil Abu Muhammad Abdul Aziz as-Salam (w. 660 H/1204 M) dan Ali bin Muhammad bin Abdus Samad yang lebih dikenal dengan nama Imam as-Sakhawi (w. 643 H/1245 M), masing-masing menyusun buku Fi Majaz Al-Qur’an (Tentang Majas dalam Al-Qur’an) dan al-Qira’at (Qiraah).
Pada abad ke-8 H tampil Imam Badruddin az-Zarkasyi (w. 794 H) dengan kitabnya al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Penjelasan tentang Ulumul Qur’an).
Pada abad ke-9 H tampil beberapa ulama, di antaranya Jalaluddin al-Bulqini (w. 824 H/1421 M) dengan kitabnya Mawaqi‘ al-‘Ulum min Mawaqi‘ an-Nujum (Posisi Ilmu-Ilmu di antara Posisi Bintang-Bintang).
Imam as-Suyuti (w. 911 H/1505 M), ulama yang hidup pada akhir abad ke-9 dan awal abad ke-10 H menyusun dua buku terkenal mengenai ulumul Qur’an, yaitu at-Tahbir fi ‘Ulum at-Tafsir (Hiasan dalam Ilmu Tafsir) dan al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Penyempurnaan terhadap Ulumul Qur’an). Masa Imam as-Suyuti dipandang sebagai akhir dari kebangkitan pertama penyusunan dan penulisan ulumul Qur’an.
Pada abad-abad sesudahnya banyak ulama yang juga melakukan usaha penulisan buku dalam bidang ilmu ini. Di antara mereka ialah Syekh Tahir al-Jaza’iri, penulis at-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Penjelasan mengenai Ulumul Qur’an; selesai ditulis tahun 1330 H/1912 M); Syekh Muhammad Ali Salamah, penulis Manhaj al-Furqan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Metode Pembeda dalam Ulumul Qur’an).
Ada juga Sayid Mustafa Sadiq ar-Rafi‘i, penulis I‘jaz Al-Qur’an (Kemukjizatan Al-Qur’an), Syekh Abdul Aziz Jawisy, penulis Atsar Al-Qur’an fi Tahrir al-‘Aql al-Basyari (Pengaruh Al-Qur’an dalam Membebaskan Akal Manusia); dan Syekh Mustafa Sabri, penulis Mas’alah Tar Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an karya Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi asy-Syafi‘I jamah Al-Qur’an (Masalah Penerjemahan Al-Qur’an). Usaha ulama di atas berjalan terus hingga masa sekarang.
Munculnya Istilah Ulumul Qur’an.
Terdapat perbedaan pendapat ulama tentang kapan istilah ulumul Qur’an muncul pertama kali dalam sejarah. Pada umumnya ulama ber-pendapat bahwa istilah itu muncul pertama kali pada abad ke-7 H. Akan tetapi, Muhammad Abdul Azim az-Zarqani, dalam kitabnya Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Tempat Menimba Pengetahuan di dalam Ulumul Qur’an), mengatakan bahwa istilah itu muncul pada abad ke-4 H.
Hal ini berdasarkan hasil penelitiannya di Dar al-Kutub al-Islamiyah (Perpustakaan Buku-Buku Islam) yang menunjukkan bahwa buku al-Burhan fi ‘Uum Al-Qur’an (Penjelasan tentang Ulumul Qur’an) yang disusun Ali bin Ibrahim bin Sa‘id yang terkenal dengan nama al-Hufi (w. 330 H/942 M), sudah mencantumkan istilah itu di dalamnya.
Kitab Ulumul Qur’an.
Buku yang membahas aspek-aspek yang berkaitan dengan Al-Qur’an, termasuk penafsirannya, cukup banyak jumlahnya. Di antara buku yang banyak beredar dan banyak dijadikan rujukan adalah sebagai berikut.
(1) Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an oleh Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi asy-Syafi’i atau Imam Badruddin az-Zarkasyi (745 H/1344 M–794 H/1392 M), seorang ulama keturunan Turki yang lahir dan wafat di Mesir. Kitab ini pertama kali diterbitkan di Mesir 1957 disertai dengan tahkik (komentar) oleh Muhammad Abu al-Fadl Ibrahim, seorang ahli tafsir Mesir. Kitab ini menjadi referensi bagi ulama tafsir pada masa-masa berikutnya.
Buku ini terdiri dari empat jilid tebal yang berisi 47 persoalan pokok (31 pada jilid pertama dan 16 pada tiga jilid lainnya) yang berkaitan dengan Al-Qur’an dan penafsirannya. Setiap persoalan pokok mencakup pula berbagai hal yang terperinci. Buku ini dipandang sebagai karya yang komprehensif dan terperinci membahas ulumul Qur’an dibandingkan dengan buku sejenis yang ditulis pada masa berikutnya.
(2) Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an oleh Jalaluddin as-Suyuti asy-Syafi‘i atau Imam as-Suyuti, seorang ulama yang menguasai banyak disiplin ilmu. Kitab yang terdiri dari dua jilid ini pada dasarnya merujuk pada al-Burhan fi ‘Uum Al-Qur’an.
Buku ini berisi 80 persoalan pokok, yakni 42 pada jilid pertama dan 38 pada jilid kedua. Pembahasannya dimulai dengan persoalan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang turun sebelum hijrah (Makkiyyah) dan ayat-ayat yang turun sesudah hijrah (Madaniyyah) serta diakhiri dengan persoalan tingkat para mufasir berdasarkan periode kehidupannya. Buku ini telah dicetak beberapa kali hingga kini.
(3) Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Tempat Menimba Pengetahuan mengenai Ulumul Qur’an) oleh Muhammad Abdul Azim az-Zarqani, pakar ulumul Qur’an dan ulumul hadis dari Universitas al-Azhar, Cairo.
Buku yang terdiri atas dua jilid ini sudah beberapa kali diterbitkan. Buku ini berisi uraian lengkap mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan Al-Qur’an, baik ilmu Al-Qur’an maupun penafsirannya.
Pembahasannya dibagi atas 17 pembahasan pokok yang terbagi atas pasal-pasal. Pembahasannya mencakup uraian mengenai pengertian ulumul Qur’an dan objeknya, sejarah perkembangan ulumul Qur’an mulai dari masa Rasulullah SAW sampai sekarang, berbagai hal tentang turunnya Al-Qur’an, ayat yang pertama dan terakhir turun serta polemic mengenai hal itu, sebab turunnya ayat (asbab an-nuzul) dan hal-hal yang berkaitan dengannya, turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf (tujuh huruf pada kata Al-Qur’an), berbagai hal yang berkaitan dengan ayat Makkiyyah dan ayat Madaniyyah, pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW dan masa sahabat, tertib (susunan) ayat dan surah Al-Qur’an, dan penulisan Al-Qur’an serta aneka mushafnya.
Hal lain yang juga diuraikan dalam buku ini ialah qiraah (macam-macam bacaan Al-Qur’an), pertumbuhan dan perkembangannya, serta ahli qiraah; penafsiran Al-Qur’an, para mufasir, dan kitab tafsir; persoalan menerjemahkan Al-Qur’an serta hukum menerjemahkan dan membaca terjemahan menurut ulama; naskh (pembatalan/penghapusan ayat) dan berbagai persoalan yang berkaitan dengan itu; ayat yang muhkam (yang sudah jelas kandungan maknanya) dan yang mutasyabih (yang belum jelas kandungan maknanya); gaya bahasa (uslub) Al-Qur’an; dan kemukjizatan Al-Qur’an.
(4) At-Tafsir wa al-Mufassirun (Tafsir dan Para Mufasir) oleh Muhammad Husain az-Zahabi, pakar ulumul Qur’an dan ulumul hadis Universitas al-Azhar, Mesir. Buku ini terdiri dari dua jilid dan sudah beberapa kali diterbitkan, termasuk oleh Dar al-Fikr, Beirut. Buku ini membahas secara khusus sejarah pertumbuhan dan perkembangan tafsir Al-Qur’an dan mufasirnya, metode yang ditempuh para mufasir, corak penafsiran Al-Qur’an, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tafsir dan mufasir.
Secara garis besar buku ini dibagi atas beberapa bab dan setiap bab terdiri atas beberapa pembahasan atau pasal. Dalam pendahuluannya dibahas tiga hal pokok, yaitu pengertian tafsir dan takwil, penafsiran Al-Qur’an bukan dengan bahasa Arab, dan perbedaan pendapat ulama mengenai penafsirannya.
Bab pertama membahas perkembangan tafsir Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW dan masa sahabat. Bab kedua menguraikan perkembangan tafsir pada masa tabiin. Bab ketiga tentang perkembangan tafsir pada masa penulisan tafsir (‘usur at-tadwin) yang dimulai dari masa Dinasti Abbasiyah sampai sekarang.
Dalam bab ini diuraikan antara lain macam-macam corak penafsiran, seperti penafsiran bi al-ma’tsur (berdasarkan penjelasan ayat dan hadis) dan bi ar-ra’yi (dengan menggunakan nalar), dan kitab tafsir. Bab penutup berisi uraian mengenai corak penafsiran pada masa modern.
(5) At-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Uraian mengenai Ilmu-Ilmu Al-Qur’an) oleh Muhammad Ali as-Sabuni, pakar tafsir dari Mekah. Uraian buku ini sederhana dan singkat. Isinya hanya dibagi atas sembilan pasal, yaitu:
1) mengenai ulumul Qur’an,
2) sebab turunnya Al-Qur’an,
3) hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap,
4) pengumpulan Al-Qur’an,
5) tafsir Al-Qur’an dan para mufasir,
6) para mufasir dari kalangan tabiin,
7) kemukjizatan Al-Qur’an,
8) mukjizat Al-Qur’an yang bersifat ilmiah, dan
9) turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf dan macam-macam qiraah. Buku ini dicetak 1390 H/1970 M. Pada 1984 telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia (Penerbit al-Ma’arif, Bandung) dengan judul Pengantar Studi Al-Qur’an.
(6) Al-Fawa’id al-Musyawwiq ila ‘Ulum Al-Qur’an wa ‘Ilm al-Bayan (Berbagai Manfaat yang Dapat Diperoleh dari Ilmu Al-Qur’an dan Ilmu Bayan) oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Buku ini dicetak pertama kali oleh Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 1982. Pembahasannya dibagi atas beberapa bagian dan pada umumnya berkaitan dengan persoalan kebahasaan yang dikaitkan dengan uslub (gaya bahasa) yang digunakan dalam Al-Qur’an.
(7) Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beberapa Pembahasan mengenai Ilmu-Ilmu Al-Qur’an) oleh Subhi as-Salih, pakar ilmu keislaman dan linguistik dari Universitas Libanon. Sampai 1988 buku ini sudah diterbitkan sebanyak 17 kali oleh penerbit Dar al-Ilm li al-Malayin, Beirut.
Pembahasannya lebih panjang dan lebih luas jika dibandingkan dengan pembahasan yang sama dalam at-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an karya as-Sabuni. Isinya juga dibagi atas beberapa bab dan setiap bab terdiri atas pasal-pasal. Pembahasannya mencakup uraian tentang nama-nama Al-Qur’an, realitas wahyu, dan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur serta rahasia yang terkandung di dalamnya; pembahasan mengenai sejarah Al-Qur’an yang mencakup pengumpulan Al-Qur’an dan penulisannya, mushaf Al-Qur’an, dan turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf; mengenai sejarah ulumul Qur’an, pengetahuan tentang sebab turunnya Al-Qur’an, ayat Makkiyyah dan Madaniyyah, sekilas tentang lafal pembuka surah Al-Qur’an, pengetahuan tentang ayat yang nasikh dan mansukh, pengetahuan mengenai ayat yang muhkam dan mutasyabih; dan mengenai tafsir dan kemukjizatan Al-Qur’an yang mencakup uraian tentang pertumbuhan dan perkembangan tafsir, ayat-ayat Al-Qur’an saling menafsirkan satu sama lain, dan kemukjizatan Al-Qur’an (secara khusus dilihat dari segi bahasa).
(8) Zubdah al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Intisari Penyempurnaan dalam Ulumul Qur’an) oleh Muhammad Alawi al-Maliki al-Hasani. Buku ini diterbitkan oleh Dar asy-Syuruq, Jiddah, Arab Saudi, 1983. Buku ini berisi uraian singkat men-genai berbagai hal yang berkaitan dengan ulumul Qur’an. Persoalan pokok yang ditampilkan dalam buku ini ialah persoalan turunnya Al-Qur’an dengan berbagai aspeknya, qiraah, i’rÎb Al-Qur’În, hakikat dan majas, kemukjizatan Al-Qur’an, dan penafsiran Al-Qur’an.
(9) Mabahits fi at-Tafsir al-Maudu‘i (Pembahasan mengenai Tafsir Tematik) oleh Mustafa Muslim, pakar ulumul Qur’an di Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Sa‘ud di Riyadh. Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Dar al-Qalam, Beirut, 1989.
Pada intinya buku ini membahas berbagai hal yang berkaitan dengan metode tafsir tematik. Pembahasannya dimulai dengan tafsir tematik ditinjau dari segi pengertian, pertumbuhan, perkembangan, macam, dan peranannya, disusul oleh uraian mengenai metode penelitian dalam tafsir tematik, dan ilmu tentang hubungan ayat dalam kajian tafsir tematik. Pada bagian berikutnya dikemukakan beberapa contoh tentang aplikasi tafsir tematik dengan mengambil beberapa ayat tertentu sebagai sampel.
(10) Usul at-Tafsir wa Qawa‘iduh (Dasar Tafsir dan Kaidahnya) oleh Syekh Khalid Abdurrahman al-Ak, seorang ulama tafsir di Damascus. Hingga 1986 buku ini telah dua kali diterbitkan Dar an-Nafa’is, Beirut.
Buku ini berisi dasar mengenai tafsir dan kaidah yang harus diikuti dalam rangka melakukan penafsiran Al-Qur’an. Pembahasannya mencakup beberapa pokok, yaitu: 1) pengantar studi dasar tafsir dan kaidahnya, 2) berbagai metode penafsiran Al-Qur’an, 3) kaidah penafsiran dalam menerangkan makna ayat Al-Qur’an, 4) kaidah tafsir yang ditempuh ketika menafsirkan ayat yang sudah jelas pengertiannya, dan 5) kaidah tafsir yang ditempuh ketika menafsirkan lafal Al-Qur’an yang mengandung pengertian yang kompleks.
(11) Al-Madkhal li Dirasah Al-Qur’an (Pengantar Studi Al-Qur’an) oleh Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, seorang ulama Al-Azhar, Mesir. Buku ini diterbitkan Dar al-Jail, Beirut, 1992. Buku ini berisi sepuluh pembahasan pokok, yaitu:
1) ulumul Qur’an dari berbagai aspek,
2) seluk-beluk turunnya Al-Qur’an,
3) ayat yang pertama dan terakhir turun,
4) sebab turunnya ayat,
5) hadis tentang turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf,
6) ayat Makkiyyah dan Madaniyyah,
7) pengumpulan Al-Qur’an dan sejarahnya,
8) tertib ayat dan surah Al-Qur’an,
9) penulisan Al-Qur’an, dan
10) keautentikan Al-Qur’an.
(12) Al-Qawa‘id al-hisan li Tafsir Al-Qur’an (Kaidah yang Baik untuk Menafsirkan Al-Qur’an) oleh Abdurrahman bin Nasir as-Sa’di, seorang ulama Arab Saudi. Buku ini diterbitkan Maktabah al-Ma’arif, Riyadh, 1980. Isinya secara khusus membahas kaidah yang digunakan untuk penafsiran Al-Qur’an, baik yang berkaitan dengan persoalan bahasa maupun persoalan substansi yang dikandung Al-Qur’an. A
da 70 kaidah yang dikemukakan secara terperinci dalam buku ini disertai dengan contoh penerapan kaidah itu. Di antara kaidah tersebut ialah:
1) cara Al-Qur’an mengungkapkan persoalan tauhid,
2) cara Al-Qur’an mengungkapkan masalah kenabian,
3) metode Al-Qur’an dalam mengajak orang kafir untuk memeluk Islam,
4) al-Asma’ al-husna (nama-nama Allah SWT) yang terdapat di akhir ayat, dan
5) petunjuk Al-Qur’an yang universal yang sesuai dengan segala tempat dan waktu.
(13) Al-Qawa‘id at-Tadabbur al-Amtsal li Kitab Allah (Kaidah Pemahaman/Pemikiran yang Terbaik terhadap Kitabullah) oleh Abdurrahman Hasan Habnakah al-Maidani, seorang ulama besar Damascus.
Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Dar al-Qalam, Beirut, 1979. Terbitan kedua dilakukan 1989. Inti pembahasan buku ini ialah kaidah yang digunakan untuk memahami ayat Al-Qur’an. Di dalamnya disajikan 40 kaidah yang disertai dengan ayat yang digunakan sebagai contoh penerapan kaidah yang bersangkutan.
(14) Mufradat Alfaz Al-Qur’an (Kamus Lafal Al-Qur’an) oleh Ragib al-Isfahani (w. 502 H/1108 M), seorang ulama ahli fikih dan tafsir dari Isfahan, Iran. Buku ini sudah beberapa kali diterbitkan, termasuk di dalamnya terbitan Dar al-Qalam bekerjasama dengan Dar asy-Syamiyah, Beirut, 1992.
Sesuai dengan namanya, buku ini berisi daftar kata yang digunakan Al-Qur’an yang disusun secara alfabetis. Setiap kata yang ditampilkan dalam buku ini diuraikan asal/akar katanya, sinonimnya, contoh penggunaan kata itu dalam Al-Qur’an, dan perkembangan penggunaan kata itu sesuai perkembangan maknanya. Ayat yang dijadikan contoh selalu dilengkapi dengan nama surah dan nomor ayat.
(15) At-Tibyan fi Aqsam Al-Qur’an (Penjelasan tentang Sumpah dalam Al-Qur’an) oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Buku yang diterbitkan Dar al-Fikr, Beirut ini berisi uraian mengenai sumpah yang terdapat dalam Al-Qur’an disertai dengan contoh penggunaan sumpah itu.
(16) Al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhu‘i (Pengantar Tafsir Tematik) oleh Abdul Hayy al-Farmawi, seorang ahli ulumul Qur’an Mesir. Sampai 1977 buku ini sudah dua kali diterbitkan di Cairo.
Pada intinya buku ini berisi uraian singkat mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan metode tafsir tematik. Oleh sebab itu, pembahasannya dimulai dengan uraian mengenai perkembangan ilmu tafsir, lalu metode penafsiran Al-Qur’an, dan tafsir tematik. Di bagian akhir dikemukakan beberapa contoh ayat yang ditafsirkan secara tematik.
(17) Al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur’an al-Karim (Ensiklopedi Lafal Al-Qur’an al-Karim) oleh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi (ahli tafsir India). Buku ini dicetak pertama kali 1407 H/1987 M dan sudah beberapa kali diterbitkan Dar al-Fikr, Beirut.
Buku ini berisi daftar kata yang digunakan dalam Al-Qur’an yang disusun secara alfabetis. Setiap kata, baik akar kata maupun kata jadian, disertai dengan contoh ayat tempat kata tersebut berada, nomor ayat, serta nama dan nomor surah.
(18) Rasm al-Mushaf, Dirasah Lugawiyyah Tarikhiyyah (Penulisan Mushaf, Suatu Kajian Kebahasaan dan Historis), oleh Ganim Qadduri al-Hamad, pakar ulumul Qur’an di Fakultas Syariah Universitas Baghdad. Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Mu’asasah al-Matba‘ah al-Arabiyah, Beirut, 1982.
Isinya secara lengkap menguraikan berbagai hal yang berkaitan dengan penulisan mushaf Al-Qur’an. Uraiannya terbagi atas enam pasal dan setiap pasal terdiri atas beberapa pembahasan. Secara garis besar, keenam pasal itu adalah sebagai berikut:
1) tulisan Arab ditinjau dari sejarah dan keutamaannya sebelum penulisan Mushaf ‘Utsmani,
2) sejarah penulisan Al-Qur’an dan pengumpulannya,
3) penulisan Mushaf ‘Utsmani ditinjau dari sumbernya dan sikap ulama salaf terhadapnya,
4) Mushaf ‘Utsmani ditinjau dari kajian kebahasaan,
5) penyempurnaan penulisan Mushaf ‘Utsmani, dan
6) hubungan antara sastra dan penulisan Mushaf ‘Utsmani.
(19) Asalib al-Istifham fi Al-Qur’an (Gaya Bahasa Bertanya dalam Al-Qur’an) oleh Abdul Alim as-Sayid Faudah, seorang peneliti bahasa Arab di Cairo. Buku ini diterbitkan Majelis Tinggi Pengawasan Seni, Sastra, dan Ilmu-Ilmu Sosial, Cairo.
Isinya membahas beberapa persoalan pokok yang berhubungan dengan gaya bahasa Al-Qur’an dalam mengungkapkan pertanyaan (istifham). Pembahasan istifham dalam buku ini dibagi atas enam bab, yaitu:
1) kata-kata tanya dalam Al-Qur’an,
2) tujuan pertanyaan dalam Al-Qur’an,
3) qiraah dan pengaruhnya dalam kalimat tanya dalam Al-Qur’an,
4) gaya bahasa atau kata-kata yang dapat digunakan sebagai kata tanya dalam Al-Qur’an,
5) beberapa realitas dalam kalimat tanya yang digunakan Al-Qur’an, dan
6) perbedaan antara bentuk kalimat tanya dalam Al-Qur’an dan dalam prosa serta syair.
(20) Atsar Al-Qur’an fi Ushul Madrasah al-Baœrah an-Nahwiyyah hatta Awakhir al-Qarn as-sani al-Hijri (Pengaruh Al-Qur’an terhadap Dasar Aliran Nahu Basrah hingga Akhir Abad Kedua Hijriah) oleh Abdullah Muhammad al-Kaisy, seorang ahli bahasa Arab Libya.
Buku ini diterbitkan Fakultas Dakwah Universitas Tripoli bekerjasama dengan Badan Pengawasan Kewarisan Islam Libya. Isinya adalah kajian analitis dan kritis mengenai pengaruh Al-Qur’an terhadap dasar nahu yang dianut aliran Basrah dengan mengemukakan sejarah perkembangan nahu Al-Qur’an terhadapnya. Pembahasan buku ini dibagi atas dua bagian besar, yaitu
1) pengaruh Al-Qur’an terhadap pertumbuhan dan perkembangan nahu dan
2) pengaruh Al-Qur’an terhadap metode para ahli nahu Basrah.
Bagian pertama mencakup uraian mengenai nahu dan qiraah Al-Qur’an, sebab perkembangan nahu, persoalan kebahasaan dalam bahasa Arab, perkembangan gerakan nahu menurut Al-Qur’an, dan pengaruh Al-Qur’an terhadap pandangan nahu.
Bagian kedua mencakup uraian mengenai sekilas metode ahli nahu Basrah dan dasar-dasarnya, dasar-dasar nahu Basrah dan sumbernya, pengaruh Al-Qur’an terhadap persoalan nahu, ahli nahu Basrah dan keterikatan mereka dengan contoh-contoh penggunaan nahu dalam Al-Qur’an, dan perbandingan antara sumber non-Qur’ani dan seruan untuk menggunakan Al-Qur’an dalam persoalan nahu.
(21) Ad-Dustur Al-Qur’ani wa as-Sunnah an-Nabawiyyah fi Syu’un al-hayah (Undang-Undang Al-Qur’an dan Sunah Nabi tentang Berbagai Persoalan Hidup) oleh Muhammad Izzah Darwazah, seorang ulama Damascus.
Buku yang terdiri dari dua jilid ini diterbitkan Isa al-Babi al-Halabi, Cairo. Buku ini mengungkapkan ketentuan Al-Qur’an dan sunah Nabi SAW yang berkaitan dengan berbagai hal tentang hidup dan kehidupan, baik kehidupan keagamaan maupun sosial dan politik.
(22) Khasa’is at-Ta‘bir Al-Qur’ani (Keistimewaan Ungkapan Al-Qur’an dan Ketinggian Balaghahnya) oleh Abdul Azim Ibrahim Muhammad al-Mat’ani (pakar bahasa Arab Mesir). Ilmu balaghah adalah cabang ilmu bahasa Arab yang mempelajari gaya bahasa yang berhubungan dengan kaidah penyusunan kata dan kalimat yang benar.
Buku yang terdiri dari dua jilid ini pada dasarnya merupakan disertasi untuk memperoleh gelar doktor dalam bidang balaghah dan kritik sastra pada Fakultas Bahasa Arab Universitas al-Azhar, Cairo. Buku ini diterbitkan pertama kali di Cairo 1992. Isinya menguraikan secara komprehensif hal-hal yang berhubungan dengan kebahasaan, keistimewaan uslub (gaya bahasa) Al-Qur’an dan ketinggian balaghahnya. Pembahasannya dibagi dalam lima bab.
Bab pertama merupakan pengantar yang menguraikan fungsi ungkapan kebahasaan dan perkembangannya, aspek-aspek balaghah, dan keindahan ungkapan kebahasaan.
Bab kedua menguraikan beberapa keistimewaan ungkapan dalam Al-Qur’an, mencakup bahasan tentang kemukjizaan Al-Qur’an ditinjau dari segi ilmiah dan hukum, dari segi sastra, dan keistimewaan dari segi lafal yang digunakan.
Bab ketiga berisi uraian mengenai uslub ma‘aniyyah (gaya bahasa yang disusun dengan kata-kata indah) dalam Al-Qur’an, mencakup bahasan tentang rahasia pembuangan suatu kata dalam kalimat Al-Qur’an, rahasia mendahulukan suatu kata atas kata lainnya, dan beragamnya susunan kalimat dalam berbagai ungkapan yang mengandung satu pengertian.
Bab keempat tentang persoalan bayaniyyah dalam Al-Qur’an, mencakup uraian mengenai tasybih (komparasi atau penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain) dan majas dalam Al-Qur’an.
Bab kelima berisi uraian mengenai persoalan badi‘iyyah (keindahan susunan kalimat) dalam Al-Qur’an, mencakup bahasan tentang persoalan makna, lafal, dan nilai keindahan Qur’ani.
(23) Al-Ahruf as-Sab‘ah wa Manzilah al-Qira’ah Minha (Huruf yang Tujuh dan Kedudukan Qiraah di Dalamnya), oleh Hasan Diya’uddin Atar (pakar tafsir dan ulumul Qur’an Universitas Cairo, Mesir). Buku ini diterbitkan pertama kali 1988 oleh Dar al-Basya’ir al-Islamiyah, Beirut.
Isinya adalah kajian hadis mengenai huruf tujuh (al-ahruf as-sab‘ah), aliran yang terdapat di dalamnya, urgensinya, dan hikmahnya. Secara garis besar buku ini terdiri atas empat pembahasan pokok yang masing-masing terdiri atas pasal-pasal. Empat pembahasan pokok tersebut adalah:
1) uraian mengenai hadis tentang diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf,
2) pengertian huruf-huruf itu menurut bahasa dan pandangan ulama tentang huruf-huruf itu,
3) penulisan mushaf, dan
4) mengenai qiraah.
Kitab Lainnya.
Buku yang mengkaji aspek-aspek yang terkandung di dalam Al-Qur’an cukup banyak jumlahnya. Selain yang dijelaskan di atas, buku lain yang berhubungan dengan kajian Al-Qur’an itu adalah sebagai berikut:
(1) al-Ma‘ani ats-saniyyah fi al-Uslub Al-Qur’ani (Makna Kedua dalam Uslub Al-Qur’an) oleh Fathi Ahmad Amir, pakar bahasa Arab pada Universitas Cairo;
(2) Khasa’is an-Nazm Al-Qur’ani fi Qissah Ibrahim (Keistimewaan Susunan Kalimat Al-Qur’an dalam Kisah Nabi Ibrahim) oleh asy-Syahhat Muhammad Abdurrahman Abu Syatit, pakar balaghah dan kritik sastra dari Mesir;
(3) Mausu‘ah al-Amtsal Al-Qur’aniyyah (Ensiklopedi Perumpamaan-Perumpamaan dalam Al-Qur’an), terdiri dari dua jilid, oleh Muhammad Abdul Wahhab Abdul Latif, salah seorang ulama al-Azhar;
(4) al-Bayan Al-Qur’ani (Uslub Bayan dalam Al-Qur’an) oleh Muhammad Rajab al-Bayumi, pakar bahasa Arab Universitas al-Azhar, Cairo;
(5) al-Mu‘jizah al-Khalidah (Mukjizat yang Kekal) oleh Hasan Diya’uddin Atar,
(6) al-Mu‘jizah al-Kubra (Mukjizat yang Amat Besar) oleh Imam Muhammad Abu Zahrah, ulama besar al-Azhar;
(7) Falsafah at-Ta’wil (Filsafat Takwil) oleh Nasr Hamid Abu Zaid;
(8) Min Balagah Al-Qur’an (di antara Keindahan Balagah Al-Qur’an) oleh Ahmad Ahmad Badawi, pakar ulumul Qur’an Mesir;
(9) Ta’wil Musykil Al-Qur’an (Takwil mengenai Kata Sulit dalam Al-Qur’an) oleh Ibnu Qutaibah;
(10) I‘jaz Al-Qur’an Baina al-Mu‘tazilah wa al-Asya‘irah (Kemukjizatan Al-Qur’an di antara Muktazilah dan Asy‘ariyah) oleh Munir Sultan, pakar kritik sastra dan balaghah dari Mesir;
(11) al-I‘jaz Al-Qur’ani Wujuhuhu wa Asraruhu (Kemukjizatan Al-Qur’an, Bentuk dan Rahasia yang Terkandung di Dalamnya) oleh Abdul Gani Muhammad Sa’id Barakah, pakar Al-Qur’an Universitas al-Azhar, Cairo;
(12) Manhaj az-Zamakhsyari fi Tafsir Al-Qur’an wa Bayan I‘jazihi (Metode az-Zamakhsyari dalam Menafsirkan Al-Qur’an dan Penjelasan tentang Kemukjizatannya) oleh Mustafa as-Sawi al-Juwaini, pakar bahasa Arab Universitas al-Azhar, Cairo;
(13) al-Bayan fi zaw’ Asalib Al-Qur’an (Uslub Bayan Menurut Uslub Al-Qur’an) oleh Abdul Fattah Lasyin, pakar bahasa Arab Universitas al-Azhar, Cairo; dan
(14) Khasa’is Al-Qur’an al-Karim (Keistimewaan-Keistimewaan Al-Qur’an) oleh Fahd bin Abdurrahman bin Sulaiman ar-Rumi, pakar Al-Qur’an di Universitas Riyadh.
Penulisan Ulumul Qur’an di Indonesia.
Ulama Indonesia juga menaruh perhatian besar dalam mengkaji dan mengembangkan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT. Perhatian mereka ditandai dengan usaha mengkaji Al-Qur’an dari berbagai aspeknya, baik penafsirannya maupun pengetahuan yang berkaitan dengan seluk-beluk Al-Qur’an.
Buku yang membahas ulumul Qur’an sudah banyak ditulis ulama Indonesia, di antaranya sebagai berikut.
(1) Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir oleh Prof Dr. Hasbi ash-Shiddieqy. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang, Jakarta. Hingga 1994 buku ini sudah beberapa kali dicetak ulang.
(2) “Membumikan” Al-Qur’an oleh Muhammad Quraish Shihab, pakar bidang tafsir. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan, Bandung, 1992 ini tidak hanya berisi uraian mengenai ulumul Qur’an dan tafsirnya, tetapi juga mengenai persoalan kontemporer yang dilihat menurut visi Al-Qur’an. Sampai sekarang buku tersebut sudah beberapa kali dicetak ulang.
(3) Ilmu-Ilmu Al-Qur’an yang disusun secara berseri oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Seri pertama buku itu telah diterbitkan oleh Biro Mental Spiritual DKI, Proyek Peningkatan Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an DKI Jakarta, 1994.
Daftar Pustaka
al-Ak, Khalid Abdurrahman. Usul at-Tafsir wa Qawa‘iduh. Beirut: Dar an-Nafa’is, 1986.
al-Hamad, Ganim Qadduri. Rasm al-Mushaf, Dirasah Lugawiyyah Tarikhiyyah. Beirut: Mu’assasah al-Matba‘ah al-‘Arabiyah, 1982.
al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
al-Qattan, Manna‘. Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an. Riyadh: Manshurat al-‘Asr al-Hadith, t.t.
as-Suyuti, Jalaluddin Abdur Rahman bin Abu Bakar. al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Syahbah, Muhammad bin Muhammad Abu. al-Madkhal li Dirasah Al-Qur’an al-Karim. Beirut: Dar al-Jail, 1992.
az-Zarkasyi, Badruddin Muhammad bin Abdullah. Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, 1988.
az-Zarqani, Muhammad Abdul Azim. Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an. t.tp.: Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, t.t.
A Thib Raya