Pemimpin pasukan muslim dari Daulah Umayah dalam penaklukan Andalusia (Semenanjung Iberia) bernama Tariq bin Ziyad. Nama lengkapnya adalah Tariq bin Ziyad bin Abdullah. Pada Mei 711, ia mendarat di Gibraltar dengan ribuan tentaranya. Gibraltar dalam bahasa Arab disebut Jabal Tariq (Gunung Tariq).
Sebagian sejarawan mengatakan bahwa Tariq bin Ziyad berasal dari bangsa Barbar suku Nafza, sebagian lagi mengatakan berasal dari bangsa Barbar suku Zanata. Ibnu Khaldun menyebutnya dengan tambahan nisbah al-Laisi. Tetapi juga ada yang mengatakan Tariq berasal dari Hamadan, Persia. Namanya diabadikan untuk memberi nama sebuah semenanjung yang berupa perbukitan karang setinggi 425 m di pantai tenggara Spanyol di dekat Gibraltar.
Penyerangan yang dilakukan Tariq bin Ziyad dilaksanakan setelah diadakan pengintaian oleh Tariq bin Abdul Malik an-Nakha’i. Kebetulan di Andalusia sedang terjadi perebutan kekuasaan. Raja Roderick (w. 711) merebut singgasana Kerajaan Visigoth. Akibatnya, putra-putra raja lama, Witiza, mengadakan pemberontakan kepada Raja Roderick, sebagian dari mereka lari ke Afrika Utara dan mengadakan persetujuan dengan kaum mus-limin untuk melawan Roderick.
Dalam pada itu, Julian, gubernur Ceuta di Afrika Utara yang juga merupakan bagian dari Kerajaan Visigoth, mengadakan pemberontakan kepada Roderick karena Roderick mencemari kehormatan putrinya. Julian juga bersekutu dengan kaum muslimin untuk menentang Roderick.
Pada Rajab 97 (Juli 711), Tariq bin Ziyad mendapat perintah dari Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nusair, untuk mengadakan penyerangan ke Semenanjung Andalusia. Dengan 7.000 serdadu, kebanyakan dari suku Barbar, Tariq bin Ziyad menyeberangi Selat Andalusia yang jaraknya hanya 13 mil dengan perahu yang diberikan Julian, mendarat di pantai karang yang kelak dinamai Gibraltar itu.
Kemudian Tariq bin Ziyad berhadapan dengan 25.000 serdadu Visigoth dekat Sungai Barbaret di bawah pimpinan Bishop Oppas, saudara Witiza. Pasukan besar Raja Roderick itu kemudian tidak disebut-sebut lagi dalam sejarah. Raja Roderick sendiri tewas dalam pertempuran itu.
Tariq bin Ziyad meminta tambahan pasukan kepada Musa bin Nusair dan dikirim 5.000 serdadu yang juga kebanyakan dari suku Barbar. Satu demi satu kota di semenanjung itu diduduki pasukan Tariq bin Ziyad, seperti Toledo, Elvira, Granada, Cordoba, dan Malaga. Antara musim semi sampai musim panas pada tahun 711 itu juga, Tariq bin Ziyad sudah dapat menguasai separuh dari wilayah Andalusia.
Cemburu akan sukses luar biasa yang dialami Tariq bin Ziyad, Gubernur Musa bin Nusair berangkat menuju Andalusia dengan 10.000 pasukan yang terdiri dari kebanyakan orang Arab dari suku Qaisi dan Yamani, kabilah Musa sendiri. Mereka tiba di Andalusia pada Juni 712. Musa mengambil jalan yang bukan dilalui Tariq bin Ziyad; ia masuk dari arah Medina Sidonia dan Carmona, kemudian masuk ke Merida. Sevilla, kota terbesar dan pusat intelektual Andalusia ketika itu, baru bisa direbut pada Juni 713.
Di Toledo-lah Musa bin Nusair dan Tariq bin Ziyad bertemu. Ironisnya, bukan penghargaan yang diterima Tariq dari gubernurnya, malah Musa menghukum dan memecat Tariq dari jabatannya, dengan alasan ketika diperintahkan untuk menghentikan serangan, ia tidak menaati perintahnya itu. Namun demikian, penaklukkan dijalankan terus. Kota lain seperti Zaragoza, Aragon, Leon, Asturia, dan Galicia dikuasai. Dengan demikian, praktis seluruh daratan Semenanjung Andalusia dikuasai pasukan muslim.
Penaklukan Andalusia terjadi ketika Daulah Umayah di bawah pemerintahan Khalifah al-Walid bin Abdul Malik atau al-Walid I (86 H/705 M–97 H/715 M). Musa bin Nusair mempersembahkan hasil kemenangannya yang gemilang itu berupa putri-putri dan budak-budak tawanan beserta barangÂ-barang berharga dari rampasan perang. Ia mengesampingkan jasa panglimanya, Tariq bin Ziyad.
Musa mempersembahkan sebuah meja antik ke hadapan Khalifah tetapi meja itu hilang kakinya sebuah. Ketika itu pula tampil Tariq bin Ziyad menyerahkan kaki meja yang hilang itu. Belakangan diketahui bahwa meja dan sebagian barang rampasan bahkan sebagian besar kesuksesan penaklukan itu bukanlah karena jasa Musa bin Nusair semata, melainkan juga karena jasa panglimanya, Tariq bin Ziyad.
Daftar Pustaka
Hasan, Hasan Ibrahim. Tarikh al-Islam. Cairo: Maktabah an-Nahdah al-Misriyah, 1976.
Syalabi, Ahmad. Mausu’ah at-Tarikh al-Islami wa al-hadarah al-Islamiyyah. Cairo: an-Nahdah al-Misriyah, 1977.
Atjeng Achmad Kusaeri