Taoisme

Agama dan filsafat Cina yang didasarkan pada ajaran Lao Tze (abad ke-6 SM) dikenal dengan Taoisme. Pada awalnya Tao merupakan aliran filsafat mistis, kemudian mengalami transformasi menjadi agama yang kaya dengan berbagai upacara dan tradisi.

Tao berarti “jalan”, namun bisa juga berarti prinsip, metode, cara atau doktrin. Pada masa Cina Kuno, Tao juga berarti kekuatan luar biasa dan mujarab dari raja-raja dan tukang sihir yang mengetahui secara persis bagaimana ketiga unsur dunia (kayangan, bumi, dan manusia) bisa berkomunikasi satu sama lain.

Bagi orang Cina, harmoni dan keteraturan di alam semesta dipahami sebagai manifestasi dari Tao, kehendak Ilahi atau peraturan yang menggerakkan semesta alam. Dengan kata lain, Taoisme tidak mempercayai satu Tuhan Pencipta yang mengendalikan alam semesta, tetapi lebih percaya kepada satu pemeliharaan Ilahi, satu kehendak kayangan atau surga (heaven), atau kayangan itu sendiri sebagai penyebab segala sesuatu.

Memahami Taoisme merupakan salah satu pintu untuk dapat memahami agama masyarakat Cina dan bangsa di sekitarnya, seperti Jepang dan Korea, karena Tao begitu dalam dan berpengaruh luas terhadap agama masyarakat di negara tersebut.

Untuk memahami ajaran dan praktek Taoisme, seseorang harus memahami apa yang diyakini para penganut Tao sebagai prinsip umum yang membangun dunia dan manusia.

Menurut kosmologi Cina Kuno, dunia dibangun oleh serangkaian pikiran mendasar berkaitan dengan kesatuan dan keragaman, ruang dan waktu, serta mikrokosmos dan makrokosmos. Konsep ajaran Tao bukanlah milik Taoisme semata tetapi juga milik semua aliran pemikiran agama Cina.

Dengan menerapkan konsep Tao dalam urusan manusia, pengikut Tao percaya bahwa ada cara alamiah dan benar untuk melakukan segala sesuatu, serta bahwa segala sesuatu dan setiap orang memiliki tempat dan fungsi yang tepat. Mereka percaya bahwa jika penguasa melaksanakan tugasnya dengan adil dan melakukan ritual pengorbanan, maka akan muncul kedamaian dan kesejahteraan bagi bangsa tersebut.

Begitu juga jika manusia mencari jalan atau Tao dan mengikutinya, maka segala sesuatu akan harmonis, damai, dan efektif. Sebaliknya, apabila manusia menolak Tao, maka segala sesuatu akan menjadi kacau.

Mengikuti jalan alami dan tanpa mengganggu alirannya merupakan unsur sentral filsafat dan pemikiran agama Cina. Taoisme menekankan aspek mistis dan metafisis yang mendorong kelambanan, ketenangan, dan kepasifan, dengan menjauhkan diri dari masyarakat dan kembali ke alam. Ide dasarnya adalah bahwa segala sesuatu akan berakhir dengan baik jika orang mau duduk tenang, tidak melakukan apa-apa, dan membiarkan jalan alam.

Pada awalnya, ketika digagas Lao Tze pada abad ke-6 SM, Taosime bukanlah sebuah agama, tetapi lebih merupakan pemikiran filosofis. Akibat rasa tidak puas dengan kekacauan dan huru-hara pada masa itu, Lao Tze mencari jalan keluar dengan meninggalkan masyarakat dan kembali ke alam. Ia disebut Lao Tze yang berarti “Tuan Tua” (Old Master) atau “Si Tua”, karena menurut penuturan sebuah legenda, ia berada dalam kandungan ibunya begitu lama sehingga ketika dilahirkan rambutnya telah beruban.

Lao Tze menulis buku Tao Te Ching (Jalan dan Kekuatan Klasik), dan buku tersebut menjadi teks penting ajaran atau kitab suci Taoisme. Buku ini ditulis dalam bentuk ayat-ayat pendek dan samar, sebagian di antaranya hanya terdiri dari tiga atau empat kata. Karena ayatnya pendek dan samar serta makna beberapa karakternya berubah sejak masa Lao Tze, buku ini menjadi subjek berbagai interpretasi yang berbeda.

Tao Te Ching merupakan sebuah kitab mistisisme sekaligus filsafat. Kitab ini disebut mistisisme karena berpandangan bahwa pemahaman Tao berada di luar kata-kata dan konsep yang ada. Kitab ini juga disebut kitab filsafat karena berisi ajaran tentang kosmologi, ontologi, dan etika. Saat ini Tao Te Ching banyak dibaca dan menarik minat banyak orang.

Dalam Tao Te Ching, Lao Tze menguraikan konsep Tao, jalan utama alam, dan mengaplikasikannya dalam setiap tingkat aktivitas kehidupan manusia. Tao merupakan kekuatan kosmik misterius yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan alam semesta.

Tujuan Taoisme adalah mencari Tao, meninggalkan dunia, dan menyatu dengan alam. Taoisme pada dasarnya adalah satu aliran filsafat, yang lahir sebagai respons terhadap ketidakadilan, penderitaan, penghancuran, dan kesia-siaan yang diakibatkan penguasa feodal yang kasar pada masa itu.

Pengikut Tao yakin bahwa untuk menemukan kedamaian dan harmoni, manusia perlu kembali kepada tradisi masa lalu sebelum para raja serta menteri yang mendominasi masyarakat. Kehidupan ideal ada dalam ketenangan dan keheningan di daerah perkampungan, dan dalam kesatuan dengan alam.

Penerus Lao Tze adalah Chuang Chou atau Chuang Tzu (369–286 SM), yang menulis buku Chuang Tzu. Dalam buku ini, Chuang tidak hanya menjelaskan ajaran Tao tetapi juga menguraikan ide “Yin” dan “Yang”. Menurutnya, tidak ada satu pun di dunia ini yang betul-betul permanen atau absolut, tetapi segala sesuatu terus berubah antara dua sisi yang berlawanan.

Dalam ajaran Tao, segala sesuatu memiliki dua prinsip atau unsur yang saling berlawanan, seperti positif-negatif, aktif-pasif, terang-gelap, hidup-mati, dan panas-dingin. Hubungan antara keduanya digambarkan dengan simbol Yin dan Yang. Yin (sisi gelap) menggambarkan unsur negatif, pasif, gelap, mati, dan dingin, sedangkan Yang (sisi terang) menggambarkan unsur positif, aktif, terang, hidup, dan panas.

Karena menganut filsafat seperti ini, pengikut Tao memandang bahwa tindakan seseorang tidak dapat mengubah apapun yang telah digerakkan oleh alam. Cepat atau lambat segala sesuatu akan kembali ke posisi sebaliknya. Suatu keadaan pasti akan menuju yang lebih baik, betapa pun sulit dan parahnya keadaan itu.

Dalam upaya menyatu dengan alam, pengikut Tao sangat terobsesi dengan keawetmudaan dan kegembiraan. Mereka berkeyakinan bahwa dengan hidup dalam harmoni dengan Tao atau jalan alami, seseorang bisa saja memasuki rahasia alam dan menjadi kebal terhadap kerusakan ragawi, penyakit, dan bahkan kematian. Keyakinan ini mendorong pengikutnya untuk melakukan berbagai praktek magis dan mencapai puncaknya pada masa Dinasti Han (206 SM–22 M), ketika Kaisar Wu Ti (136 SM) sangat tertarik pada ajaran Tao mengenai keabadian raga.

Menjelang abad ke-2 Taoisme mulai menjadi sebuah kelompok, dan sebelum abad ke-7, seiring dengan menguatnya agama Buddha, Taoisme berkembang menjadi sebuah agama yang berakar di Cina. Lao Tze didewakan, tulisannya dikanonkan, kuil dan biara dibangun, serta ordo biarawan dan biarawati didirikan.

Seiring perjalanan waktu, Taoisme lambat laun menjadi satu sistem pemujaan terhadap para dewa. Setiap orang hanya menyembah dewa favorit mereka di kuil setempat untuk meminta perlindungan dari kejahatan dan meminta pertolongan keuntungan duniawi. Para pendeta dibayar untuk melakukan pemakaman; memilih lokasi yang baik untuk kuburan, rumah, dan usaha; berkomunikasi dengan yang sudah mati; menyingkirkan iblis dan hantu; serta melakukan berbagai aktivitas ritual.

Daftar Pustaka

Eliade, Mircea, ed. The Encyclopedia of Religion. New York: Macmillan Publishing Company, 1987.
Smart, Ninian. The Religious Experience of Mankind. New York: Charles Scribners Son, 1961.

Rifki Rosyad