Talut adalah pemimpin Bani Israil. Ia menyiapkan pasukan melawan Filistin (Palestina) yang dipimpin Jalut. Dengan pertolongan Allah SWT dan melalui Daud seorang anak kecil yang kemudian menjadi nabi dan raja Israil Talut dapat menaklukkan Jalut.
Kisah Talut dan Jalut diabadikan dalam Al-Qur’an pada beberapa ayat. Dalam surah al-Baqarah (2) ayat 246–252 disebutkan bahwa beberapa tahun setelah Nabi Musa AS wafat, Bani Israil kembali menjadi bangsa yang lemah, dan bahkan terpecah-pecah.
Hal tersebut terjadi beberapa waktu sepeninggal Nabi Musa AS. Mereka mengabaikan dan meninggalkan ajaran yang telah disampaikan oleh utusan dan junjungan Allah SWT tersebut. Selain itu pada saat yang bersamaan, Tabut, sebuah peti yang berisi kitab suci Taurat, juga raib. Padahal, Tabut merupakan simbol pemersatu dan sekaligus kekuatan bagi Bani Israil.
Dalam keadaan lemah itulah, Jalut, komandan pasukan dari Filistin (Palestina), siap siaga menggempur Bani Israil yang sedang dalam keadaan hampir tak berdaya. Lalu melalui wahyu, pemimpin spiritual Bani Israil, Samuel, mendapat petunjuk bahwa mereka akan mendapat seorang pemimpin yang bukan berasal dari keturunan raja atau bangsawan. Dialah Talut yang memiliki badan sehat dan gagah. Pada awalnya Bani Israil menolaknya karena Talut bukan dari kalangan raja atau bangsawan.
Samuel meyakinkan kaumnya bahwa hanya Talut yang bisa mengembalikan persatuan dan kewibawaan Bani Israil. Selain itu, ia adalah pilihan Allah SWT. Mereka pun akhirnya menerimanya. Ketika Talut memegang tampuk pimpinan, Tabut kembali berada di tangan Bani Israil.
Sebagian riwayat menceritakan bahwa selama Tabut raib dari Bani Israil, benda tersebut berada di Filistin. Ternyata setelah Tabut berada di Filistin, bangsa tersebut mengalami banyak musibah, antara lain terserang wabah pes yang dibawa oleh tikus. Karena itu Tabut dikembalikan dengan menggunakan dua ekor sapi yang membawanya ke wilayah Bani Israil.
Di bawah kepemimpinan Talut, Bani Israil mempersiapkan diri melawan bangsa Filistin yang kafir dan sekaligus penjajah. Ketika berangkat ke medan perang, Talut berkata kepada pasukannya, “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku…” (QS.2:249). Namun sebagian besar pasukannya membangkang, dan hanya sebagian kecil yang taat kepada Talut.
Adapun Jalut, komandan pasukan Filistin yang bersosok tinggi besar seperti raksasa, bersama pasukannya siap menyerbu pasukan Talut. Tampak dari kejauhan jumlah pasukan Jalut jauh lebih besar dibanding dengan pasukan Talut, sebagian pasukan Talut pun merasa takut dan mundur dari medan pertempuran. Hanya sebagian kecil yang punya keberanian untuk terus maju ke medan tempur.
Ketika pertempuran dimulai, dengan cepat Jalut menunjukkan kehebatannya menggunakan pedang. Ia memenggal satu per satu kepala prajurit Bani Israil. Karena sudah terkepung pasukan Jalut, yang tersisa dari pasukan Talut hanyalah rasa takut.
Dalam keadaan terdesak, mereka terus berusaha melawan Jalut dengan sisa-sisa kekuatan dan terus-menerus berdoa agar ada dari mereka yang mampu mengalahkan Jalut dan pasukannya. Maka Talut berdoa kepada Allah SWT, “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami. Dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (QS.2:250).
Dalam keadaan terdesak itulah Allah SWT mengutus Daud, anak kecil pemberani yang di kemudian hari menjadi seorang nabi. Ketika maju ke medan tempur, ia dicegah oleh banyak orang. Mereka khawatir, Daud akan menjadi korban Jalut dengan sia-sia. Tapi Talut berpandangan bahwa pemuda inilah yang mampu menumbangkan Jalut. Karena itu Talut bernazar, kalau mampu mengalahkan Jalut, maka Daud akan dinikahkan dengan seorang putrinya, sekaligus diangkat menjadi patih di kerajaannya.
Untuk menghadapi Jalut, Talut melengkapi Daud dengan pedang yang tajam, perisai baja, topi baja, dan kuda terlatih. Tapi Daud tidak hanya mengandalkan kecanggihan senjata untuk berperang. Daud justru mempunyai keyakinan untuk mengalahkan musuh Allah SWT, dan keyakinan itulah menjadi modal utamanya.
Karena itu, ia menanggalkan semua perlengkapan perang yang diberikan oleh Talut. Maka, majulah Daud dengan menggunakan senjata andalannya, yakni panah dan katapel. Pada pertempuran tersebut Jalut tersungkur oleh hujaman anak panah dan batu yang dilontarkan Daud. Pada akhirnya Bani Israil meraih kemenangan. Jalut dibunuh anak kecil yang kemudian menjadi seorang nabi, yaitu Daud (QS.2:251).
Daftar Pustaka
Arifin, Bey. Rangkaian Cerita dalam Al-Qur’an. Bandung: al-Ma‘arif, 1986.
Ibnu Kasir, al-Hafidz Imaduddin Abu al-Fida’ Isma’il. Tafsir Al-Qur’an al-‘Azim. Beirut: ‘Alam al-Kitab, 1405 H/1985 M.
an‑Naisaburi. Qasas al‑Anbiya. Singapura: Sulainian Nar’i, t.t.
Zahran, Mahmud. Kisah dalam Al-Qur’an. Bandung: PT Alma’arif, 1974.
Herry Mohammad