Tahmid dalam bahasa Arab berarti “pujian”. Secara terminologis dalam Islam, Tahmid berarti “memuji Allah SWT dengan mengucapkan alhamdulillah (segala puji bagi Allah)”. Memuji Allah SWT merupakan suatu hal yang disyariatkan (diperintahkan) dalam Islam.
Perintah memuji Tuhan terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an, antara lain: “Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?’” (QS.27:59).
“Dan katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan’” (QS.27:93).
“Dan katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dari kehinaan dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya’” (QS.17:111).
Di dalam hadis Nabi SAW terdapat pula keterangan yang menyatakan pentingnya ucapan alhamdulillah, seperti sabda Nabi SAW: “Setiap urusan penting yang tidak dimulai dengan ucapan alhamdulillah, maka ia akan terputus” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Oleh sebab itu Imam Syafi‘i mengatakan, “Saya menyukai seseorang yang memulai khotbahnya dengan Alhamdulillah dan demikian pula segala pekerjaan lain yang ingin dikerjakannya.”
Pengucapan alhamdulillah dilakukan antara lain ketika selesai melaksanakan pekerjaan, ketika mendapat nikmat, ketika akan mengakhiri doa, dan seperti disebutkan terdahulu, yaitu ketika akan memulai pekerjaan yang mubah.
Imam Nawawi mengatakan: “Memuji Allah itu mustahabb (sunah) pada permulaan segala pekerjaan, seperti setelah selesai makan, minum, dan bersin, ketika akan menulis, sewaktu akan memulai pelajaran, ketika akan mengajar, dan sebagainya. Ucapan yang paling baik untuk itu ialah: alhamdu li Allah rabbi al-‘alamin (segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam).”
Imam Nawawi mengatakan juga, “Sunah mengakhiri doa dengan mengucapkan Alhamdu li Allah rabbi al-‘alamin, seperti yang diisyaratkan ayat Al-Qur’an: ‘…Dan penutup doa mereka ialah alhamdu li Allah rabbi al-‘alamin (QS.10:10)’.”
Dalam Al-Qur’an surah Yunus (10) ayat 10 tersebut juga dinyatakan yang berarti: “Doa mereka di dalamnya ialah subhanaka Allahumma (Maha Suci Allah) dan salam penghormatan mereka ialah salam…”
Di dalam hadis Nabi SAW diperintahkan pula memulai doa dengan ucapan tahmid. Nabi SAW bersabda, “Apabila salah seorang kamu berdoa, hendaklah ia memulainya dengan memuji Tuhannya, kemudian selawat atas Nabi SAW, setelah itu baru ia berdoa menurut kehendaknya” (HR. at-Tirmizi dari Fudalah bin Ubaid).
Menurut Mazhab Syafi‘i, hukum mengucapkan tahmid di dalam khotbah Jumat adalah wajib dan merupakan salah satu rukun khotbah. Khotbah tidak sah tanpa adanya tahmid.
Ucapan tahmid pun harus dengan bahasa Arab. Perkataan minimal yang diucapkan adalah alhamdulillah.
Tahmid juga merupakan cara pengungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT. Tahmid hanya dihadapkan kepada Allah SWT semata-mata karena Dialah satu-satunya sumber kebaikan yang hakiki dan yang berhak menerima puji serta sanjungan.
Daftar Pustaka
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. Ihya’‘Ulum ad-Din. Cairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1939.
al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maragi. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
an‑Nawawi, Abu Zakaria Yahya Muhiddin bin Syarf ad‑Dimasqi. al‑Adzkar. Cairo: Matba‘ah Zakariya Ali Yusuf, t.t.
as-Sadiq, Muhammad bin Allan. al-Futuhat ar-Rabbaniyyah ‘ala al-Adzkar an-Nawawiyyah. Cairo: al-Azhar, 1929.
asy-Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Tuhfah adz-dzakirin. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Yunasril Ali