Secara kebahasaan, al-jannah merupakan al-hadiqah dzat asy-syajar (kebun atau taman yang terdiri dari berbagai macam pepohonan). Secara terminologis, al-jannah adalah suatu tempat yang diliputi atau dipenuhi berbagai macam kenikmatan dan kelezatan luar biasa, yang disediakan Allah SWT untuk para hamba-Nya yang berbakti dan taat kepada-Nya.
Keistimewaan surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya digambarkan Allah SWT dalam hadis qudsi (hadis yang maknanya dari Allah SWT, sedangkan lafalnya dari Nabi SAW) riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, yang berarti:
“Aku (Allah) telah menyediakan untuk hamba-hambaKu yang saleh suatu balasan (surga) yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di dalam hati.”
Kemudian Rasulullah SAW juga melanjutkan: “Bacalah ayat ini jika kamu mau: ‘Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan’ (QS.32:17).”
Kenikmatan yang diberikan Allah SWT dalam surga bersifat kekal, tidak pernah habis, dan tidak terhitung (banyaknya). Dari semua kenikmatan tersebut, nikmat yang paling tinggi yang akan dirasakan penghuni surga adalah menyaksikan Allah SWT (QS.75:22–23), dapat bermunajat (berdoa sepenuh hati kepada Allah SWT untuk mengharapkan keridaan, ampunan, dan hidayah-Nya) kepada Allah SWT serta mendapatkan ucapan selamat (QS.36:55–58), dan memperoleh keridaan daripada-Nya (QS.9:72).
Dalam surah Ali ‘Imran (3) ayat 133 dikatakan bahwa surga itu seluas langit dan bumi. Di dalamnya mengalir bermacam-macam sungai dan diberi nama sesuai dengan keadaan dan sifat airnya, yakni:
(1) sungai air jernih, yaitu airnya selalu dalam keadaan jernih, tidak berubah rasa dan baunya;
(2) sungai susu, karena airnya terdiri dari air susu yang juga tidak berubah rasanya;
(3) sungai arak (khamar), yaitu airnya terdiri dari khamar yang sangat lezat rasanya; dan
(4) sungai madu, yang airnya terdiri dari madu yang disaring (QS.47:15).
Perhiasan yang diberikan kepada penghuni surga antara lain adalah emas dan mutiara serta pakaian yang terbuat dari sutra (QS.35:33), baik sutra yang halus/tipis maupun sutra yang tebal (QS.44:53).
Makanan dan minuman mereka terdiri dari berbagai macam jenis, terserah apa saja yang mereka inginkan, semuanya tersedia (QS.43:71). Piring dan gelas serta peralatan lainnya yang digunakan terbuat dari emas.
Di samping itu, penghuni surga dilayani oleh pelayan muda bagaikan mutiara yang bertaburan dengan pakaian sutra yang sangat indah dan menyedapkan pandangan mata. Mereka tetap tinggal muda dan tidak pernah berubah menjadi tua (QS.76:19–21). Di samping peralatan dari emas, ada pula peralatan yang terbuat dari perak dan kristal murni (QS.76:15).
Di surga juga tidak ada permusuhan, tidak ada perasaan dengki antarsesama penghuninya; hidup mereka rukun dan damai bagaikan saudara kandung, tidak pernah merasa penat, lelah, dan capai (QS.15:45–48). Di sini juga tidak ada perkataan omong kosong dan dosa. Yang ada hanyalah perkataan kedamaian (QS.56:25–26).
Di dalam surga tidak ada usia tua dan muda. Umur para penghuninya sebaya dan tidak pernah bertambah tua. Semua mereka tetap dalam keadaan sehat dan tidak pernah dihinggapi penyakit.
Orang yang berhak mendapatkan surga atau menjadi penghuni surga (disebut juga ahl al-jannah atau ashab al-jannah) adalah orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Tanda orang yang bertakwa itu antara lain disebutkan dalam surah al-Baqarah (2) ayat 3–4, yakni:
(1) beriman kepada yang gaib (yang tidak dapat ditangkap pancaindra), seperti adanya Allah SWT, para malaikat, dan hari akhirat;
(2) mendirikan salat;
(3) menafkahkan sebagian dari rezeki yang diberikan Allah SWT kepadanya;
(4) beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW;
(5) beriman kepada kitab yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW, seperti Taurat, Zabur, dan Injil;
(6) yakin akan adanya kehidupan akhirat;
(7) menahan marah;
(8) memaafkan kesalahan orang lain; dan
(9) jika melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, segera ingat kepada Allah SWT dan memohon ampunan atas segala dosanya (QS.3:135).
Ada bermacam-macam nama surga sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, antara lain jannah al-ma’wa (surga tempat kembali), jannah ‘adn (surga sebagai tempat tinggal yang kekal), dar al-khulud (negeri yang kekal), firdaus, dar as-salam (negeri yang sejahtera), dar al-maqamah (negeri ketenangan), dan jannah an-na‘im (surga kenikmatan).
Orang yang masuk ke dalam surga pada dasarnya adalah orang yang takwa, namun tidak berarti orang mukmin yang belum mencapai derajat mutakin (takwa) tidak masuk ke dalamnya. Amal baik dan buruk setiap orang mukmin di akhirat kelak akan ditimbang, dan Allah SWT bersikap sangat adil dalam hal ini.
Jika amal baiknya lebih berat dan lebih banyak dari amal yang jahatnya, ia akan dimasukkan ke dalam surga. Tetapi sebaliknya, jika amal jahatnya lebih banyak, ia akan dimasukkan ke dalam neraka. Hukuman yang diberikan Allah SWT di dalam neraka setimpal dengan kejahatan yang dilakukan orang tersebut.
Setelah habis masa hukuman itu, ia akan dimasukkan ke dalam surga dalam keadaan tubuh dan jiwa yang sudah suci. Karena itu, tidak ada orang mukmin yang akan kekal dalam neraka.
Seberat-beratnya siksa yang dideritanya, pada akhirnya ia akan dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Muslim, dan an-Nasa’i dari Abu Sa‘id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda,
“Para penghuni surga akan masuk ke surga dan penghuni neraka akan masuk ke dalam neraka. Kemudian Allah berfirman, ‘Keluarkanlah dari neraka itu orang yang ada di dalam hatinya iman sekalipun sebesar biji sawi.’ Mereka lalu dikeluarkan dari neraka dalam keadaan tubuh yang hitam hangus dan kemudian dimasukkan ke dalam nahr al-hayah (sungai kehidupan). Kemudian mereka tumbuh seperti tumbuhnya benih di samping tanah yang terkena banjir. Tidaklah engkau tahu bahwa benih itu akan keluar kekuning-kuningan dan berseri-seri.”
Di samping itu, orang yang berdosa juga bisa mendapat syafaat dari Rasulullah SAW. Karena, di samping memberikan syafaat ‘uzma (besar), Rasulullah SAW juga memberikan syafaat yang lain setelah mendapat izin dari Allah SWT.
Dengan demikian, bisa saja orang mukmin yang berdosa besar mendapat syafaat dari Rasulullah SAW sehingga dikeluarkan dari neraka.
Daftar pustaka
al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Aqidah al-Mu’min. Cairo: Maktabah al-Azhariyah, 1977.
Sabiq, Sayid. al-‘Aqa’id al-Islamiyyah, atau Akidah Islam, terj. Moh. Abdai Rathomy. Bandung: Diponegoro, 1978.
Sani, Abdullah. Neraka Jahanam dan Sorga Firdaus. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
A Hafizh Anshari A.Z.