Silsilah adalah daftar atau susunan asal-usul keturunan, disebut juga syajarah, atau pertalian hubungan suatu kel-uarga, penguasa dalam sejarah suatu pemerintahan, imam atau kiai dalam suatu aliran tarekat, atau rangkaian hubungan sanad rawi hadis. Silsilah sangat berguna sebagai dokumentasi arsip sejarah, terutama sejarah para tokoh dalam suatu disiplin ilmu tertentu.
Silsilah Keluarga. Silsilah keluarga adalah daftar yang menyebutkan hubungan genealogis, biasanya dimulai dari tokoh yang dianggap penting dan dihormati yang memiliki nilai sejarah.
Dari silsilah inilah kemudian muncul istilah bani (keturunan), seperti Bani Hasyim, Bani Muthalib, Bani Taim, Bani Zuhrah, Bani Abbas, dan Bani Umayah. Silsilah bisa juga bermanfaat untuk menghubungkan seorang tokoh kepada tokoh sebelumnya yang memiliki kedudukan dan karisma terhormat, misalnya silsilah Bani Umayah dan Bani Abbas yang bertemu pada Abdul Manaf, kakek Abdul Muthalib (kakek Nabi SAW).
Silsilah Tarekat
Silsilah tarekat disebut sanad, dan setiap individu dalam sanad disebut isnad. Tetapi silsilah lebih lazim digunakan daripada sanad. Silsilah dalam tarekat digunakan sebagai mata rantai transmisi ajaran tarekat yang diterima murid dari gurunya, sekaligus sebagai pengesahan.
Setiap guru atau syekh dalam silsilah memiliki watak esoterik yang diperolehnya dari gurunya. Ia mengucapkan sumpah setia kepada pendiri tarekat yang diwakili gurunya, dan sebaliknya ia akan menerima formula zikir. Formula zikir yang diwariskan dari satu isnad ke isnad yang lain dianggap memiliki kekuatan spiritual.
Berikut ini adalah salah satu contoh silsilah tarekat, yakni Tarekat Kadiriyah Naqsyabandiyah (Naqsyabandiyah, Tarekat), yang merupakan dasar bagi KH Musta’in Romli di Jombang untuk meletakkan otoritasnya sebagai guru tarekat di Jawa Timur:
(1) Nabi Muhammad SAW,
(2) Ali bin Abi Thalib,
(3) Husein bin Ali bin Abi Thalib,
(4) Imam Zainal Abidin,
(5) Syekh Muhammad al-Baqir,
(6) Syekh Ja‘far as-Sadiq,
(7) Syekh Musa al-Kazim,
(8) Syekh Abi al-Hasan Ali bin Musa ar-Radi,
(9) Syekh Ma’ruf al-Kurkhi,
(10) Syekh Sari as-Saqafi,
(11) Syekh Abi al-Qasim al-Junaid al-Baghdadi,
(12) Syekh Abu Bakar asy-Syibli,
(13) Syekh Abdul Wahid at-Tamimi,
(14) Syekh Abil Faraj at-Tartusi,
(15) Syekh Abil Hasan Ali al-Hakari,
(16) Syekh Abi Sa’id al-Mubarak al-Mahzum,
(17) Syekh Abdul Qadir al-Jailani,
(18) Syekh Abdul Aziz,
(19) Syekh Muhammad al-Hattaki,
(20) Syekh Syamsuddin,
(21) Syekh Syarafuddin,
(22) Syekh Zainuddin,
(23) Syekh Nuruddin,
(24) Syekh Waliyuddin,
(25) Syekh Husamuddin,
(26) Syekh Yahya,
(27) Syekh Abi Bakar,
(28) Syekh Abdurrahim,
(29) Syekh Usman,
(30) Syekh Kamaluddin,
(31) Syekh Abdul Fattah,
(32) Syekh Murad,
(33) Syekh Syamsuddin,
(34) Syekh Ahmad Khatib Sambas bin Abdul Gaffar,
(35) Syekh Abdul Karim,
(36) Syekh Ahmad Hasbullah bin Muhammad Madura,
(37) Syekh Muhammad Khalil,
(38) Syekh Muhammad Ramli Tamim,
(39) Syekh Usman al-Ishaq, dan
(40) KH Musta’in Romli.
Silsilah Hadis.
Silsilah hadis lebih dikenal dengan sanad. Kegunaan silsilah dalam hadis sangat penting. Dengan mengetahui silsilah rawi (periwayat) hadis, seperti Imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad, kepada para sanad yang berhubungan sebagai transmisi hadis, akan dapat diketahui sejauh mana kualitas hadis yang bersangkutan.
Klasifikasi hadis menjadi hadis sahih, hasan, daif, dan lain-lain, sangat dipengaruhi oleh adanya silsilah tersebut. Di samping itu, ada juga syarat yang harus dipenuhi yang diajukan para rawi hadis.
Imam Bukhari, misalnya, tidak hanya menyebutkan adanya silsilah, tetapi juga mensyaratkan bahwa selain masa hidup antara sanad satu dan yang lain harus satu periode, harus juga ada pertemuan antara penerima dan penyampai hadis (antara sanad yang satu dan sanad yang lain). Kegunaan terpenting silsilah dalam hadis adalah untuk analisis isnad.
Daftar Pustaka:
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES, 1985.
Juynboll, H.H.A. “Beberapa Metode Analitis Isnad Digambarkan Atas Dasar Ungkapan-Ungkapan Merendahkan Wanita dalam Sastra Hadis,” Beberapa Kajian Indonesia dan Islam, ed. W.A.L. Stokhof dan N.J.G. Kaptein. Jakarta: INIS, 1990.
Nasution, Harun. Thoriqot Qadiriyyah Naqsyabandiyyah: Sejarah, Asal Usul, dan Perkembangannya. Tasikmalaya: IAILM, 1990.
Watt, W. Montgomery. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990.
Ahmad Rafiq