Sanusiyah merupakan salah satu tarekat terpenting di Afrika Utara. Pendirinya adalah Sidi Muhammad bin Ali as-Sanusi (Mustaganim, Aljazair, 1791–Jagbub, Qairawan, 1859). Tarekat Sanusiyah didirikan pada 1837 di atas bukit, dekat Darana, wilayah Tripoli. Semula Tarekat Sanusiyah didirikan dalam bentuk zawiat (surau atau pondok) yang dikenal dengan “Zawiat Putih”.
Tujuan didirikannya Tarekat Sanusiyah adalah untuk memperbarui penghayatan dan penyebarluasan Islam. Oleh karena itu, para anggota Tarekat Sanusiyah diikat oleh suatu ajaran yang ketat tentang ketauhidan (tauhid) yang sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.
Adapun ajaran itu antara lain meliputi: (1) menyembah hanya Allah SWT, menghormati para wali atau berziarah ke kuburan adalah haram; (2) melarang minum kopi dan merokok; (3) memutuskan segala bentuk hubungan dengan pihak Yahudi dan Kristen; (4) menyerahkan sebagian dari penghasilan untuk dana sosial; (5) menggalang segenap daya untuk mengembangkan Islam; dan (6) menolak pengaruh Barat.
Berkat keteladanan dan kemampuan para anggota, banyak orang mengikuti paham Tarekat Sanusiyah. Penganutnya berasal dari seluruh pelosok Afrika Utara. Namun, para penguasa Turki di Tripoli merasa kurang senang, sehingga hubungan penguasa dengan pemimpin Tarekat Sanusiyah memburuk. Akibatnya, pemimpin tarekat memindahkan markasnya ke Oase Jagbub (wilayah sebelah selatan Libya).
Di tempat yang baru itu, ratusan mubalig dilatih dan kemudian disebar untuk berdakwah ke seluruh Afrika Utara. Di tempat itu pula semua cabang, diperkirakan berjumlah 121, selalu menjalin hubungan, berkonsultasi, dan menerima instruksi yang berkenaan dengan manajemen dan pelaksanaannya serta pengembangan ide teokrasi.
Pada 1895 putra Sidi Muhammad bin Ali as-Sanusi, Sanusi Muhammad al-Mahdi (w. 1901), memindahkan pusat tarekat ke Kufrah, karena letaknya lebih strategis daripada Jagbub. Kemudian ia memindahkan lagi ke daerah Guro dan setelah itu kembali ke Kufrah. Setelah wafat, ia digantikan kemenakannya, Ahmad asy-Syarif.
Tarekat Sanusiyah disebarluaskan melalui zawiat. Zawiat ini dipimpin muqaddim (kepala tarekat) dan wakilnya. Para pejabat ini mempunyai wibawa besar, tidak saja terhadap anggotanya tetapi juga terhadap masyarakat.
Melalui zawiat alami (oase Gurun Sahara) ribuan marbut (penjaga dan pengurus masjid) terus-menerus berkelana untuk berdakwah kepada masyarakat yang telah lalai terhadap ajaran Islam, tidak dinamis, dan fatalis (menyerah saja pada nasib).
Selain berdakwah untuk masyarakat Islam, Tarekat Sanusiyah juga aktif berdakwah ke beberapa suku Afrika yang masih menyembah berhala, misalnya suku Baele di negeri Ennedi (di sebelah timur Borku) yang masih menyembah batu dan suku Tedas di Tu atau Tibesti (di Gurun Sahara, selatan Fezzan). Tarekat ini juga berhasil mengislamkan masyarakat di negeri Galla.
Setelah menjalani aktivitas selama puluhan tahun dengan sukses, Tarekat Sanusiyah menjadi suatu gerakan penting dalam dunia Islam. Tarekat ini memiliki rumah peribadatan yang tersebar mulai dari Mesir sampai jauh ke pedalaman Maroko dan ke daerah oase di Gurun Sahara dan Sudan.
Pengikut baru juga datang dari luar Afrika Utara. Tarekat Sanusiyah masuk ke Senegal, Gambia, dan Somalia melalui Sudan. Pengaruh Tarekat Sanusiyah juga terdapat di Arab Saudi (Mekah dan Madinah), Irak, Iran, bahkan sampai ke Indonesia dan Malaysia.
Untuk pembinaan hasil dakwah ini, Tarekat Sanusiyah berusaha memajukan akhlak di kalangan masyarakat. Selain itu, mereka juga berusaha memajukan kondisi fisik dengan jalan mengembangkan penanaman oase yang lebih baik, menggali sumur baru, mendirikan tempat perhentian sepanjang jalan kafilah, dan memajukan perniagaan.
Selain itu, mereka juga mendirikan sekolah dan membangun sejumlah tempat tinggal di daerah oase, yakni tempat mereka memperoleh banyak jemaah. Budak yang mereka merdekakan dididik di Jagbub dan setelah dibekali ilmu pengetahuan agama, mereka diutus kembali ke kampung halamannya untuk berdakwah di kalangan familinya.
Selain menonjol di bidang dakwah, Tarekat Sanusiyah juga memainkan peranan dalam bidang politik. Tarekat ini selalu diperhitungkan oleh berbagai kolonialis Barat, seperti Inggris, Perancis, dan Italia. Lebih dari setengah abad tarekat ini menjadi kekuatan besar.
Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri bahwa lahirnya Libya setelah Perang Dunia II merupakan akibat perjuangan dan perlindungan Tarekat Sanusiyah. Oleh sebab itu, Libya merupakan negara dengan dukungan Tarekat Sanusiyah. Libya adalah satu-satunya negara di dunia yang dibentuk dari persaudaraan tarekat.
Tarekat Sanusiyah tidak henti-hentinya bekerja dalam bidang pendidikan kerohanian. Mereka mengajak jutaan orang primitif Niger di bagian barat dan tengah Afrika untuk masuk Islam. Bahkan di Afrika Barat banyak orang yang telah dinasranikan oleh zending (pekabar Injil) Eropa yang masuk Islam.