Saba

Dalam Al-Qur’an diceritakan bahwa Nabi Sulaiman AS mengajak seorang ratu dari sebuah negeri untuk mengikuti agamanya, yaitu hanya menyembah Allah SWT dan bukan yang lain (QS.27:20–44). Negeri itu adalah Saba dan ratunya bernama Bilqis.

Kisah tentang negeri Saba dalam Al-Qur’an terdapat dalam dua surah: an-Naml (27) ayat 20–44 dan Saba’ (34) ayat 15–21. Selain itu, sebuah hadis sahih bercerita tentang negeri Saba, yang namanya diambil dari nama pendirinya.

Hadis dari Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya seseorang, “‘Apakah Saba itu nama negeri atau nama seseorang?’ Nabi menjawab, ‘Dia adalah manusia beranak sepuluh. Enam tinggal di Yaman dan empat di Syam. Yang di Yaman ialah Mudzhij, Kindah, Alazad, Asa’ariyum, Anmar, dan Himyar. Yang di Syam adalah Lakham, Judzam, Amilah, dan Ghassan.’”

Dalam surah an-Naml, kisahnya berawal ketika Nabi Sulaiman AS tidak melihat burung hudhud. Burung yang ditunggu-tunggu tersebut akhirnya muncul dengan membawa berita baru, yaitu adanya suatu kaum yang hidup makmur dan dipimpin seorang ratu.

Sayangnya kaum tersebut tidak menyembah Allah SWT tetapi menyembah matahari. Mendengar informasi menarik tersebut, Nabi Sulaiman AS mengirimkan surat kepada Ratu Bilqis, penguasa negeri Saba. Surat yang diawali dengan kalimat: Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim tersebut berisi ajakan agar Ratu Bilqis dan rakyatnya tidak tinggi hati dan tunduk di bawah kekuasaannya serta datang menghadapnya sebagai tanda penyerahan diri.

Mendapat surat yang bernada mengancam tersebut, Ratu Bilqis bermusyawarah dengan para pembesar kerajaannya untuk memberikan respons yang tepat terhadap ajakan Sulaiman. Ratu Bilqis sepenuhnya menyadari bahwa apabila terjadi peperangan, maka kerajaan akan hancur dan pada akhirnya rakyat yang menderita.

Musyawarah tersebut memutuskan agar Ratu Bilqis mengirim utusan dengan membawa hadiah kepada Sulaiman. Nabi Sulaiman AS menolak hadiah tersebut sambil memberikan ancaman bahwa ia beserta pasukannya akan menyerang negeri Saba. Menanggapi respons balik tersebut, Ratu Bilqis segera memenuhi tuntutan Sulaiman dengan datang kepadanya untuk berserah diri.

Dikisahkan pula, sebelum Ratu Bilqis datang memenuhi tuntutan tersebut, Nabi Sulaiman AS meminta seseorang yang dapat memindahkan singgasana Ratu Bilqis. Dan ketika Ratu Bilqis datang menemui Sulaiman, ia terperangah, karena singgasananya sudah berada dalam istana Sulaiman yang begitu mewah, megah, dan menakjubkan.

Di akhir kisah, Ratu Bilqis menyadari kesalahannya dengan menyembah matahari; setelah itu, ia meninggalkan kepercayaan lamanya dan kemudian menyembah Allah SWT.

Kisah yang ada dalam surah Saba’ berbeda dari kisah di atas. Kisah dalam surat ini menceritakan bahwa kaum Saba diberi rahmat oleh Allah SWT berupa kesuburan alam. Namun, mereka mengingkari nikmat Allah SWT tersebut, sehingga mereka dilaknat Allah SWT dengan menghancurkan negeri mereka.

Sampai saat ini letak negeri Saba masih menjadi pertanyaan. Menurut tafsir Departemen Agama, Saba adalah nama salah satu kabilah Arab yang tinggal di daerah Yaman sekarang. Kabilah ini mendirikan Kerajaan Saba, dengan ibukota Ma’arib.

Dalam catatan sejarah, negeri Saba ini didirikan Saba Abdul Syams bin Yasyjub bin Ya’rub bin Qahtan pada sekitar 950 SM, yang kemudian menjadi raja pertamanya. Setelah berhasil mendirikan kerajaan baru, ia membangun sebuah kota yang diberi nama sesuai dengan namanya sendiri, Saba. Kota ini kemudian dikenal dengan Ma’arib.

Di kemudian hari, Saba menjadi kota perdagangan internasional yang ramai karena berada pada titik pertemuan antara jalur laut dan jalur darat. Untuk memakmurkan negerinya, raja Saba membuat bendungan besar yang dikenal dengan Bendungan Ma’arib.

Bendungan ini digunakan untuk menyimpan air hujan yang turun pada masanya guna mengairi tanaman di sekitarnya. Karena bendungan inilah kehidupan rakyat Saba menjadi makmur. Sementara itu, Ratu Bilqis adalah salah satu ratu keturunan raja Saba.

Sejarah membuktikan, karena kemakmurannya, rakyat Saba tenggelam dalam kemegahan hidup sehingga sibuk memelihara Bendungan Ma’arib, dan melupakan Tuhan mereka. Karena kepongahannya itu, Allah SWT melaknat mereka dengan mengirim banjir besar yang menghancurkan bendungan itu, bahkan memorakporandakan kota Saba.

Peristiwa ini terjadi pada 120 SM dan banjir itu sekaligus mengakhiri kebesaran Kerajaan Saba. Pengingkaran rakyat Saba dan turunnya azab Allah SWT ini terjadi setelah Bilqis mengikuti agama Nabi Sulaiman AS.

Kisah negeri Saba dengan penduduknya merupakan petunjuk, pelajaran, dan tanda nyata kekuasaan Allah SWT, seperti firman-Nya: “Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) ditempat kediaman mereka” (QS.34:15).

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bey. Rangkaian Tjerita dalam Al-Qur’an. Bandung: al-Ma’arif, 1963.
Ma’shum. Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul. Yogyakarta: Bintang Pelajar, t.t.
Suhufi, S.M. Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an. Bandung: al-Bayan, 1994.
Yahya, Mukhtar. Perpindahan-perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah sebelum Lahir Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1985.

Din Wahid

__