Dalam istilah tasawuf, kata “ratib” dipakai sebagai suatu bentuk zikir yang disusun dari ayat-ayat pilihan oleh seorang guru tarekat atau ulama untuk dibaca pada waktu tertentu oleh seseorang atau beberapa orang dalam suatu jemaah sesuai dengan aturan yang telah ditentukan penyusunnya.
Zikir yang disusun menjadi ratib itu biasanya terdiri dari ayat yang dipilih dari ayat Al-Qur’an yang bermakna tahlil (mengesakan Tuhan), tasbih (menyucikan Allah), tahmid (memuji Allah), taqdis (menyucikan Allah), istigfar (memohonkan ampun), selawat, hauqalah (membesarkan nama Allah), dan doa pilihan lainnya.
Zikir tersebut didasarkan pada ayat Al-Qur’an serta hadis Nabi SAW dan pemilihannya sesuai dengan kecenderungan penyusunnya yang berdasarkan kandungan lafal-lafal zikir yang dipilihnya itu.
Semua tarekat mempunyai wirid berupa zikir tertentu sesuai dengan petunjuk dari guru (syekh) tarekat tersebut. Zikir itu bermacam-macam bentuknya; ada yang berupa zikir lathifah (seperti pada Tarekat Naqsyabandiyah) dan ada yang berupa ratib dan hizb. Zikir dalam bentuk ratib ini sangat populer dalam Tarekat Samaniyah dan Tarekat Haddadiyah. Adapun zikir dalam bentuk hizb populer dalam Tarekat Syaziliyah dan Tarekat Kadiriyah.
Meskipun masing-masing tarekat tersebut mempunyai ratib dan hizb (kumpulan), namun materi bacaan dan cara pelaksanaannya jauh berbeda. Misalnya, Tarekat Samaniyah melakukan ratib yang masyhur dengan nama ratib Saman dengan berdiri dan gerakan tertentu. Materi bacaan dan pelaksanaan ratib Saman selengkapnya adalah:
(1) membaca surah al-Mulk;
(2) membaca surah al-Fatihah 28 kali;
(3) membaca surah al-Ikhlas 100 kali;
(4) membaca surah at-Taubah (9) ayat 127 dan 128;
(5) membaca ya Latif 129 kali;
(6) membaca surah asy-Syu‘ara’ (26) ayat 19, 20 kali;
(7) membaca ya Latifan bi khalqihi (Yang Maha Pengasih kepada hamba-Nya), ya ‘Aliman bi khalqihi (Yang Maha Mengetahui makhluk-Nya), ya Khairan bi khalqihi (Yang Maha Baik terhadap hamba-Nya), iltaf bi na ya Latif ya ‘Ali ya Khair (kasihanilah/rahmatilah kami wahai Yang Maha Pengasih, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Baik) 3 kali;
(8) membaca ya hayy ya Qayyum (Yang Maha Hidup dan Maha Kekal) 100 kali;
(9) membaca sejumlah surah, mulai dari surah adh-duha sampai surah al-Lahab, dan dilanjutkan dengan membaca surah al-Ikhlas 3 kali;
(10) membaca surah al-Falaq dan surah an-Nas;
(11) membaca surah al-Baqarah (2) ayat 1–77;
(12) membaca surah al-Baqarah (2) ayat 163, 255, dan 284–286;
(13) disudahi dengan menyebut nama-nama Allah SWT (al-asma’ al-husna), membacakan syair yang memuji Allah SWT serta rasul-Nya, dan doa.
Biasanya pula ucapan itu dilanjutkan dengan pembacaan tahlil. Ratib ini biasanya dilakukan setelah salat isya pada malam Jumat dengan dipimpin seorang imam. Menurut beberapa peneliti, pelaksanaan ratib sekarang sudah banyak mengalami perubahan, baik karena penambahan, pengurangan, maupun kesalahan yang terdapat dalam bacaannya.
Selain ratib Saman, di Indonesia populer pula Ratib al-haddad (penjaga) yang sederhana dan ringkas, terdiri dari bacaan surah al-Fatihah, ayat Kursi (surah al-Baqarah [2] ayat 225), surah al-Baqarah (2) ayat 285–286, surah al-Ikhlas, surah al-Falaq, surah an-Nas, dan tujuh belas bacaan berupa tahlil, tasbih, istigfar, selawat, taawuz, basmalah, dan doa pilihan. Bacaan di atas masing-masing dibaca sebanyak tiga kali. Ratib ini biasanya dibaca sesudah salat subuh dengan suara nyaring di bawah pimpinan seorang imam.
Termasuk wirid yang sama coraknya dengan ratib ialah hizb. Yang dimaksud dengan hizb dalam istilah tarekat/tasawuf adalah kumpulan zikir yang disusun seorang guru tarekat atau seorang ulama untuk diamalkan dalam waktu yang telah ditentukan. Sebagaimana ratib, hizb juga berupa kumpulan ayat pilihan dari Al-Qur’an, puji-pujian, al-asma’ al-husna, selawat, tahlil, dan doa pilihan.
Tarekat yang populer dengan hizb nya antara lain ialah Tarekat Syaziliyah dengan hizb al-bahr (penjaga laut/ pasukan laut) nya yang disusun Syekh Abu Hasan Ali asy-Syazili. Hizb al-bahr ini terdiri dari ayat pilihan dari Al-Qur’an, syahadat, al-asma’ al-husna, selawat, dan doa pilihan. hizb al-bahr biasanya dibaca sebelum terbit matahari dan se sudah salat asar.
Selain Tarekat Syaziliyah, tarekat yang populer dengan hizb-hizbnya ialah Tarekat Kadiriyah. Di antara hizb-nya ialah hizb as-sagir (pasukan kecil), hizb al-hifz (pasukan pengawas), hizb an-nasr (pasukan penolong), hizb an-nasr al-akbar (pasukan penolong yang besar). hizb-hizb tersebut berisi puji-pujian terhadap Tuhan dan doa.
Tujuan pelaksanaan wirid berupa ratib dan hizb tersebut tidak keluar dari tujuan tarekat dan tasawuf pada umumnya, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meminta bantuan-Nya dalam mengekang hawa nafsu, memohon magfirah (ampunan-Nya), dan meminta petunjuk serta taufik-Nya dalam rangka mencapai rida-Nya.
Daftar pustaka
Atjeh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadhani, 1986.
Banjar, ‘Abdur-Rasyid. Perukunan. Bandung: al-Ma’arif, t.t.
al-Palimbani, Abdus Samad al-Jawi. Sair as-Salikin. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
–––––––. Hidayah as-Salikin. Surabaya: Salim Nabhan, 1933.
al-Qadiri, Ismail bin Sayid Muhammad Sa’id. al-Fuyudat ar-Rabbaniyyah. Singapura: Sulaiman Mar’i, t.t.
Quzwain, M. Chatib. Mengenai Allah. Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
Yunasril Ali