Rahmat adalah karunia Allah SWT berupa kenikmatan, rezeki, kebahagiaan hidup, dan ketenteraman yang diberikan kepada manusia selama hidupnya di dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an ada banyak kata “rahmat” dalam berbagai konteks dan makna, terutama berkaitan dengan kebaikan Allah SWT kepada manusia.
Dari kata rahima-yarhamu (menaruh kasihan, menya yangi, dan memberi rahmat) muncul berbagai bentuk kata lain, seperti kata ar-ruhma, ar-rahmu, ar-rahimu, ar-rahman, dan ar-rahim. Kata ar-ruhma dan ar-rahmu berarti belas kasih dan rahmat. Kata ar-rahimu berarti rahim (kan dungan wanita).
Kata ini juga digunakan untuk menyatakan hubungan kekerabatan karena berasal dari rahim yang sama. Dari sini muncul istilah silaturahmi yang berarti menjalin hubungan kekerabatan dan kekeluargaan.
Walaupun keduanya mempunyai pengertian berbeda, kata ar-rahman dan ar-rahim merupakan dua kata yang sering digunakan secara bersama-sama, seperti dalam kalimat basmalah, Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim dalam surah al-Fatihah (1) ayat 3, al-Baqarah (2) ayat 163, dan al-hasyr (59) ayat 22.
Kata-kata tersebut termasuk dalam pengertian al-Asma’ al-Husna (nama-nama Tuhan yang Agung). Menurut Ragib al-Isfahani (ahli fikih dan ahli tafsir; w. 502 H/1108 M), kata ar-Rahman yang diartikan sebagai “Yang Maha Pengasih” merupakan nama atau sifat yang hanya disandarkan kepada Allah SWT semata.
Dalam hal ini, kata tersebut berarti ha-nya Allah SWT yang kasih sayang dan rahmat-Nya meliputi segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Kata ini juga menunjukkan sifat kasih sayang Allah SWT kepada seluruh umat manusia, baik mukmin maupun kafir. Adapun kata ar-Rahim yang diartikan sebagai “Yang Maha Penyayang” dapat disandarkan kepada selain Tuhan, seperti manusia.
Dalam konteks ini, kata tersebut berarti “yang banyak kasih sayangnya”. Kata ar-Rahim juga digunakan untuk menyatakan kasih sayang dan kebaikan yang diberikan khusus kepada orang-orang mukmin di akhirat, seperti dinyatakan Allah SWT dalam surah al-A‘raf (7) ayat 156.
Kata rahmat disebut juga dengan kata marhamah. Ka renanya, “rahmat Allah SWT” disebut juga marhamah Allah. Menurut Ragib al-Isfahani, kata ar-rahmah pada dasarnya memiliki dua pengertian, yaitu ar-riqqah (kasih sayang) dan al-ihsan (kebajikan). Dalam hal ini, ar-rahmah berarti kasih sayang (ar-riqqah) yang menuntut adanya kebajikan (al-ihsan) terhadap yang dikasihi.
Akan tetapi, dalam konteks kalimat kadang kala kata tersebut digunakan untuk menyatakan satu pengertian saja, yaitu kasih sayang atau kebajikan. Karenanya, apabila kata ar-rahmah disandarkan kepada Allah SWT, kata tersebut mengandung pengertian al-ihsan semata, sedangkan apabila disandarkan kepada manusia maka kata itu mengandung pengertian kasih sayang dan belas kasihan.
Kata rahmat yang digunakan dalam ucapan salam dan jawabannya: Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh dan Wa ‘alaikum as-salam wa rahmatullah wa barakatuh mengandung pengertian al-ihsan, karena kalimat ucapan salam dan jawabannya tersebut mengandung suatu permohonan agar Allah SWT memberikan keselamatan, keda maian, kenikmatan (kebaikan), dan berkat-Nya kepada dua pihak yang mengucapkan dan menjawab salam.
Dalam Al-Qur’an, kata rahmat muncul sebanyak 118 kali dalam berbagai konteks. Konteks yang paling banyak digunakan berkaitan dengan kebaikan dan kebajikan yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia. Contohnya dalam surah al-A‘raf (7) ayat 56: “…Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” Dan surah al-An‘am (6) ayat 157: “…Telah datang kepadamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat.”
Dalam konteks lain, kata rahmat juga berarti kasih sayang yang terjalin antara sesama manusia. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an surah ar-RØm (30) ayat 21:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang….”
Kata rahmat juga banyak digunakan Al-Qur’an dalam menjelaskan tentang surga. Penyebutan kata rahmat yang berarti jannah (surga) dalam Al-Qur’an selalu digandengkan dengan kata adkhala (memasukkan) dengan berbagai bentuknya.
Hal ini dapat dilihat dalam surah an-Nisa’ (4) ayat 175, al-Anbiya’ (21) ayat 75 dan 86, at-Taubah (9) ayat 99, an-Naml (27) ayat 19, asy-Syura (26) ayat 8, al-Jatsiyah (45) ayat 30, al-Fath (48) ayat 25, dan al-Insan (76) ayat 31. Selain itu, Al-Qur’an juga menggunakan kata rahmat untuk menyatakan berbagai kenikmatan dan karunia yang diberikan Allah SWT.
Hal ini antara lain diungkapkan dalam surah Yunus (10) ayat 21, Hud (11) ayat 9, ar-Rum (30) ayat 33, dan asy-Syura (26) ayat 48. Berdasarkan ayat tersebut terlihat bahwa kata rahmat berarti nikmat apabila digandengkan dengan kata adzaqa (merasakan atau membuatnya merasakan).
Dalam beberapa konteks, kata ar-rahmah banyak digandengkan dengan kata huda. Kata huda mempunyai arti sama dengan kata hidayah (petunjuk, keterangan, atau kebenaran). Kata rahmat dan hudÎ digunakan dalam Al-Qur’an secara bersamaan sebanyak 11 kali di antara 118 kali penyebutan kata rahmat.
Hal ini antara lain terdapat dalam surah al-A‘raf (7) ayat 154, Yunus (10) ayat 57, dan Yusuf (12) ayat 111. Dalam ayat tersebut, kata huda selalu disebut lebih dahulu dari kata ar-rahmah. Akan tetapi dalam konteks penggunaannya, kedua kata tersebut memiliki perbedaan makna. Kata rahmat lebih berkaitan dengan kenikmatan dan rezeki yang diberikan Allah SWT, sedangkan hidayah berkaitan dengan masalah akidah.
Daftar Pustaka
al-Asfahani, al-Ragib. Mufradat Alfadz Al-Qur’an. Damascus: Dar al-Qalam, 1991.
al-Baqi, Muhammad Fuad Abd. al-Mu‘jam al-Mufahras li alfaz Al-Qur’an al-Karim. Maktabah Dahlan, t.t.
HAMKA. Tafsir al-Azhar. Singapura: Pustaka Nasional PTE., Ltd., 1990.
al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maragi. Cairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974.
az-Zamakhsyari. Tafsir al-Kasysyaf. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
az-Zuhaili, Wahbah. at-Tafsir al-Munir. Beirut: Dar al-Fikr al-Mu‘asir, 1991.
A. Thib Raya