Ilmu yang membahas cara pengucapan tiap kata ayat Al-Qur’an melalui penuturan tertentu dinamakan ilmu qiraah. Semua penuturan itu –meskipun berbeda karena mengikuti mazhab imam qiraah tertentu– mengacu pada bacaan yang bersandar pada Rasulullah SAW.
Perbedaan qiraah berkisar pada lahjah (dialek), tafkim (penyahduan bacaan), tarqiq (pelembutan), imla (pengejaan), madd (panjang nada), qaœr (pendek nada), tasydid (penebalan nada), dan takhif (penipisan nada).
Ilmu qiraah mulai dikenal pada masa sahabat Nabi SAW dan makin populer pada masa tabiin. Karena populernya, ilmu ini kemudian menjadi aliran (mazhab) qiraah. Meskipun aliran-aliran tersebut dalam banyak hal memiliki perbedaan, tetapi telah disatukan dalam harf Quraisy (bahasa Arab dengan dialek Quraisy) yang telah disepakati secara ijmak pada Mushaf ‘Utsmani (kumpulan lembaran/catatan oleh Usman bin Affan).
Pada periode awal ini dikenal tsabaqah (kelompok ahli) qiraah dari sahabat Nabi SAW dan tabiin serta kota-kota yang menjadi pusat pertumbuhan dan perkembangan suatu aliran.
Ilmu qiraah mengalami perkembangan pesat pada Abad Pertama Hijriah, sejalan dengan perkembangan ilmu syariat lainnya. Bentuk, jenis, dan cara periwayatan aliran qiraah dinisbahkan kepada imam yang menjadi penuturnya, yaitu qiraah tujuh, sepuluh atau lima belas.
Qiraah tujuh atau qiraah assab‘u adalah tujuh imam qiraah dengan tujuh aliran penuturan bacaan Al-Qur’an yang masyhur. Mereka itu adalah Nafi‘al-Madani (w. 169 H/785 M), Ibnu Kasir al-Makki (w. 120 H/738 M), Abu Amr al-Basari (w. 154 H/770 M), Abdullah bin Amir asy-Syami (w. 118 H/736 M), Asim al-Kufi (w. 127 H/745/6 M), Hamzah az-Zaiyat (w. 156 H/772 M), dan Abul Hasan Ali al-Kisai (w. 189 H/804 M). Penghimpun pertama qiraah tujuh ialah Abu Bakar bin Mujahid pada abad ke-4 H.
Qiraah sepuluh atau qiraah al-‘asyr adalah sepuluh imam qiraah yang masyhur. Mereka adalah tujuh orang dari qiraah as-sab‘u ditambah dengan Abu Ja‘far Yazid bin al-Qa’qa’ (w. 752), Ya’kub bin Ishaq al-Hadrami (w. 827), dan Muhammad Khalaf bin Hisyam (w. 844).
Qiraah lima belas atau khamsata ‘asyara adalah lima belas imam yang masyhur. Mereka adalah imam qiraah sepuluh ditambah dengan Ibnu Muhaisan (w. 745), Yahya al-Yazidi (w. 842), al-Hasan al-Basri (w. 729), A’mas al-Kufi (w. 770), dan Talhah (w. 731).
Setiap qiraah dari imam-imam qiraah disebarkan ke generasi berikutnya melalui jalur yang disebut rawi. Dua rawi yang terkenal dari Nafi ialah Qalun Abu Musa (w. 220 H/835 M) danWarsy Abu Sa‘id (w. 194 H/810 M).
Para rawi menyebarkan qiraahnya melalui jalur/metode perawian yang disebut thariq, misalnya thariq Qalun (metode perawian yang ditemukan Qalun) disebarkan oleh Abu Nasyid Muhammad bin Harun (w. 258 H/872 M) dan thaiq Warsyun (jalan/metode Warsy) oleh Abu Ya’kub Yusuf al-Azraq (w. 240 H/855 M).
Suatu qiraah dinyatakan sahih apabila memenuhi tiga syarat. Ketiga syarat tersebut adalah: memenuhi kriteria bahasa Arab fasih, mengacu pada Mushaf ‘Utsmani, dan mempunyai kepercayaan pada sanad (rangkaian) rawi dan thariq. Berdasarkan syarat tersebut terdapat beberapa jenis qiraah, yaitu mutawatir, ahad (perseorangan), dan syadzdz (langka).
Sebagian ulama memandang qiraah as-sab‘u (qiraah tujuh) itu mutawatir, qiraah al-‘asyr itu ahad, dan qiraah di luarnya sebagai syadzdz. Akan tetapi, sebagian ulama lain berpendapat bahwa qiraah al-‘asyr itu masih termasuk mutawatir dan lima qiraah di luarnya sebagai qiraah ahad serta yang berada di luar qiraah al-khamsata ‘asyara sebagai qiraah syadzdz.
Menurut Abu Bakar Atjeh, bacaan yang umum dipelajari di Indonesia ialah riwayat Hafsah yang disandarkan pada bacaan Asim (Kufah). Bacaan ini juga yang diajarkan dalam ilmu tajwid sebagai salah satu cabang ilmu qiraah yang membahas cara membunyikan huruf, baik ketika berdiri sendiri maupun setelah tersusun dalam kata dan kalimat.
Ilmu qiraah dipelajari sesudah pelajar pandai dalam ilmu tajwid dan sudah menghafal Al-Qur’an. Thariq dan riwayat qiraah Hafsah harus diketahui lebih dahulu, karena qiraah inilah yang dipandang mengacu pada qiraah tujuh.
Pada langkah selanjutnya pelajar diharuskan mengenal dan menghafal keringkasan matan (naskah) qiraah as-sab‘u, di antaranya karangan Syatibiyah berupa puisi sebanyak 1.173 bait. Pengembangannya dilakukan dalam praktek hafalan atau bacaan dari perubahan bacaan sejumlah kata atau ayat Al-Qur’an.
Tabaqat (kelompok ahli) qiraah dari sahabat Nabi SAW yang termasyhur di antaranya Usman bin Affan,Ali bin Abi halib, Ubay bin Ka‘b, Zaid bain Sabit, Abu Darda, dan Abu Musa al-Asy‘ari. Para tabiin menyandarkan qiraahnya kepada sahabat-sahabat tersebut, kemudian disebarkan ke kota atau wilayah tempatnya bermukim.
Imam qiraah dari tabiin di Madinah yang termasyhur antara lain Ibnu Musayyab, Urwah, Salim, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman, Ata bin Yasir, Mu‘az bin Haris, Abdurrahman bin Harmuz, al-A’raj, Ibnu Syihab az-Zuhri, Muslim bin Jundab, dan Zaid bin Aslam. Sementara yang termasyhur di Mekah, antara lain Ubaid bin Zubair, Ata bin Abi Rabah, Tawus, Mujahid, Ikrimah, dan Ibnu Abi Malikah; di Kufah termasyhur, antara lain Alqamah, al-Aswad, Masruq, Ubaidah, Umar bin Syarhabil, Haris bin Qis, Umar bin Maimun, Abu Abdurrahman as-Salmi, Sa‘id bin Jabir, an-Nakha’i, dan asy-Sya‘bi; di Basrah termasyhur, antara lain Abu Aliyah, Abu Raja’, Nasar bin Asim, Yahya bin Ya’mur, al-Hasan, Ibnu Sirin, dan Qatadah; serta di Syam (Suriah) termasyhur, antara lain Mugirah bin Abi Syihab, al-Makhzumi, dan Khalifah bin Sa‘d.
Daftar Pustaka
Arkoun, Mohammed. Berbagai Pembacaan Qur’an, terj. Machasin. Jakarta: INIS, 1997.
ad-Dani, Abu Amr. al-Mugni fi Ma‘rifah Marsum Masahif Ahl al-Amsar. Cairo: al-Kulliyat al-Azhariyah, t.t.
_______. at-Taisir fi Qira’ah as-Sab‘ah. Istanbul: Mathba‘ah ad-Dawlah, 1930.
al-Hamad, Ganim Qadduri. Rasm al-Mushaf, Dirasah Lugawiyyah Tarikhiyyah. Beirut: Mu’assasah al-Matbu‘ah al-‘Arabiyyah, 1982.
Ibnu al-Jazari, Muhammad bin Ahmad. an-Nasyr fi al-Qira’at al-‘Asyr. Cairo: al-Maktabah at-Tijariyyah al-Kubra, t.t.
Kamal, Ahmad Adil. ‘Ulum al-Qur’an. Cairo: al-Mukhtar al-Islami, 1974.
Makram, Abd as-Salim, & Ahmad Mukhtar Umar. Mu‘jam al-Qira’at al-Qur’aniyyah. Kuwait: Zat as-Salasil, 1982–1985.
as-Sabuni, Muhammad ‘Ali. at-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Mekah: t.p., 1980.
as-Salih, Subhi. Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an. Beirut-Libanon: Dar al-‘ilm li al-Malayin, 1988.
as-Suyuti, Jalaluddin. al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, 1979.
az-Zahabi, Syamsuddin Abu Abdullah. Ma‘rifah al-Qurra’ al-Kibar ‘ala at-Tabaqat wa al-A‘sar. Beirut: Mu’assassah ar-Risalah, 1984.
az-Zarkasyi, Muhammad Badr ad-Din. al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Cairo: Isa al-Babi al-Halabi, t.t.
M Radhi al-Hafid