(Sulthanah ‘Uman: Kesultanan Oman) Oman merupakan sebuah negara monarki di sebelah tenggara Semenanjung Arabia yang penduduknya terdiri dari berbagai kelompok etnik.
Oman berbatasan dengan Arab Saudi (barat), Uni Emirat Arab (barat laut), Yaman (barat daya), Laut Arab (timur dan selatan), dan Teluk Oman (utara). Luas: 300.000 km2. Penduduk: 5.333.815 (data 2022). Kepadatan penduduk: 16/km2. Ibukota: Muskat.
Agama: Islam (86%), terdiri dari pengikut golongan al-Ibadiyah (salah satu cabang Khawarij, aliran Islam radikal dari masa permulaan Islam), serta muslim Suni dan Syiah sebagai minoritas. Sisanya adalah Hindu dan lain-lain. Bahasa resmi adalah bahasa Arab, tetapi bahasa Inggris juga digunakan di pemerintahan dan bisnis serta diajarkan di sekolah. Satuan mata uang: riyal.
Dengan jarak utara-selatan 805 km, timur-barat 644 km, dan garis pantai sekitar 1.700 km, Oman merupakan negara ketiga terluas di Semenanjung Arabia. Wilayahnya terletak antara daerah kosong gurun pasir luas Rub al-Khali (Arab Saudi) dan Teluk Oman serta Laut Arab. Umumnya tanahnya berbatu-batu dan berpasir, tetapi mengandung minyak sebagai sumber pendapatan terbesar negara itu.
Bagian-bagian wilayah Oman dapat dibagi sebagai berikut. Dataran al-Batina, yakni pantai yang luas sepanjang 240 km di bagian utara. Daerah ini berpenduduk padat dan dijadikan lahan pertanian. Di kawasan ini terletak sejumlah kota pelabuhan, seperti Suhar, al-Khabura, Suwayq, Masna’a, Birka, dan Sib.
Daerah Hajar asy-Syarqi di bagian tengah merupakan daerah pertama yang didiami pada masa silam dan merupakan asal peradaban orang Oman. Kawasan ini meliputi juga rangkaian Pegunungan al-Hajar yang membentuk garis parallel menembus ke pantai serta menghubungkan laut bagian timur Muskat dan daerah Ras al-Hadd, pegunungan yang mencapai ketinggian 3.000 m pada Jabal al-Akhdar.
Daerah Ghadaf di bagian timur mempunyai kota Rustaq, Awabi, Iffi, dan Nakhl. Dhofar di selatan merupakan dataran pantai yang sempit dengan tiga kota, yakni Raysut, Salala, dan Mirbat. Daerah Hajar al-Garbi mempunyai kota Dhank, Yanqul, Ibri, Jawf, Nizwa, Bahla, Izki, dan Manah. Selain itu, ada Pulau Masirah di Laut Arab dan daerah ibukota.
Oman yang beriklim gurun umumnya panas dan kering, bahkan merupakan salah satu negara terpanas di dunia, dengan temperatur 18–34° C. Pada musim panas bisa mencapai 54° C. Curah hujan rata-rata hanya 76–102 mm/tahun, di daerah pegunungan 28–200 mm/tahun.
Mayoritas penduduk Oman adalah kelompok etnik Arab (77%). Kelompok etnik lain sebagai minoritas antara lain adalah India, Pakistan (Balukhistan), Persia, dan Afrika. Sekitar 90% dari penduduk hidup di pedesaan, bahkan ada sebagian di antaranya masih mempertahankan hidup nomadik.
Dalam bidang pendidikan, ratusan sekolah telah dibangun. Selain itu, pada tingkat perguruan tinggi sudah dibangun Universitas Sultan Qaboos. Pemerintah juga meningkatkan kesehatan penduduk dengan menyediakan ratusan sarana serta dokter pemerintah dan swasta.
Oman adalah negara monarki, yang terdiri dari 8 wilayat (provinsi). Kepala negara dan pemimpin pemerintahan adalah sultan, yang juga bertindak sebagai menteri luar negeri dan menteri pertahanan, serta mengetuai dewan pembangunan nasional dan kabinet yang beranggotakan 25 orang yang diangkat oleh sultan.
Oman tidak memiliki konstitusi dan partai politik. Badan legislatif berbentuk bikameral: Majelis Tinggi (Majlis ad-Dawla) yang beranggotakan 48 orang dan Majelis Rendah (Majlis ash-Shura) yang beranggotakan 83 orang. Anggota legislatif ini diangkat oleh sultan dan hanya memiliki wewenang sebagaipenasihat sultan.
Sistem hukumnya didasarkan pada syariat (hukum Islam). Para hakim juga diangkat oleh sultan. Setiap wilayat dipimpin oleh wali (gubernur) yang diangkat oleh sultan.
Sultan sekarang (2022) adalah Haitham bin Tariq Al Said, yang naik takhta setelah kematian sepupunya, Qaboos Bin Said Al Said, pada Januari 2020. Sultan Haitham berusia 65 tahun pada saat naik takhta. Pejabat pemerintah veteran yang berpendidikan Oxford itu diharapkan untuk melanjutkan jalur netral pendahulunya dalam urusan luar negeri dan fokusnya pada reformasi ekonomi dan sosial.
Sebagai pemimpin inisiatif Visi 2040 Oman, Sultan Haitham telah banyak terlibat dalam upaya untuk membuat negara itu tidak terlalu bergantung pada ekspor minyak dan gas untuk pendapatan negara.
Ekonomi Oman mengandalkan ekspor minyak. Namun sekitar seperempat penduduknya masih tergantung pada pekerjaan tradisional, seperti pertanian dan menangkap ikan (terutama sarden) di Teluk Oman dan Laut Arab. Hasil utama pertanian adalah alfalfa, pisang, kelapa, kurma, limau, bawang, buah delima, tembakau, tomat, dan gandum.
Industri mencakup pengolahan ikan sarden dan hiu serta minyak ikan, penyulingan minyak, dan bahan bangunan. Pertambangan menghasilkan minyak bumi, gas alam, tembaga, krom, asbes, marmer, batu gamping, mangan, dan besi. Produk Domestik Bruto per kapita di Oman tercatat sebesar 27.294,57 dollar AS pada 2019, jika disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP).
Di bidang transportasi dan komunikasi Oman memiliki cukup banyak jalan beraspal, sejumlah pelabuhan dengan puluhan kapal berbobot mati di atas 100 ton, dan lebih dari 5 bandara dengan jadwal yang teratur. Selain itu, terdapat lebih dari 10 buah stasiun radio dan televisi di ibukota serta di Salala, juga sejumlah media cetak.
Sejarah. Orang Arab dari berbagai suku memasuki Oman sejak abad pertama Masehi; gelombang pertama datang dari barat Arab di bawah pimpinan Bani Hina, sedang gelombang kedua datang dari utara di bawah Bani Ma’awal.
Kemudian Kerajaan Sasaniyah Persia di bawah pemerintahan Ardashir I (226–241) memasukkan Oman dalam wilayah kekuasaannya dan menjadikannya sebagai pelabuhan utama dan pusat dagang. Kapal-kapal Oman melintasi pulau-pulau di sepanjang Teluk Persia dan Samudera Hindia.
Pada abad ke-6, Sasanid Shah Kawadh (488–531) mencoba mengawasi orang Arab yang melanggar tanah Persia, tetapi tidak berhasil. Akibatnya terjadi peperangan antara orang Arab dan Persia. Orang Persia kalah dan setuju menarik diri dari Oman, kecuali 4.000 penghuni tetap.
Pada masa pemerintahan Anushirwan (531–579), diberikan pengakuan kemerdekaan kepada orang Arab di bawah pimpinan Syekh Bani Ma’awal sebagai julanda (pemimpin yang bertugas sebagai gubernur provinsi Kerajaan Sasaniyah di Rustaq, Oman). Orang Persia tetap menguasai daerah pedalaman Oman.
Kemudian Oman mengalami perubahan besar sejak orang Arab menganut Islam. Tahun 630, utusan Nabi Muhammad SAW, Amr bin As, datang ke Oman untuk berdakwah. Ia bertemu dengan Julanda Abd dan Jaifar, mengajak mereka menerima agama baru Islam. Ajakan ini diterima dengan persetujuan umum dari para syekh (kepala suku) Arab.
Mereka mengutus delegasi ke Madinah untuk menemui Nabi SAW dan menyatakan keislaman mereka. Amr bin As yang menetap sementara di sana mendorong orang Arab muslim agar mengajak orang Persia di Oman menerima Islam.
Ajakan ini ditolak dan pertempuran pun terjadi. Orang Arab muslim menang dan mengusir orang Persia. Sejak itu Oman menjadi Arab muslim.
Kebijaksanaan Nabi SAW menerapkan pemerintahan Islam di Oman sangat cemerlang. Zakat yang dihimpun di Oman semuanya didistribusikan kepada golongan miskin, tanpa ada yang dikirim ke Madinah. Namun ketika kebijakan ini diubah oleh Khalifah Abu Bakar as-Siddiq, mereka memberontak.
Sejak itu Hudaifah bin Muhsin, salah seorang yang berhasil menumpas pemberontakan itu, menjadi gubernur Oman. Pada masa pemerintahan al-Khulafa’ ar-Rasyidun berikutnya, Oman tenang dan damai di bawah kontrol para julanda, di bawah gubernur Bahrein (timur Arab). Orang Arab muslim Oman memainkan peranan penting dalam menaklukkan Persia dan bagian barat India. Tokohnya yang terkenal antara lain Muhallab bin Abi Sufrah
Tahun 684, Oman dikuasai oleh aliran Khawarij. Sejak itu selama pemerintahan Bani Umayah dan Abbasiyah, kedua dinasti itu tidak pernah dapat menguasai Oman secara penuh. Namun sampai tahun 850, Oman merupakan bagian dari darul Islam yang terdapat di Semenanjung Arabia sejak abad ke-7.
Sejak 750, Julanda Ibnu Mas‘ud menyatakan diri sebagai imam Khawarij di Oman. Tahun 794 golongan al-Ibadiyah, cabang moderat Khawarij yang beroposisi, memilih Muhammad bin Abdullah bin Abi Affan sebagai imam. Sejak golongan Khawarij al-Ibadiyah membentuk imamah di Oman, wakil dari berbagai suku secara bergantian menjadi imam.
Pada masa Dinasti Ya‘ribah (1624–1749) dan abad pertama Dinasti Al-Bu Sa‘id (memerintah sejak 1741 sampai sekarang), Oman secara bergantian dikuasai oleh bangsa Portugis, Belanda, Prancis, dan Inggris. Di samping itu, konflik dan peperangan antar-etnik selalu mewarnai kehidupan sosial dan politik Oman.
Konflik berakhir setelah mereka sepakat memilih Ahmad bin Sa‘id Al-Bu Sa‘id menjadi imam (1740-an). Keturunannya yang dikenal dengan “keluarga Al-Bu Sa‘id”, yang bermarkas di Muskat, menjadi penguasa Oman, yang kemudian dikenal dengan negara “Muskat dan Oman”.
Kemudian konflik timbul kembali, tetapi dapat diakhiri pada 1959 dengan bantuan pasukan Inggris, dan sejak itu berakhirlah pemerintahan imam, diganti dengan pemerintahan kesultanan di bawah Sultan Said bin Taimur bin Faisal bin Turki bin Sa‘id, yang memerintah sejak 1932. Tahun 1970, anaknya Qaboos melakukan kudeta tak berdarah untuk menggantikan ayahnya.
Sejak itu Sultan Qaboos mengganti nama negara itu menjadi Kesultanan Oman. Ia berhasil melepaskan negara itu dari keterisolasiannya dari dunia luar dengan memajukan pembangunan di berbagai sektor. Pemberontakan yang terjadi di Dhofar tahun 1975 dapat ditumpas.
Di bawah pemerintahannya, pendapatan minyak digunakan untuk mengembangkan infrastruktur Negara. Dia juga mampu memfasilitasi pembicaraan rahasia antara Amerika Serikat dan Iran pada 2013, yang menghasilkan kesepakatan nuklir penting dua tahun kemudian.
Sultan Qaboos menanggapi wabah ketidakpuasan yang jarang terjadi pada 2011, menyusul gelombang protes pro-demokrasi di seluruh dunia Arab, dengan menjanjikan lebih banyak pekerjaan dan keuntungan setelah awalnya menekan demonstrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Michael, ed. The Middle East. London: t.p., 1988.
Allen, Jr., and Calvin H. Oman: The Modernization of the Sultanate. London: Croom Helm Ltd., 1987.
Ibnu Asir. al-Kamil fi at-Tarikh. Cairo: t.p., 1965.
Landen, Robert Garen. “Oman,” The World Book Encyclopaedia. Chicago-London-Toronto-Sydney: t.p., 1986.
Mu’min, Mustafa. Qasamat al-Alam al-Islami al-Ma‘asir. t.tp.: Dar al-Fikr, 1974.
Sheskin, Ira M. “Oman,” Grolier Academic Encyclopaedia. t.tp.: Grolier International, 1983.
Syalabi, Ahmad. Mausu‘ah at-Tarikh al-Islamiwa al-Hadzarah al-Islamiyyah. Cairo: Maktabah an-Nahdah al-Misriyah, 1977.
https://www.worldometers.info/world-population/oman-population/, diakses pada 5 April 2022.
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-14654150, diakses pada 5 April 2022.
https://tradingeconomics.com/oman/gdp-per-capita-ppp, diakses pada 5 April 2022.
J. Suyuti Pulungan
Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)