Nawawi, Imam

(Nawa, Damascus, Muharam 631/Oktober 1233 - 24 Rajab 676/22 Desember 1277).

Imam Nawawi adalah seorang syekh Islam, ahli hadis, ahli fikih, dan ahli bahasa. Ia dikenal sebagai mujtahid yang giat bermuzakarah. Tokoh ini dikenal pula dengan sebutan al-Hafiz  Muhyiddin an-Nawawi. Nama lengkapnya adalah Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Marri al-Khazami. Ia menulis banyak buku.

Imam Nawawi meninggal dalam usia 45 tahun. Sebelum meninggal, ia sempat pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji beserta orangtuanya, menetap di Madinah selama 1,5 bulan, dan sempat berkunjung ke Baitulmakdis (Yerusalem). Ia tidak menikah sampai akhir hayatnya.

Pada usia 19 tahun ia belajar di sekolah ar-Rawahiya di Damascus. Ia sangat tekun dalam mencari ilmu selama 20 tahun, sampai ia menguasai beberapa disiplin ilmu agama, seperti hadis dan ilmu hadis, fikih dan usul fikih serta bahasa.

Gurunya antara lain Rida bin Burhan, az-Zaid Khalid, Abdul Azis bin Muhammad al-Ansari, Zainuddin bin Abdul Daim, Imaduddin Abdul Karim al-Harastani, Zainuddin Khalaf bin Yusuf, Taqiyuddin bin Abi al-Yassar, Jamaluddin bin as-Sirafi, dan Syamsuddin bin Amr.

Khusus pelajaran hadis ia peroleh dari ulama-ulama hadis seperti Abu Ishaq Ibrahim bin Isa al-Muradi; usul fikih dari al-Qadi at-Taflis; dan fikih dari al-Kamal Ishaq al-Mari dan Syamsuddin Abdurrahman al-Ma’mari.

Kitab hadis, seperti al-Kutub as-Sittah, al-Musnad, dan al-Muwatta’ segera dikuasainya. Menurut Ibnu Atar, salah seorang muridnya, ia meluangkan waktu untuk membaca sebanyak 12 buku pelajaran dari berbagai disiplin ilmu setiap harinya.

Imam Nawawi adalah penuntun yang berhasil bagi para pemula dalam belajar agama. Dalam kehidupan sehari-hari, ia memiliki kebiasaan hidup sederhana, seperti makan hanya satu kali sehari, yaitu setelah salat isya; begitu juga minum.

Dalam ibadah ia memperbanyak puasa, zikir, dan wirid. Dalam masalah dunia, ia berlaku zuhud, warak, qanaah, dan rida, dengan tetap menjaga diri dari hal-hal duniawi.

Perhatiannya terhadap kondisi sosial sangat besar. Ditegakkannya amar makruf dan nahi munkar. Ia membimbing para pemimpin dan orang yang zalim dan mungkar kepada agama. Ia melarang masyarakat Syam (kini Suriah) memakan buah-buahan yang dinilainya syubhat, yang hukumnya diperselisihkan oleh ulama.

Muridnya mencakup antara lain al-Khatib Sadar Sulaiman al-Ja’fari, Syihabuddin Ahmad bin Ja’wan, Syihabuddin al-Ar-badi, Ibnu Abi al-Fath, al-Mizzi, dan Ibnu Atar.

Sejak berusia 25 tahun hingga wafatnya (656 H/1257 M–676 H/1277 M), Imam Nawawi menulis sejumlah kitab, antara lain Syarh Kitab hadits susunan al-Bagawi dan Syarh hadits karya ad-Daruqutni, ar-Raudah, al-Majmu‘(Syarh al-Muhadzdzab), at-Tibyan fi adab hamlah Al-Qur’an,

Tahrir at-Tanbih, al-‘Umdah fi Tashih an-Niyyah, Tahdzib al-Asma’ wa al-Lugah, Syarh sahih Muslim, Khulasah fi al-hadits, al-Isyarah ila al-Mubhamat, al-Irsyad, ‘Ulum al-hadits, at-Taqrib wa at-Taisir li Ma‘rifah Sunan an-Nasyir an-Nazir, al-Minhaj fi Syarh sahih Muslim, al-Arba‘in, Riyad as-salihin, al-Fatawa, al-Idah fi al-Manasik, dan al-Adzkar.

DAFTAR PUSTAKA
an‑Nawawi, Abu Zakaria Yahya Muhiddin bin Syarf ad‑Dimasqi. Sahih Muslim bi Syarh an‑Nawawi. Cairo: Dar al‑Misriyah, 1924.
as-Suyuti, Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr. Tadrib ar-Rawi. Madinah: al-Maktabah al-Ilmiyyah, 1972.
Utang Ranuwijaya