Nadir Syah

(Kubhan, Pakistan, 28 Muharam 1100/22 Oktober 1688 - Fathabad, Pakistan, 11 Jumadilakhir 1160/20 Juni 1747).

Nadir Syah adalah raja Persia, pendiri Dinasti Afsariyah, dan ahli siasat perang yang dijuluki “Napoleon­ Iran”. Ia memerintah Persia 1736–1747. Kerajaannya membentang dari Sungai Indus sampai ke Pegunungan Kaukasus. Untuk mendirikan Dinasti Afsariyah, ia berjuang keras menghadapi kekuatan Dinasti Safawiyah.

Pada awal pemerintahannya, Nadir Syah atau disebut juga Nadir Quli Beg memfokuskan perhatiannya hanya untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya seperti halnya ketika masih dalam kekuasaan Dinasti Safawiyah.

Tetapi mulai tahun kedua pemerintahannya, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya. Pada 1738 ia memasuki wilayah Afghanistan dengan menaklukkan Kandahar, Ghazni, Kabul, dan Jalalabad.

Nadir Syah memasuki India pada 1739. Ia telah lama berhasrat besar untuk memasuki India, yang sejak zaman Iskandar Zulkarnain sampai dengan Muhammad al-Ghuri dan Sultan Qutbuddin Aibak merupakan daerah yang luas dan potensial.

Waktu menjarah India, di Delhi sedang bertakhta Sultan Muhammad Syah, seorang sultan keturunan Mughal. Sebelum menyerang India, melalui surat, Nadir Syah pernah beberapa kali meminta Sultan Muhammad Syah untuk tidak memberikan perlindungan dan tidak memberikan kesempatan kepada warga Afghanistan untuk melawan Iran.

Permintaan itu tidak digubris Muhammad Syah. Dengan sejumlah besar pasukan yang terutama terdiri dari bangsa Turki, Iran, dan suku Bachtyari, Nadir Syah melakukan penyerangan.

Penyerangan ini membuat kota Delhi tidak berdaya, 20.000 orang tentara India tewas dan tidak sedikit yang tertawan. Hampir seluruh kekayaan sultan dan rakyatnya diserahkan kepada pasukan perang Nadir Syah, sehingga rakyat Iran bebas membayar pajak selama 3 tahun.

Kekayaan yang dapat dijarah dari India berjumlah sekitar 40.000.000 ringgit emas. Selain pajak yang sangat besar dibebankan kepada rakyat Mughal India, Nadir Syah juga menuntut permata Koh-I-Noor yang terkenal dan singgasana merak.

Dalam perkembangan berikutnya Nadir Syah memindahkan ibukota pemerintahan dari Esfahan ke Tus, kota kelahiran imam besar Abu Hamid al-Ghazali. Pemindahan kota ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh Mazhab Syiah, tetapi inilah yang kemudian mengurangi penghormatan orang Iran kepada dirinya.

Berbeda dengan Dinasti Safawiyah yang menetapkan paham Syiah sebagai paham keagamaan, Nadir Syah menentukan Ahlusunah waljamaah sebagai paham keagamaan Dinasti Afsariyah.

Pendukung paham Syiah tidak setuju dengan kebijaksanaan­ Nadir Syah ini dan kemudian membunuhnya. Nadir Syah diganti kemenakannya, Ali Quli Mirza. Di masa pemerintahan penggantinya ini Persia mengalami kemunduran.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zainal Abidin. Sejarah Islam dan Umatnya: Perkembangan dari Zaman ke Zaman. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
HAMKA. Sedjarah Ummat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1981.
Hasan, Hasan Ibrahim. Tarikh al-Islam: as-Siyasi wa ad-Dini wa ats-saqafi wa al-Ijtima‘i. Cairo: Maktabah an-Nahdah al-Misriyah, 1979.
Mazzaouri, Michel. The Origins of the Safawids. Wisbaden: F. Steiner, 1972.
Muhammadunnasir, Syed. Islam Its Concepts & History. New Delhi: Kitab Bhavan, 1981.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1985.
Shadily, Hassan, ed. Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1983.
Zainal Arifin Zamzam