Mukjizat adalah kemampuan supranatural yang diberikan Allah SWT kepada nabi. Menurut asal katanya, al-mu‘jizah berarti “membuat sesuatu menjadi tidak mampu”, atau “sesuatu yang luar biasa dan tidak bisa didatangkan manusia.” Mukjizat tidak muncul dari gejala alam, melainkan dari sumber rohani, tidak terjelaskan, dan tidak bisa ditiru. Mukjizat hanya terjadi atas kekuasaan Allah SWT.
Menurut az-Zarqani, ahli ilmu kalam dan tafsir, mukjizat adalah sesuatu yang melemahkan manusia atau makhluk lainnya, baik secara individu maupun kolektif, untuk mendatangkan sesuatu yang lain yang serupa dengan mukjizat tersebut.
Mukjizat pada umumnya bertujuan untuk membuktikan kenabian seorang nabi dan menambah keyakinan para pengikut nabi di samping untuk menyeru kepada umat lainnya agar percaya akan keesaan Tuhan.
Unsur yang harus ada dalam sebuah mukjizat adalah sebagai berikut:
(1) ada suatu hal yang terjadi di luar kebiasaan,
(2) tampak pada diri seorang nabi,
(3) ada tantangan, biasanya dari pihak yang menentang atau menyangsikan kedudukan seorang nabi; dan
(4) tantangan tersebut tidak dapat menandingi atau menentang hal yang luar biasa tersebut.
Mukjizat berbeda dari karamah yang biasanya muncul pada diri se-orang wali dan sihir yang bisa muncul pada setiap orang yang menguasai ilmunya. Mukjizat hanya muncul pada diri seorang nabi yang sedang menghadapi tantangan.
Jenis mukjizat bagi para nabi itu berbeda-beda, sesuai dengan jenis tantangan yang populer pada masa nabi yang bersangkutan. Misalnya, mukjizat Nabi Muhammad SAW antara lain adalah mengeluarkan air bersih dari sela jari-jemarinya, mencukupkan makanan yang sedikit sehingga ma kanan yang sedikit pada waktu penggalian parit pada Peran Khandaq dapat menjamu dan mengenyangkan banyak orang, dan yang paling penting adalah Al-Qur’an.
Kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada tiga segi, yaitu segi bahasa, segi isyarat ilmiah, dan segi pemberitaan gaib. Kemukjizatan Al-Qur’an dari segi bahasa tidak diragukan lagi.
Terbukti hingga kini tidak seorang pun yang dapat menandingi keindahan uslub (gaya bahasanya). Al-Qur’an yang diturunkan selama kurang lebih 23 tahun dan sebagian ayatnya diturunkan berdasarkan peristiwa dan latar belakang tertentu, ternyata merupakan rangkaian ayat yang tersusun rapi secara sistematis, serasi, utuh, dan tidak mengandung pertentangan.
Keteraturan dan kesinambungan susunan membuat seseorang tidak akan menduga bahwa ayatnya diturunkan secara terpisah-pisah dan terpotong-potong.
Az-Zarqani memperkenalkan istilah as-sarfah, yaitu bahwa kemukjizatan Al-Qur’an dari segi gaya bahasa bukan karena Al-Qur’an itu menggunakan bahasa “khusus” tetapi Allah SWT memalingkan niat manusia untuk menandingi Al-Qur’an.
Pendapat ini didukung oleh golongan Muktazilah. Namun kebanyakan ulama menolak teori tersebut. Az-Zarkasyi (ahli tafsir), misalnya, mengata kan bahwa teori tersebut bertentangan dengan surah al-Isra’ (Bani Isra’il) (17) ayat 88 yang pada intinya manusia dan jin tidak mampu untuk menembus ayat tandingan.
Al-Qur’an sering disebut sebagai Umm al-Mu‘jizat (Induk semua Mukjizat) karena jika di bandingkan dengan mukjizat nabi lainnya, Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar.
Kemukjizatannya tidak hanya terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, tetapi juga setelah Nabi Muhammad SAW meninggal. Berbeda dengan mukjizat nabi sebelumnya, mukjizat mereka hanya dapat disaksikan ketika nabi yang bersangkutan masih hidup.
Mukjizat para nabi yang disebutkan dalam Al-Qur’an antara lain adalah: Nabi Sulaiman AS dapat berkomunikasi dan menguasai bahasa binatang dan jin, dan menguasai mereka; Nabi Musa AS dapat mengubah tongkat menjadi ular; Nabi Isa AS dapat menghidupkan orang yang telah meninggal; Nabi Ibrahim AS tahan terhadap api; dan Nabi Saleh AS dapat mengeluarkan unta betina yang gemuk dari perut batu karang besar.
Daftar Pustaka
al-Baqillani, Abu Bakar Muhammad bin at-Tayyib. I‘jaz Al-Qur’an. Cairo: Dar al-Ma’arif, t.t.
Ibrahim, Muhammad Ismail. Al-Qur’an wa I‘jazuh al-‘Ilmi. Cairo: Dar al-Fikr, t.t.
al-Qattan, Manna‘. Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an. Riyadh: Manshurat al-‘Asr al-Hadith, t.t.
az-Zarqani, Muhammad Abdul Azim. Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Cairo: Isa al-Babi al-Halabi, t.t.
Nasaruddin Umar