Mughal, Kerajaan

Mughal adalah sebuah kerajaan atau dinasti Islam di India pada 1526–1858, yang didirikan oleh seorang penjarah dari Asia Tengah yang bernama Zahiruddin Muhammad Babur, keturunan Timur Lenk (771 H/1370 M–807 H/1405 M) dari kelompok etnik Mongol. Timur Lenk sendiri adalah keturunan Jengiz Khan (w. 1227) yang telah masuk Islam dan berkuasa di Asia Tengah pada abad ke-15.

Kerajaan Mughal berdiri bersamaan dengan kerajaan besar Usmani Turki di Asia Kecil dan Safawi di Persia. Ketiganya menjadi negara adikuasa yang menguasai perekonomian,­ politik, serta militer, dan mengembangkan kebudayaan yang monumental.

Zahiruddin Muhammad Babur naik takhta untuk­ pertama­ kali sebagai penguasa Fergana di Asia Tengah, menggantikan­ ayahnya Umar Mirza pada 1500. Setelah naik takhta ia mencanangkan obsesinya untuk menguasai seluruh wilayah Asia Tengah, sebagaimana Timur Lenk tempo dulu. Namun,­ ambisinya itu terhalang kekuatan Uzbekistan, bahkan pada 1504 ia kehilangan Fergana.

Berkat bantuan Ismail I (memerintah 907 H/1500 M–930 H/1524 M) dari Kerajaan Safawi, Babur da­pat mengua­sai Kabul pada 1512. Dari sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah timur sehing­ga pada 1526 ia dapat merebut Delhi dari Dinasti Lody. Keberhasilannya itu diraih melalui perjuangan panjang. Ibrahim Lody (memerintah 923 H/1517 M–932 H/1526 M), penguasa Delhi dari Afghan, ke­hilangan pengaruh di mata para pendukungnya.

Daulah Khan, gubernur Lahore dan Alam Khan (paman Ibrahim sendiri) melakukan pembang­ kang­an pada 1524 terhadap pemerintahan Ibra­him Lody, dan meminta bantuan Babur untuk merebut­ Delhi. Tiga kekuatan itu bersatu menyerang kekuatan Ibrahim, tetapi gagal memperoleh kemenangan­. Mereka melihat bahwa Babur tidak sungguh­-sungguh membantu mereka.

Ketidakseriusan Babur ini menimbulkan kecurigaan di mata Daulah Khan dan Alam Khan, sehingga keduanya berbalik menyerang Babur. Kesempatan itu tidak disia-sia­kan Babur. Ia berusaha keras untuk mengalahkan gabungan dua kekuatan tersebut. Daulah Khan dan Alam Khan dapat dikalahkan. Lahore dikuasainya pada 1523.

Dari Lahore ia terus bergerak ke selatan hingga mencapai Panipat. Di sinilah ia berjumpa dengan pasukan Ibrahim yang segera keluar dari Delhi setelah mendengar ancaman kekuatan Babur itu.

Babur memperoleh kemenangan yang amat dramatis­ dalam Pertempuran Panipat I (1526) itu, ka­rena dengan hanya didukung 25.000 personel angkatan­ perang, ia dapat melumpuhkan kekuatan Ibrahim yang didukung 100.000 personel dan 1.000 pasukan gajah. Pada tahun itu juga Babur menguasai­ Delhi, dan memproklamasikan diri sebagai maharaja di India.

Kemenangannya yang begitu cepat mengundang reaksi dari para penguasa Hindu setempat. Prokla­masi 1526 yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput, sehingga ia harus berhadap­an dengan dua kekuatan se­kaligus, yakni Rana Sanga yang didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa­ yang baru tiba itu.

Tantangan tersebut dihadapi­ Babur 16 Maret 1527 di Khanus dekat Agra. Babur memper-oleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya.

Setelah dapat menundukkan Rajput, Babur mengarahkan­ konsentrasinya ke sebelah timur pusat kekuatan Dinasti Lody dari Afghan, yang pada saat itu dipimpin Mahmud, saudara Ibrahim. Ia dapat mematahkan kekuatan Mahmud pada 1529 sehingga Gogra dan Bihar jatuh ke bawah kekuasaannya.

Sepeninggal Babur (1530), dinasti ini mengalami keka­ lahan total. Humayun (Nasiruddin Muhammad; 1530–1556) tidak mampu menahan gerakan Sher Shah (1486–1545), pemimpin kelompok etnik Afghan, yang bergerak dari arah timur, dan juga tidak mam­pu menekan ambisi adiknya sendiri, Kamran dan Askari, yang selalu melakukan pem­bangkang­an terhadap kebijakan politiknya.

Wilayah kekuasaan Dinasti Mongol warisan Babur­ yang terbentang dari Lahore dan Punjab di utara, sampai Gogra dan Bihar di timur, dan Gwalior,­ Chanderi, dan Mewar di bagian India tengah, jatuh pada kekuasaan Sher Shah pada 1539, sementara Kabul dan Kandahar jatuh pada kekuasaan­ Kamran dan Askari. Humayun terusir dari Delhi dan menetap di Umarkot (1542), kemudian memasuki Persia sebagai pengungsi.

Syah Tahmasp I (1514–1576), penguasa Safawi memberi dukungan pada Humayun. Dengan dukungan­ ini, ia dapat menguasai kembali Kabul dan Kandahar (1545), dan pada tahun yang sama Sher Shah meninggal dunia. Sepeninggal Sher Shah, bangsa Afghan kehilangan pemimpin yang tang­guh, sehingga Delhi dapat direbut kembali oleh Humayun tahun 1555.

Humayun meninggal dunia setahun setelah menguasai­ Delhi (26 Januari 1556), dan takhta kerajaan jatuh pada Ak-bar I (Abul Fath Jalaluddin Muhammad Akbar; 1542–1605). Akbar memegang tampuk kekuasaan dalam tempo yang sangat lama (1556–1603).

Pada masa kekuasaannyalah Dinasti Mongol­ mencapai puncak kejayaannya. Seluruh wilayah­ yang lepas pada masa Humayun dapat direbutnya kembali. Kekuatan pasukan Hemu menteri Hindu pada masa Sher Shah dapat dipatahkan pada­ Pertempuran Panipat II, 5 November 1556.

Akbar I yang masih muda itu dibantu Bairam Khan (wakil Sultan Akbar yang memerintah 963 H/1556 M–1014 H/1605 M), seorang Syiah yang setia membantu Mughal sejak Babur dan Humayun. Namun ia terlampau memaksakan kepentingan sekte agamanya dalam pemerin­tahan­ Akbar sehingga­ diberhentikan dari jabatannya sebagai wakil sultan pada 1561.

Akbar I meneruskan program ekspansinya ke sebelah timur dan selatan. Malwa dapat dikuasai pada 1561, Chundar 1561, Kerajaan Ghond 1564, Chitor 1568, Ranthabar 1569, Kalinjar 1569, Gujarat 1572, Surat 1573, Bihar 1574, dan Bengal 1576. Kemudian ekspansi juga dilakukan ke sebe­lah utara sehingga Kashmir dapat dikuasai­ pada 1586, Sind di sebelah barat laut Delhi 1590, dan Orissa di sebelah timur 1592. Kerajaan Deccan jatuh pada 1596, Gawilgarh dan Narnala dapat dikuasai 1598, Ahmadnagar 1600, dan Asitgah 1601.

Kejayaannya terus berlangsung sampai masa pe­merin­ tahan tiga sultan berikutnya, yaitu Jahangir (Nuruddin Muhammad Jahangir atau Sutan Salim; 1605–1627), Syah Jehan (1627–1658), dan Aurangzeb (Alamgir I; 1658–1707). Pada masa pemerintahan ketiga sultan terakhir ini, orientasi politik lebih banyak difokuskan pada upaya memperta­hankan keutuhan wilayah kekuasaan, pembangunan sektor ekonomi lewat pertanian serta perdagangan, dan pengem­bangan budaya, seni, serta arsitektur.

Selama 1,5 abad India di bawah Dinasti­ Mongol menjadi salah satu negara adikuasa. Ia menguasai perekonomian dunia dengan jaringan pemasaran barangnya yang mencapai­ Eropa,­ Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Cina. Selain itu, India juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditundukkan dan kebudayaan yang tinggi.

Setelah Aurangzeb (1707), takhta kerajaan di­duduki raja-raja yang lemah. Sementara itu di pertengahan abad ke-18, Inggris sudah mulai me­nancapkan kukunya di India. Pada 1761 Inggris­ menguasai sebagian wilayah kerajaan. Pada 1803 Delhi dikuasai dan penguasa Mughal berada di bawah pengaruh Inggris. Pada 1857 penguasa Mughal mencoba membebaskan diri dari penjajahan Inggris, tetapi ia dapat dikalahkan. Pada 1858, Bahadur II, raja Mughal yang terakhir­ itu diusir Inggris dari istananya.

Daftar Pustaka

Ali, Ameer. Islamic History and Culture. Delhi: Amar Prakashan, 1978.
Crowe, S. The Gardens of Mogul India. London: t.p., 1972.
Holt, P.M. Cambridge History of Islam. Cambridge: Cambridge University Press, 1977.
Ikram, S.M. Muslim Civilization in India. New York: Colombia University Press, 1965.
Muhammadunnasir, Syed. Islam Konsepsi dan Ajarannya. Bandung: Rosda, 1988.
Mudjib, M. The Indian Muslim. London: George Alen, 1967.
Panikar, K.M. A Survey of Indian History. Bombay: Publishing House, 1957.
Safdar, Hayat Safdar. Ahd-i-Mughlia. Lahore: New Book Palace, t.t.

DEDE ROSYADA