Masjid Menara Kudus adalah salah satu masjid tertua Indonesia di Kudus, kota di pesisir utara Jawa Tengah, 51 km di sebelah utara kota Semarang. Masjid ini unik karena di sampingnya terdapat bangunan menara yang dikenal dengan nama “Menara Kudus”, tempat menaruh beduk masjid. Karena itu, masjid ini pun masyhur dengan sebutan “Masjid Menara Kudus”.
Berdasarkan inskripsi yang ditemui di atas mihrab masjid tersebut, masjid ini didirikan 956 H/1549 M, pada masa pemerintahan Kesultanan Demak. Menurut inskripsi, tertulis Ja‘far Sadiq, sedangkan berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, pendirinya adalah Sunan Kudus, salah seorang dari sembilan wali (Wali Songo). Hal itu tidak bertentangan karena Ja‘far Sadiq adalah nama Sunan Kudus sebelum ia menjadi penguasa Kudus.
Bentuk asli masjid ini sudah tidak dikenal lagi karena telah berulang kali mengalami perubahan. Pada 1919 masjid ini diperbaiki dan diperluas. Pada 1925 bagian depan masjid ditambah bangunan baru berupa serambi.
Serambi ini kemudian diperluas lagi pada 1933 untuk menampung jemaah salat Jumat yang semakin bertambah. Akibat perubahan ini, bagian depan masjid menjadi satu dengan Kori-Agung (gapura) yang terkenal dengan sebutan Lawang Kembar. Di atas serambi dibangun sebuah kubah besar.
Bentuknya mirip dengan bangunan di India. Di sekeliling kubah itu diukir nama pahlawan Islam, antara lain Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa‘d bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Jarrah, I mam M alik , I mam Hanafi, Imam Syafi‘i, dan Imam Hanbali.
Perbaikan lainnya terjadi pada 1960, yaitu meninggikan bangunan masjid dari tinggi 13,25 m menjadi 17,45 m. Walaupun telah dibongkar beberapa kali, peninggalan kuno yang terdapat di dalam masjid, seperti batu bertulis, tetap terpelihara dengan baik.
Puncak masjid (tinggi: 35 cm) pada mulanya terbungkus dengan emas 24 karat. Hanya 19 cm dari puncak tersebut yang terbungkus emas dengan luas lingkaran 13 cm. Akan tetapi, setelah diadakan perombakan pada 1960, puncak masjid yang asli tidak dapat dipertahankan lagi, lalu diganti dengan bangunan baru. Lingkaran emas kemudian diganti dengan aluminium.
Bangunan Menara Kudus didirikan pada 1685. Bentuk menara itu tidak ada tandingannya di Indonesia, bahkan di dunia. Bentuknya menyerupai Candi Jago, tempat pemakaman Raja Wisnuwardhana (Singasari) yang terdapat di Malang. Bagian puncak menara bukan lagi bangunan asli.
Puncak banguna asli runtuh pada 1947, lalu diganti dengan puncak baru. Pada bagian dalam menara terdapat sebuah tangga yang terbuat dari kayu jati bertuliskan angka 1313 H (1895 M), yang menunjukkan tahun pembuatan tangga tersebut. Bangunan Menara Kudus merupakan perpaduan antara seni bangunan Indonesia asli, Hindu, dan Islam.
Bangunan lain yang terdapat di sekitar Menara Kudus adalah makam Sunan Kudus, gapura, dan tajuk. Makam Sunan Kudus terletak di sebelah barat masjid. Di pintu makam itu tertulis kalimat al-asma’ al-husna dan angka 1296 H (1879 M) yang merupakan tahun pembuatan tulisan itu.
Makam itu dikelilingi makam para wali, istri Sunan Kudus, dan para pangeran/ahli waris Sunan Kudus. Di sekitar masjid dan menara terdapat banyak gapura. Khusus di dalam masjid terdapat dua gapura yang disebut Kori-Agung. Pada kiri kanan gapura dijumpai hiasan dinding yang mirip dengan hiasan Masjid Mantingan di Jepara.
Pada gapura yang terletak di serambi depan masjid (Lawang Kembar) ditemukan tulisan dalam bahasa Arab dan angka 1215 H (1800 M), yang merupakan tahun penulisannya. Di sebelah selatan makam Sunan Kudus terdapat sebuah tajuk, yaitu semacam langgar yang pada tiang atapnya dijumpai angka 1145 H (1732 M), yang merupakan tahun pembuatannya. Pada 1986 gambar Menara Kudus diabadikan dalam mata uang pecahan lima ribuan.
Daftar Pustaka
Aboebakar. Sejarah Masjid. Jakarta-Banjarmasin: Toko Buku Adil & Co., t.t.
Hasymy, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Pijper, G.F. The Minerat in Java. Leiden: t.p., 1947.
Rachim, Abdur. Sejarah Arsitektur Islam, Sebuah Tinjauan. Bandung: Angkasa, 1983.
Raffles, Thomas Stamford. The History of Java. Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1978.
Sagimun M.D. Peninggalan Sejarah: Masa Perkembangan Agama-Agama di Indonesia. Jakarta: Haji Masagung, 1988.
Salam, Solichin. Kudus Purbakala dalam Perjuangan Islam. Kudus: Menara Kudus, 1977.
–––––––. Sekitar Wali Songo. Kudus: Menara Kudus, 1972.
Musdah Mulia