Maryam Jamilah adalah seorang penulis dan intelektual di bidang agama, filsafat, sejarah, antropologi, sosiologi, dan biologi. Ia adalah seorang Yahudi Amerika dari Westches ter, kota kecil berpenduduk padat di pinggiran New York. Ayahnya (Herbert S. Marcus) menamainya Margaret (panggilannya: Peggy). Ia dinamai Maryam Jamilah oleh Syekh Daud Ahmad Faisal (ketua The Islamic Mission of America) setelah masuk Islam pada usia 27 tahun.
Ketika kanak-kanak, Maryam Jamilah adalah gadis yang peka, keras kepala, dan agak sulit bergaul. Tetapi kecer dasannya sangat menonjol. Ketika berusia 8 tahun ia bercita-cita menjadi seorang ilmuwan atau penemu.
Ia ingin menciptakan pesawat terbang yang dijalankan dengan mesin portabel, hanya diputar secara manual dan tidak perlu menggunakan bahan bakar.
Pada masa sekolah ia adalah anak yang terpandai di kelasnya. Bacaannya jauh melampaui ketentuan kurikulum sekolahnya. Perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum di New York dijadikan sebagai rumah kedua baginya. Pada usia 12 tahun ia telah banyak membaca buku ilmu pengeta huan, termasuk ensiklopedi.
Selain itu ia juga gemar membaca buku cerita tentang bangsa Arab dan orang Islam, antara lain: The Lance of Kanana (Tombak Kanana), karangan Harry W. French yang menceritakan Kanana, anak Badui yang ting gal di Gurun Arab; Boy of the Desert (Anak Gurun), karangan Eunice Tietjiena yang menceritakan masa kecil Abdul Aziz; dan Camel Bells: A Boy of Baghdad, karya Anna Ratzesberger yang menceritakan anak laki-laki Arab-Irak miskin yang kemu dian diangkat menjadi anak oleh keluarga Badui.
Cerita mengenai bangsa Arab yang dibacanya mengilhaminya untuk menulis cerita mengenai kehidupan seorang anak Arab yang tinggal di desa kecil di Palestina. Anak itu diberi nama “Ahmad Khalil” yang kemudian menjadi judul karangan yang ditulisnya ketika masih berusia 14 tahun.
Literatur yang dibacanya membuatnya semakin tertarik pada cerita bangsa Arab dan orang Islam. Hal itu tidak disetujui orangtuanya. Tetapi sebagai bantahan terhadap orangtuanya, ia malah menyerahkan sebuah buku cerita berjudul Children of the Housetops, karangan Youel Basyir Mirza (seorang Persia) yang menceritakan keluarga muslim yang bahagia dan penuh kasih sayang di Timur Tengah.
Selama masa remaja, Maryam Jamilah mengalami keter asingan sosial di sekolah; hampir selama 8 tahun ia tidak mempunyai teman karena waktunya habis digunakan untuk membaca di perpustakaan, berbeda dengan kegemaran teman sebayanya.
Saat terakhir duduk di SMA, ia menulis sebuah karya tulis dengan judul The Ethical Culture Movement (Gerakan Budaya Etis), yang kemudian dipublikasikan oleh pimpinan Masyarakat Budaya Etis di New York, yaitu Dr. Algernon D. Black dan David Muzzey.
Setelah tamat SMA pada tahun 1952 ia melanjutkan sekolah ke Universitas New York dengan mengambil bidang pokok studi humaniora. Pada tahun 1953 ia sakit keras.
Dua tahun kemudian ia meninggalkan perguruan tinggi tanpa memperoleh ijazah. Dua tahun lamanya ia harus keluar masuk rumah sakit. Setelah sembuh, ia melanjutkan kembali kesenangannya membaca dan menulis.
Sejumlah buku bacaan mengilhaminya untuk memperdalam Islam, antara lain terjemahan Al-Qur’an karya Mar maduke Pickthall dan dua buku karya Allamah Muhammad Asad yang berjudul The Road to Mecca (Jalan ke Mekah) dan Islam at the Crossroads (Islam di Persimpangan Jalan) yang dijadikan sebagai dasar melanjutkan kariernya di bidang pe nulisan.
Ia kemudian menulis buku dengan judul Islam versus the West (Islam versus Barat) sebagai perluasan dan ulasan lebih terperinci dari buku Islam at the Crossroads.
Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam ten tang Islam, ia tidak puas hanya mempelajari buku bacaan di perpustakaan. Ia lalu melakukan surat-menyurat dengan kaum muda dan para tokoh Islam dari Arab dan Pakistan agar mendapat informasi lebih mendalam tentang peristiwa yang sedang terjadi di Dunia Islam.
Selama melakukan kontak su rat-menyurat secara luas, ia menjadi akrab dengan karya tulis Abu A‘la al-Maududi. Sejak Desember 1960 korespondensi di antara keduanya berjalan teratur.
Maryam Jamilah masuk Islam secara terbuka pada hari raya Idul Adha 24 Mei 1961 di Islamic Mission di Brooklyn, New York. Syekh Daud Ahmad Faisal (ketua lembaga The Islamic Mission of America) menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengucapkan rukun iman yang enam dalam bahasa Arab.
Yang menjadi saksi adalah Khadijah Faisal (istri Syekh Daud Ahmad Faisal) dan Balquis Muhammad (teman akrab Maryam yang masuk Islam beberapa tahun sebelum Maryam).
Ia mempelajari bacaan salat lima waktu dalam bahasa Arab dari Dr. Nuruddin Shoraibah, seorang sarjana dari Universitas al-Azhar, yang menjadi imam di Islamic Foundation di New York.
Pada 1962, atas tawaran al-Maududi, ia pindah ke Pakistan dan menetap di Lahore sebagai anggota keluarga al-Maudu di. Satu tahun kemudian ia menikah dengan Yusuf Khan, seorang pengurus harian Jami’at al-Islam, gerakan kader Islam yang didirikan al-Maududi pada tahun 1941.
Sebagai penulis, Maryam Jamilah menulis banyak artikel yang dimuat dalam majalah The Islamic Review dan The Mus lim Digest. Di antara artikel yang dimuat di majalah tersebut terdapat sebuah tulisan berjudul “Sebuah Kritik terhadap Buku Islam in Modern History”.
Buku yang dimaksud adalah karya Prof. Wilfred Cantwell Smith, direktur Islamic Institute di McGill University, Montreal, Canada (1959). Dalam tulis annya itu Maryam menentang pendapat yang mengatakan bahwa sekularisme dan westernisasi cocok dengan Islam, dan bahwa pembaruan Kemal Atatürk di Turki menawarkan model terbaik untuk ditiru negara Islam lainnya.
Artikel lain berjudul “Kritik terhadap Buku Reinterpretation of Islam” yang berisi kritik terhadap buku karangan Asaf A. Fyzee (wakil rektor Universitas Kashmir) tentang Islam yang diungkapkan menjadi etika kosong yang tidak memberi dampak kepada pembentukan masyarakat dan kebudayaan (1960).
Sebagai seorang sahabat dan murid al-Maududi, pemikiran Maryam tidak berbeda banyak dengan pemikiran gurunya. Dalam artikelnya ia membantah pendapat Zia Gokalp (ahli sosiologi Turki) yang mengatakan bahwa nasionalisme dan sekularisme cocok dengan Islam.
Ia juga membantah pendapat Sir Sayid Ahmad Khan (tokoh pembaru di India) yang mementingkan ilmu pengetahuan dan filsafat Eropa abad ke-19. Ia mengkritik para pemikir pembaru di Mesir, seperti Muhammad Abduh dan Thaha Husein.
Ia menentang pula presiden Tunisia, Habib Bourguiba (memerintah 1957–1987), yang menyatakan bahwa puasa bulan Rama dan merupakan penghalang bagi pembangunan ekonomi Tunisia.
Di dunia Islam internasional saat ini, Maryam Jamilah dikenal sebagai seorang penulis wanita yang memiliki ketajaman pena dalam menelanjangi peradaban Barat yang berlawanan dengan peradaban Islam.
Sejumlah karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, antara lain adalah Surat Menyurat Maryam Jamilah dengan Maududi (Mizan: 1984), Islam dalam Kancah Modernisasi (Risalah: 1985), Menjemput Islam (al-Bayan: 1992), Para Mujahid Agung (Mizan: 1993), dan Di Tepian Jalur Gaza: Kisah Keluarga Pen gungsi Palestina (Mizan: 1993). Menjemput Islam merupakan kumpulan surat Maryam Jamilah dengan kedua orangtua, bibi, dan kakaknya.
Buku ini merekam pergulatan batin dan penderitaan intelektual seorang wanita dalam menghadapi pengaruh lingkungan tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Gaya pengisahannya bersifat individual, namun materi yang dibahasnya bersifat sosial.
Para Mujahid Agung berisi uraian tentang Hasan al-Banna (Mesir), Muhammad bin Abdul Wahhab (Arab Saudi), Imam Mahdi (Sudan), Sanusi (Libya), dan Badiu Zaman Said Nursi (Rusia). Meskipun serba ringkas, penulis mampu membuat uraiannya meliputi seluruh perja lanan hidup para tokoh tersebut.
Di Tepian Jalur Gaza, yang bercerita seputar tragedi pendirian negara Israel, menampil kan kegigihan perlawanan dan ketegaran bangsa Palestina secara amat mengesankan.
Daftar Pustaka
Jameelah, Maryam. Di Tepian Jalur Gaza. Bandung: Mizan, 1993.
–––––––. Islam dalam Kancah Modernisasi, ed. Dedy Djamaluddin Malik. Band ung: Risalah, 1958.
–––––––. Islam in Theory and Practice. New Delhi: Taj Printers, 1983.
–––––––. Menjemput Islam, ed. Alwiyah Abdurrahman. Bandung: al-Bayan, 1992.
–––––––. Para Mujtahid Agung, ed. Hamid Luthfi. Bandung: Mizan, 1993.
–––––––. Surat-Menyurat Maryam Jameelah Maududi, ed. Fathul Umam. Band ung: Mizan, 1993.
Husmiaty Hasyim