Maryam adalah ibu Nabi Isa AS atau Sayidatina Maryam, seorang tokoh yang sangat cemerlang yang dilebihkan Allah SWT dibandingkan dengan wanita lain dan mendap at karamah (keajaiban) yang belum pernah dialami wanita lain sebelumnya.
Riwayat yang berhubungan dengan ihwal Maryam adalah salah satu tema yang sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an. Riwayat itu mulai dari kisah kelahiran, masa kanak-kanak, hamil, sampai melahirkan putranya.
Maryam adalah anak perempuan satu-satunya dari Imran dan istrinya. Riwayat kelahirannya diberitakan di dalam Al-Qur’an pada surah yang diberi nama Ali ‘Imran, yang berarti ‘keluarga Imran’. Ketika perkawinan antara Imran dan istrinya sudah berlangsung beberapa tahun, mereka tidak dikaruniai seorang anak pun.
Keduanya pun terus menjadi tua dan beruban. Tanpa putus asa, dalam keadaan demikian sang istri terus berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak. Doanya ternyata dikabulkan, dan ia merasakan tanda kehamilan.
Karena gembira, calon ibu itu pun bernazar akan menjadikan anak yang berada dalam kandungannya itu sebagai hamba yang saleh dan berkhidmat di Baitulmakdis (QS.3:35). Sebelum anak yang ditunggu-tunggu itu lahir, Imran meninggal dunia. Dengan demikian, Maryam lahir dalam keadaan yatim.
Ketika istri Imran mengetahui bahwa anak yang dilahir kannya itu adalah seorang wanita, ia kembali menadahkan tangan, mengadu kepada Tuhannya,
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk” (QS.3:36).
“Ingatlah, ketika malaikat berkata, ‘Hai Maryam, ses ungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang daripada-Nya), namanya al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh.’ Maryam berkata, ‘Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.’ Allah berfirman (dengan perantaan Jibril), ‘Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, ‘Jadilah’, lalu jadilah dia.’ Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil” (QS.3:45–48).
Maksudnya, ia ingin mengatakan bahwa nazarnya itu sebenarnya disampaikan apabila anaknya laki-laki, agar mampu berkhidmat untuk Baitulmakdis; sementara yang lahir adalah perempuan, yang diragukannya dapat menjalankan pengabdian bagi Baitulmakdis secara maksimal sebagaimana yang dinazarkan.
Doa dan nazar sang ibu dinyatakan Allah SWT melalui ilham yang diterima, yakni sebagai pengkhidmat Baitulmak dis. Sehubungan dengan itu, Maryam kemudian diasuh dan dibesarkan oleh Nabi Zakaria AS, seorang alim yang menjadi guru di Baitulmakdis tersebut (QS.3:37). Zakaria terpilih sebagai pengasuh melalui undian, karena banyak orang yang menginginkan hal pengasuhan itu (QS.3:44).
Pada masa pengasuhan ini, Maryam dan Zakaria menga lami banyak keajaiban, yang menunjukkan bahwa Maryam diberi karamah (pertolongan) oleh Allah SWT.
Sebagai contoh, setiap kali masuk ke mihrab untuk menemui Maryam, Zakaria mendapati makanan di sisi Maryam. Zakaria berkata, “‘Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?’ Maryam menjawab, ‘Makanan itu dari sisi Allah’” (QS.3:37).
Keajaiban itu jelas menunjukkan bahwa Maryam bukanlah orang sembarangan. Al-Qur’an menceritakan,
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, ‘Hai Mar yam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensu cikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kamu kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk’” (QS.3:42–43).
Keajaiban lain yang diperoleh Maryam berkaitan dengan kelahiran Nabi Isa AS. Maryam yang suci itu adalah seorang perawan yang tidak pernah disentuh lelaki, tetapi kemudian hamil dan melahirkan Nabi Isa AS, yang juga memperoleh banyak mukjizat dari Allah SWT. Allah SWT berfirman,
Demikianlah, keajaiban terus mengiringinya hingga Maryam melahirkan putranya, Nabi Isa AS. Diceritakan dalam Al-Qur’an bahwa menjelang persalinan, Maryam sakit perut.
Hal itu memaksanya bersandar ke pohon kurma. Ingin ras anya ia mati, bahkan tidak pernah hidup sama sekali. Dalam keadaan demikian Malaikat Jibril datang menghibur,
“Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhan mu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkan pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.
Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, sesungguhnya Aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini’” (QS.19:24–26).
Setelah melahirkan, Maryam kemudian membawa anak nya itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Melihat anak yang dilahirkannya itu tidak mempunyai ayah, mereka segera mengejek, mencibir, dan mengecam dengan berkata,
“Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai sauadara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina” (QS.19: 27–28).
Namun Maryam tetap diam dan hanya menunjuk kepada putranya. Ketika itu bercakaplah sang bayi menjelaskan jati dirinya sebagai hamba Allah SWT yang diberi al-Kitab (Injil), mendirikan salat, berzakat, serta mengabdi kepada ibunya (QS.19: 29–32).
Kisah Maryam dan putranya di dalam Al-Qur’an selalu terjalin erat, dan itu dimaksudkan untuk menunjukkan kekuasaan Allah SWT. Allah berfirman, “…agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami” (QS.19:21).
Besarnya penghormatan kepada Maryam, menurut keyak inan Islam, tercermin dalam banyaknya kisah tentang Ibu Nabi Isa AS itu di dalam Al-Qur’an, yang tersebar dalam dua belas surah; bahkan salah satu surah dalam Al-Qur’an diberi nama Maryam, yaitu surah yang ke-19.
Demikian banyak kisah tentang Maryam di dalam Al-Qur’an, jauh lebih banyak dari pada di dalam Injil. Cerita tentang dirinya telah diwahyukan sejak ayat diturunkan di Mekah dan terus berlanjut hingga masa Madinah.
Pada umumnya kisah tentang Maryam di dalam Al-Qur’an tidak jauh berbeda dengan yang terdapat di dalam Injil. Di dalam Injil, Maryam disebut “Mary” atau “Maria”. Hanya saja terdapat perbedaan antara Al-Qur’an dan Injil Lukas bab III serta Injil Matius bab I.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Maryam melahirkan putranya tanpa seorang bapak yang pernah menyentuhnya, sehingga silsilah Nabi Isa AS itu dinis bahkan kepada ibunya (Isa bin Maryam), sedangkan dalam kedua Injil tersebut dikatakan bahwa Isa (Yesus) mempunyai bapak (suami Maryam) yang bernama Yusuf (Yoseph).
Namun kedua Injil itu pun berbeda dalam menerangkan silsilah Isa pada tahap lebih lanjut. Menurut Injil Matius, Isa putra Yusuf (Yoseph) putra Ya‘qub (Yakob) putra Mathan; sementara Injil Lukas menyatakan Isa (Yesus) putra Yusuf (Yoseph) putra Heli putra Matthat.
Masih ada perbedaan lain. Banyak pakar Nasrani berpendapat bahwa dalam perkawinannya dengan Yusuf (Yoseph), Maryam memperoleh beberapa orang anak. Isa mempunyai lima orang saudara laki-laki (Yacobus Budiman, Semion, Yehuda, dan seorang lagi yang namanya tidak jelas) dan dua orang saudara perempuan.
Namun ada pula ahli lain yang berpendapat bahwa Isa sama sekali tidak mempunyai saudara yang seibu dan sebapak dengannya. Ada juga yang berpendapat bahwa ayah Isa meninggal sebelum Isa lahir, sebab ayahnya tidak disebut-sebut lagi di dalam Injil. Dalam kisah Nasrani, disebutkan bahwa Maryam masih hidup waktu Isa dieksekusi.
Namun di balik perbedaan itu terdapat banyak sekali persamaan, yang intinya kedua agama ini menghormati Maryam sebagai seorang wanita yang dilebihkan Tuhan daripada wanita lain, diturunkan kepadanya banyak keajai ban sebagai karamah, dan banyak rezeki yang tak terduga.
Sebagai contoh, terdapat dalam pewartaan Kristen bahwa Maryam bernyanyi, “Jiwaku sungguh merupakan pengejawantahan Tuhan, dan rohku telah terpadu dalam Tuhan Penolongku.
Karena Dia menghargai ciptaan-Nya sendiri…. Dan Allah memuliakan orang-orang yang rendah hati…. Dia telah mengenyangkan orang-orang yang lapar dengan makanan yang baik.”
Manifestasi penghormatan Islam dan Nasrani terhadap Maryam itu tidak hanya terdapat di dalam Al-Qur’an dan Injil, tetapi juga tercermin dalam kehidupan kaum muslim dan Nasrani. Cerita tentang kelahiran Nabi Isa AS di bawah naungan pohon zaitun menjadi cerita yang disukai di seluruh dunia.
Bahkan kisah Al-Qur’an tentang Maryam inilah yang membuat Negus (Najasyi) dapat menerima kaum Muhajirin pertama ke Abessinia (orang yang hijrah dari Mekah ke Habsyi/Ethiopia), dan melindungi mereka dari penindasan kaum kafir Quraisy Mekah.
Ketika kaum muslim membuka negeri Suriah pada abad ke-7, di sana banyak terdapat tempat suci untuk menghormati Maryam. Salah satu di antaranya ialah bangunan “Saidnaya” di sebelah utara Damascus, yang didirikan oleh kaisar Bizantium, Yustinianus (517–565).
Saidnaya menjadi tempat berkunjung ribuan peziarah Nasrani. Pada masa setelah penaklukan itu, kaum muslim sendiri juga menzia rahi tempat itu, dengan harapan memperoleh berkah. Para penguasa muslim hingga masa Usmani Turki menyediakan minyak untuk lampu penerang tempat ziarah itu.
Banyak kaum muslim di Timur Tengah telah menjadikan Maryam sebagai kebanggaan mereka, dan merasakan bahwa dia adalah milik mereka juga.
Di Betlehem kaum muslim juga menziarahi Gereja Kelahiran Isa, bersama-sama dengan saudara-saudara mereka yang beragama Kristen. Di Yerusalem, gereja tua di atas makam Maryam memiliki mihrab, tempat kaum muslim melakukan salat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bey. Rangkaian Cerita dalam Al-Qur’an. Bandung: al-Ma’arif, 1993.
Bucaille, Maurice. La Bible le Coran et la Science, atau Bibel, Quran, dan Sains Modern, terj. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Ibnu Kasir. Tafsir Al-Qur’an al-‘Azim. Beirut: Dar al-Fikr, 1966.
van Schie, G. Manusia Segala Zaman, Pencari serta Pencipta Makna Hidupnya. Jakarta: Penerbit Obor, 1996.
Waddi, Charis. Women in Muslim History atau Wanita dalam Sejarah Islam, terj. Faruk Zabidi. Jakarta: Pustaka Jaya, 1987.
Badri Yatim