Malcolm X adalah seorang pemimpin muslim kaum Afro-Amerika (orang Amerika keturunan Afrika), penganjur hak sipil dan hak asasi manusia, dan tokoh Nation of Islam (pengganti Black Muslims). Ia terlahir sebagai Malcolm Little. Ayahnya bernama Earl Little, seorang pendeta Gereja Baptis yang menganjurkan kepada para pengikutnya untuk tidak takut melawan kelompok kulit putih yang menindas mereka.
Rasa benci kepada kelompok kulit putih telah tertanam pada diri Malcolm sejak kecil. Keluarganya pindah ke Lansing (Michigan) ketika Malcolm masih bayi, karena diusir sekelompok kulit putih dari Omaha. Ketika ia berusia 4 tahun, kelompok ekstremis rasis Ku Klux Klan membakar rumahnya.
Dua tahun kemudian, ayahnya ditemukan tewas di trem listrik di pusat kota Lan sing. Walaupun polisi menyatakan ayahnya bunuh diri, Malcolm dan keluarganya yakin bahwa kelompok kulit putih berada di balik kematian ayahnya. Teror kulit putih membuat jiwa ibunya terguncang.
Perlakuan diskriminatif juga diteri manya di sekolah. Walaupun berpres tasi tertinggi di sekolah dasar, gurunya menyarankan Malcolm untuk melupakan cita-citanya menjadi pengacara, karena pe kerjaan itu dinilai hanya cocok bagi orang kulit putih.
Malcolm disarankan untuk mengambil pekerjaan yang “tidak kalah mulia” dan cocok bagi kulit hitam, yakni tukang kayu. Yang dirasakan tidak adil bagi Malcolm adalah karena gurunya menyarankan temannya yang berkulit putih yang kepandaiannya jauh lebih rendah dari dirinya un tuk mengupayakan profesi yang “sesuai dengan orang kulit putih”, seperti menjadi dokter atau insinyur.
Ketika masih berusia remaja, pada saat ibunya harus dira wat karena gangguan jiwa, Malcolm pindah ke Boston untuk tinggal bersama kakak perempuannya yang telah menikah.
Pergaulan kota besar mempengaruhinya dengan cepat; ia gemar pesta dan terlibat penggunaan alkohol dan obat bius. Ia mulai mencuri kecil-kecilan untuk memenuhi kegemarannya itu. Ia kemudian tertangkap karena merampok sebuah rumah dan dihukum penjara 10 tahun.
Bagi Malcolm, vonis ini pun tidak adil karena dilandasi semangat rasisme kulit putih. Malcolm merampok bersama tiga temannya, seorang kulit hitam dan dua kulit putih. Yang kulit hitam juga mendapat vonis 10 tahun penjara, sementara dua teman kulit putihnya hanya dihukum percobaan setahun.
Di penjara ia mendengar tentang Elijah Muhammad dan Nation of Islam dari sesama narapidana dan kakak perempuannya yang menjadi pengikut Elijah. Sebagai pengganti Black Muslims, Nation of Islam adalah organisasi yang berperan penting dalam pengembangan Islam di kalang an Afro-Amerika.
Elijah Muhammad adalah pemimpin gerakan ini yang menggantikan Wallace D. Fard (Wali Farad) yang menghilang pada 1934. Setelah menjalani hukuman selama 6 tahun (1946–1952), Malcolm dibebas kan karena berkelakuan baik. Selama itu ia mendalami ajaran Elijah dan banyak membaca buku, terutama filologi.
Setelah keluar dari penjara, ia masuk Nation of Islam. Di belakang namanya diberi “X”, identitas baru yang menyatakan pengikut kelompok Elijah. Elijah bahkan menerimanya di markas besar Nation of Islam di Chicago.
Ia merasa mendapat hidayah besar dapat mendengar ajaran Elijah secara lang sung. Dalam waktu singkat ia dipercaya untuk mengepalai cabang Nation of Islam di Harlem, New York, yang disebut Kuil No. 7. Dengan gaya orasinya yang memikat, Malcolm segera meraih popularitas.
Dalam masa 12 tahun keterlibatannya di Nation of Islam, Malcolm X tumbuh menjadi “primadona” gerakan itu. Ia berhasil menarik banyak kulit hitam masuk Nation of Islam. Ia menggemakan ajaran “anti-putih” Elijah Muhammad dengan kelantangan yang jauh lebih tajam dan tanpa kompromi sedikit pun, dibandingkan Elijah sendiri.
Dengan persuasif ia mengulang-ulang gagasan separatisme Elijah untuk mendap atkan “satu atau lebih negara bagian bagi 23 juta orang yang disebut kaum Negro”. Ia mengumandangkan, “Kekuatan kulit hitam hanya bisa diraih dengan ballot (kartu suara pemilu) dan bullet (peluru).”
Popularitas Malcolm mengundang kecemburuan pengurus Nation of Islam di Chicago. Ia dituding membangun basis kekuatan untuk dirinya sendiri. Malcolm memutuskan keluar dari Nation of Islam pada Maret 1964, terutama karena ia meragukan moralitas Elijah Muhammad. Sejak itu ia dan keluarganya terus-menerus menerima ancaman pembunu han. Namun berbagai ancaman itu tidak menggoyahkan semangatnya.
Malcolm segera mengumumkan berdirinya sebuah organisasi baru, Moslem Mosque Inc. Organisasi ini dimaksudkan nya sebagai pangkalan untuk melancarkan aksi perlawanan terhadap penindasan politik, eksploitasi ekonomi, dan segala bentuk penderitaan lain yang dialami kulit hitam Amerika.
Tak lama setelah keluar dari Nation of Islam, Malcolm melaksanakan ibadah haji atas undangan wakil Liga Arab di Amerika Serikat. Ziarah ke Mekah yang dilanjutkan dengan ke Mesir dan sejumlah negara Afrika lain berpengaruh besar pada pengembangan pribadi Malcolm.
Dalam perjalanan itu ia menemukan orang yang tulus membantunya walaupun mereka berkulit putih. Selama melaksanakan ibadah haji, ia takjub menyaksikan begitu kayanya ragam ciri fisik ratusan ribu manusia tetapi dalam suasana kesederajatan yang sangat terasa.
Ini merupakan pengalaman yang sama sekali baru bagi seorang yang membangun kariernya justru dengan menan daskan perbedaan ras sekalipun dari pihak yang dirugikan oleh perbedaan itu.
Sepulang haji ia berganti nama menjadi H Malik el-Shaba zz. Ia mengumumkan pembentukan organisasi baru, The Organization of Afro-American Union (OAAU). Organisasi ini tetap diperuntukkan bagi kulit hitam; kulit putih tidak boleh menjadi anggota, hanya boleh memberikan sumban gan.
OOAU berusaha memperbaiki kedudukan kaum hitam tanpa mengobarkan paham rasialisme. Namun baik Moslem Mosque Inc. maupun OAAU tidak berkembang antara lain karena kekurangan dana.
Ia mengubah pendekatan dalam ceramahnya: tidak lagi keras dan penuh kebencian pada kulit putih, tetapi menuju harmoni dengan akidah Islam. Ia ingin mempraktekkan sikap persaudaraan sebagaimana diajarkan agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Namun ia menghadapi dilema. Para pengikutnya tidak menyukai gayanya yang “moderat” itu. Mereka tetap menginginkan citranya yang lama: kebencian dan ke kerasan. Sebaliknya, kaum moderat juga tetap menolaknya karena ia dianggap tetap “militan”.
Malcolm X tewas dibunuh pada usia 40 tahun ketika hendak memberikan ceramah di Audubon Ballroom, Harlem. Ia ditembak oleh tiga orang pria yang menghadiri ceramahnya. Sampai sekarang tidak jelas apa motivasi penembakan itu. Salah seorang penembak hanya mengatakan ia ingin mem balas tindakan Malcolm terhadap Elijah Muhammad.
Puluhan tahun sejak kematiannya, ia tetap “hidup”. Bela san buku tentang dirinya telah terbit, dari mulai himpunan ceramah terakhirnya, filsafat politiknya, hingga teori tentang persekongkolan pembunuhannya. Otobiografinya yang ditulis oleh Alex Haley telah mengalami sekitar 25 kali cetak ulang sejak 1964.
Otobiografi ini difilmkan oleh sutradara muda Spike Lee pada 1992 dengan judul Malcolm X. Selain itu ada beberapa film dokumenter tentang Malcolm. Kisah hidupnya juga muncul dalam sandiwara dan opera. Wajah nya dilukis oleh beberapa perupa. Namanya menjadi tema puisi dan judul lagu.
Beberapa lagu bahkan menyisipkan rekaman pidatonya. Hari kelahiran dan kematiannya setiap tahun diperingati oleh kulit hitam Amerika, terutama anggota Nation of Islam.
DAFTAR PUSTAKA