Kata al-mala’ikah adalah bentuk jamak dari malak yang berarti “malaikat”, yakni makhluk rohani yang bersifat gaib, diciptakan dari nur, yang selalu taat dan patuh atau tidak pernah ingkar kepada Allah SWT dan tidak perlu makan, minum, atau tidur. Mereka tidak mempunyai keinginan fisik dan juga kebutuhan materiil. Mereka menghabiskan wak tunya siang dan malam untuk mengabdi kepada Tuhan.
Menurut Fazlur Rahman, malaikat yang sering dinyatakan Al-Qur’an adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah SWT. Mereka melakukan berbagai kewajiban, dari mencabut nyawa hingga memikul arasy Allah SWT. Mereka dapat diutus kepada para nabi, seperti kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Luth AS (QS.11:70 dan QS.11:81), dan kepada orang beriman untuk menguatkan semangat mereka (QS.41:30).
Adapun ayat yang menyebutkan malaikat antara lain terdapat dalam surah al-Baqarah (2) ayat 177 dan 285, Ali ‘Imran (3) ayat 39, 42, 124, dan 125, an-Nisa’ (4) ayat 97 dan 172, al-Anfal (8) ayat 9 dan 12, al-Hijr (15) ayat 8, asy-Syura (42) ayat 5, at-Tahrim (66) ayat 4 dan 6, al-Ma‘arij (70) ayat 4, dan al-Ahzab (33) ayat 56.
Dari beberapa keterangan dapat disimpulkan bahwa malaikat adalah makhluk Allah SWT dengan sifat sebagai berikut:
(1) diciptakan dari nur (cahaya);
(2) taat dan berbakti kepada Allah SWT;
(3) tidak berjenis laki-laki atau perempuan;
(4) tidak membutuhkan makan, minum, dan sarana fisik lainnya;
(5) tidak akan mati sebelum datangnya hari kiamat, karena itu jumlahnya tidak dapat bertambah atau berkurang;
(6) bertubuh halus (gaib), tidak dapat dilihat manusia biasa;
(7) tidak pernah mengingkari perintah Allah SWT atau berbuat dosa kepada-Nya;
(8) hanya bisa mengerjakan apa yang diperintahkan tanpa ada inisiatif untuk berbuat lain; dan
(9) diciptakan Allah SWT dengan tugas tertentu.
Iman kepada Para Malaikat. Dalam ajaran Islam, per caya akan adanya malaikat adalah salah satu rukun iman. Allah SWT berfirman,
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…” (QS.2:177).
Hal ini juga dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan Muslim dari Abdullah bin Umar bin Khattab. Ketika diminta untuk menjelaskan iman, Rasulullah SAW bersabda,
“Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, malai kat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhirat serta engkau beriman kepada takdir (ketentuan Tuhan) baik dan buruk.”
Menurut Abu A’la al-Maududi, percaya terhadap malaikat, unsur kedua dalam keimanan Islam, adalah sangat penting karena kepercayaan tersebut telah memurnikan dan membebaskan konsep tauhid dari bayangan syirik.
Nabi Muhammad SAW melarang umatnya menyembah malaikat, apalagi mengangkatnya sejajar dengan Allah SWT. Bersamaan dengan hal tersebut, Nabi SAW mengajarkan bahwa malaikat merupakan makhluk yang dipilih Allah SWT sebagai makhluk yang bebas dari dosa karena fitrahnya yang tidak dapat mengingkari perintah-Nya.
Manusia tidak diberitahu tentang kemampuan lain para malaikat, kecuali menjalankan perintah Allah SWT. Manusia tidak boleh menambahkan sifat dan kemampuan lain para malaikat atas keinginan manusia sendiri.
Manusia harus percaya kepada malaikat seperti apa yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW karena mengingkari adanya malaikat berarti kufur. Itu berarti pula pengingkaran terhadap Islam dan ajarannya.
Lebih lanjut, Islam mengajarkan bahwa tidak ada satu malaikat pun yang dapat menjadi perantara atau mencam puri hubungan manusia dengan Allah SWT. Menyembah atau meminta pertolongan kepada malaikat merupakan tindakan yang merendahkan harkat manusia.
Jumlah malaikat banyak sekali, tidak dapat diketahui secara pasti. Sebagai contoh, dalam Perang Badar Allah SWT men girim malaikat untuk membantu Nabi SAW dan kaum mus limin, sebagaimana terlihat dalam surah al-Anfal (8) ayat 9 yang berarti:
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut’.”
Di antara sekian banyak jumlah malaikat, dalam teologi ahlusunah waljamaah ada sepuluh orang malaikat yang harus di imani, yaitu Jibril, Mikail, Izrail, Israfil, Raqib, Atid, Munkar, Nakir, Malik, dan Ridwan.
Tugas para Malaikat. Allah SWT menugaskan para ma laikat-Nya untuk menjalankan perintah-Nya dengan benar dan tepat. Mereka tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat menurut kemauan dan rencana mereka sendiri dalam mengatur alam semesta.
Tugas sepuluh orang malaikat yang wajib diimani adalah sebagai berikut. Malaikat Jibril mengepalai seluruh malaikat. Ia juga mempunyai tugas khusus, yaitu menerima wahyu dari Allah SWT dan kemudian menyampaikannya kepada para nabi. Tugas ini berakhir hingga masa kenabian Muhammad SAW.
Dalam menjalankan tugasnya, Malaikat Jibril kadang-kadang menampakkan diri dengan wujudnya yang asli dalam alam nyata. Nabi Muhammad SAW pernah melihat Malaikat Jibril dalam bentuk fisik yang tidak tetap ketika ia menyampaikan wahyu Allah SWT. Adakalanya Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia biasa yang telah pikun, dalam bentuk makhluk yang mempunyai sayap atau bentuk lainnya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim dari Abdullah bin Umar, diceritakan bahwa Jibril menampakkan diri di muka Nabi SAW dan sahabatnya sebagai seorang laki-laki yang berpakaian serba putih dan berambut hitam. Ia mengajarkan sendi pokok agama Islam, yaitu iman, islam, dan ihsan.
Malaikat Mikail bertugas membagi rezeki kepada seluruh makhluk, antara lain membagikan makanan, minuman, dan menurunkan hujan. Malaikat Izrail bertugas mencabut roh atau nyawa semua makhluk, baik manusia, hewan, jin, setan maupun malaikat sendiri apabila tiba saatnya.
Malaikat Israfil mempunyai tugas sebagai peniup sangkakala (terompet) jika telah sampai saat hari kiamat. Malaikat Raqib bertugas men catat setiap kebaikan atau perbuatan baik manusia. Malaikat Atid bertugas mencatat setiap kejahatan atau perbuatan jahat manusia.
Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir bertugas memberikan pertanyaan kepada orang yang ada di dalam kuburnya. Malaikat Malik bertugas sebagai penjaga neraka. Adapun Malaikat Ridwan bertugas sebagai penjaga surga.
DAFTAR PUSTAKA