Kuwait

Salah satu negara Arab yang berbentuk emirat di Semenanjung Arabia yang terletak pada sudut barat laut Teluk Persia. Negara ini berbatasan dengan Irak di utara, Arab Saudi di selatan, dan Teluk Persia di timur. Luas: 17.820 km2. Penduduk: 4.270.571 (data 2022). Kepadatan: 240/km2. Agama: Islam (85%). Bahasa resmi: Arab. Ibukota: Kuwait. Satuan mata uang: dinar Kuwait.

Usia Islam di Kuwait lebih tua daripada Emirat Kuwait sendiri. Islam masuk ke sana ketika negeri itu masih merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Persia. Awalnya diperkirakan terjadi sekitar tahun 15 H/637 M–30 H/651 M, ketika Khalifah Umar bin Khattab membebaskan wilayah kekuasaan Persia.

Kekuasaan Persia di wilayah itu berakhir pada tahun 30 H/651 M, ketika kota Madain (kini di Irak) jatuh ke tangan pasukan Islam. Untuk memantapkan kekuasaan Islam di wilayah ini, Khalifah Umar mengangkat Sa‘d bin Abi Waqqas sebagai amir di Basrah.

Sejak itu resmilah wilayah itu menjadi bagian dunia Islam dan penduduknya dengan tulus menjadi pemeluk Islam. Kini sebagian besar umat Islam negeri ini termasuk pengikut aliran Suni dari Mazhab Maliki dan Hanbali; terdapat sedikit pengikut aliran Syiah.

Pada awal abad ke-18, ketika kemarau panjang menghantam daerah Nejd (kini di Arab Saudi), tiga suku dari Kabilah Unzah (Anizah) pindah dari daerah itu ke arah selatan, ke Lembah ad-Dawasir, tetapi di sana mereka tidak menemukan area yang diharapkan.

Oleh karena itu, mereka meneruskan perjalanan ke Qatar, tetapi di sana juga harapan itu belum ditemukan. Lalu mereka pindah lagi ke wilayah yang sekarang bernama Kuwait. Di tempat baru itu mereka mendapatkan tanah yang memungkinkan untuk mengembangkan kehidupan.

Setelah tempat itu mereka kuasai, terjadilah kesepakatan antara ketiga suku pendatang itu untuk membentuk satu pemerintahan. Suku as-Sabah terpilih untuk memegang kekuasaan, sedangkan dua suku lainnya, yaitu suku Khalifah dan suku Jalahimah, bertugas di bidang perdagangan, perikanan, pertanian, dan peternakan.

Akan tetapi, tidak lama sesudah itu, penduduk yang berjumlah kecil itu tidak aman dari gangguan bangsa Turki yang telah menguasai wilayah Irak dan seluruh wilayah Arab lainnya. Tentara Turki yang tidak sedikit jumlahnya di Basrah membuat takut penduduk Kuwait.

Maka mereka mengutus seorang dari suku as-Sabah untuk menemui penguasa Turki di Basrah. Utusan itu menyatakan bahwa penduduk Kuwait hanya penduduk miskin dan ingin jauh dari segala bencana serta bersedia memberikan hamba untuk Kerajaan Usmani (Ottoman). Permintaan utusan itu ternyata diluluskan.

Untuk mengatur masyarakat dan hubungannya dengan Kerajaan Usmani dipilihlah seorang emir. Pilihan jatuh kepada as-Sabah II. Di bawah kepemimpinan keluarga as-Sabah ternyata kehidupan masyarakat kian maju. Akan tetapi, kemajuan itu justru menimbulkan antipasti suku lain.

Pada 1766, suku Khalifah meninggalkan wilayah itu menuju suatu tempat yang bernama Zubarah (Tesipon, kini masuk Irak). Tidak lama kemudian suku as-Sabah pun merasa khawatir dengan gangguan suku Jalahimah. Maka suku yang pada mulanya bersahabat dengan mereka itu pun diusir dari Kuwait, sehingga tinggal suku as-Sabah yang menguasai wilayah itu.

Pada akhir abad ke-18, Inggris yang telah berkuasa di India mulai memperluas hubungan dagangnya dengan wilayah di sekitar Teluk Persia dan Suriah. Bersamaan dengan itu, Inggris juga mulai berupaya untuk merenggangkan hubungan antara Kuwait dan Kerajaan Usmani.

Pada 1896, Syekh Mubarak as-Sabah yang pro-Inggris memegang tampuk pemerintahan di Kuwait. Dengan demikian, semakin besarlah harapan Inggris untuk melepaskan Kuwait dari pengaruh Kerajaan Usmani. Setahun kemudian (1897), pemerintah Kuwait mengirim surat kepada pemerintah Inggris, mengusulkan Kuwait berada di bawah naungan Kerajaan Inggris. Pada Januari 1899, Inggris memutuskan menerima Kuwait berada di bawah protektoratnya.

Pada Perang Dunia II, Kuwait ikut bertempur di pihak Inggris melawan Usmani. Akan tetapi, keadaan itu berbalik ketika Syekh Salim as-Sabah pada 1917 menggantikan Mubarak sebagai pimpinan Kuwait; ia adalah seorang yang anti-Inggris dan memihak pada Turki. Tetapi ia memerintah tidak lama, lalu digantikan oleh Syekh Ahmad al-Jabir as-Sabah yang pro-Inggris. Dengan demikian, ia dapat segera menjalin kerjasama dengan Inggris.

Pada 1934, di Kuwait mulai ditemukan sumber minyak bumi dan tahun 1936 segera dimulai pengeborannya berkat kerja sama dengan Amerika Serikat. Akan tetapi, ketika terjadi Perang Dunia II, pekerjaan itu dihentikan sampai perang akhirnya dimenangkan Amerika dan sekutunya.

Pada 19 Juni 1961, Kuwait memperoleh kemerdekaannya. Akan tetapi 6 hari kemudian Irak mengklaimnya sebagai bagian dari wilayahnya. Kuwait segera meminta bantuan Inggris. Akibatnya, pasukan Irak kembali meninggalkan Kuwait. Kejadian seperti ini terulang kembali pada Agustus 1990 dengan invasi tentara Irak.

Tetapi 6 bulan kemudian tentara Irak dipaksa keluar dari Kuwait oleh pasukan Amerika Serikat dan 28 negara sekutunya. Karena invasi Irak itu, banyak sumur minyak Kuwait mengalami kerusakan berat dan terbakar. Meskipun demikian, Kuwait merupakan salah satu anggota OPEC yang penting.

Saat ini (2022) kepala negara Kuwait ialah Sheikh Nawaf, yang mengambil alih kepemimpinan sesudah kematian saudara tirinya Sheikh Sabah al-Ahmed al-Jaber al-Sabah pada September 2020. Sheikh Sabah memerintah dari 2006, setelah sebelumnya menjabat sebagai menteri luar negeri yang sangat berpengaruh selama 40 tahun.

Dia mempertahankan sikap pro-Barat Kuwait dan menerapkan kebijakan reformasi yang hati-hati. Kebijakan ini diharapkan akan dilanjutkan oleh Sheikh Nawaf, yang berusia 83 tahun ketika dia naik takhta. Kedudukan sebagai emir/raja di Kuwait dipegang secara turun-temurun, sedangkan perdana menteri ditunjuk oleh emir. Kabinet dipilih oleh perdana menteri atas persetujuan emir.

Meskipun Kuwait sebuah negara kecil, kekayaan minyak buminya melimpah. Daerah minyak terletak di Ahmadi, berdekatan dengan Irak. Kuwait diperkirakan memiliki cadangan minyak sekitar 101,5 miliar barel, atau 5,9% dari cadangan minyak dunia, dengan kemampuan produksi hampir 1 juta barel per hari. Di samping itu, Kuwait mempunyai 864 juta m3 gas alam dan sejumlah kecil nitrogen dan sulfur.

DAFTAR PUSTAKA

Cleveland, William L. A History of the Modern Middle East. Boulder: Westview Press, 1994.
el-Ebrahim, Hassan. Kuwait and the Gulf. Washington, DC.: Center for Contemporary Arab Studies, 1984.
Jervis, Khalidi. “Iraq vs Kuwait: Claims and Counterclaims,” Micah L. Sifry and Christopher Cerf. The Gulf War Reader: History, Document and Opinions. New York: Random House, 1991.
Kutschra, Chris. “Kuwait: Called to Account,” Middle East, No. 217, November 1992.
an-Naqeeb, Khaldoun. Society and State in the Gulf and Arab Peninsula. New York: Routledge, 1990.
https://www.worldometers.info/world-population/kuwait-population/, diakses pada 6 April 2022.
https://worldpopulationreview.com/country-rankings/oil-reserves-by-country, diakses pada 6 April 2022.
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-14644252, diakses pada 6 April 2022.

Yunasril Ali

Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)