Kuttab adalah sejenis tempat belajar. Sebenarnya Kuttab telah ada di negeri Arab sebelum kedatangan Islam, tetapi belum begitu dikenal. Pada abad ke-2 H, Kuttab menyebar ke berbagai negeri muslim. Kurikulumnya menekankan pelajaran Al-Qur’an dan hadis yang menyangkut iman serta akhlak. Di Kuttab diajarkan pula baca-tulis dan dasar bahasa Arab. Sejak itu Kuttab menjadi jenjang pendidikan awal anak-anak muslim.
Di antara penduduk Mekah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab di Kuttab adalah Sufyan bin Umayah bin Abdul Syams dan Abu Qais bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Keduanya belajar dari Bisyr bin Abdul Malik yang mempelajarinya dari Hirah. Bentuk awalnya, Kuttab hanya berupa ruangan di rumah seorang guru.
Ketika Islam datang, orang Islam yang baru pandai menulis dan membaca hampir semuanya dipekerjakan Nabi SAW sebagai penulis wahyu. Dengan demikian yang banyak mengajar menulis dan membaca di Kuttab adalah kaum Zimi.
Hal ini makin menyebar terutama sekali setelah terjadi Perang Badar. Dalam peperangan itu banyak penduduk Mekah yang menjadi tawanan kaum muslimin. Kepada mereka yang pandai menulis dan membaca oleh Nabi SAW diberi kesempatan untuk menebus diri dengan mengajar menulis dan membaca kepada kaum muslimin.
Ketika Islam semakin meluas, orang yang pandai menulis dan membaca semakin banyak. Suatu hal yang terasa amat penting diajarkan di kalangan anak-anak kaum muslimin adalah Al-Qur’an. Mata pelajaran di Kuttab pun bertambah dengan pelajaran membaca Al-Qur’an.
Sejalan dengan meluasnya wilayah kekuasaan kaum muslimin, bertambah pulalah jumlah penduduk yang memeluk Islam. Ketika itu Kuttab yang hanya mengambil tempat di ruangan rumah guru mulai dirasakan tidak memadai. Kondisi yang demikian mendorong para guru dan orangtua murid mencari tempat yang lebih lapang. Tempat yang mereka pilih adalah sudut masjid atau bilik yang berhubungan dengan masjid.
Selain dari Kuttab yang diadakan di dalam masjid, terdapat pula Kuttab umum dalam bentuk madrasah yang mempunyai gedung sendiri dan dapat menampung ribuan murid. Kuttab dari jenis ini mulai berkembang karena adanya pengajaran khusus bagi anak-anak keluarga raja, pembesar, dan pegawai istana yang diasuh seorang mu’addib (pendidik).
Bentuk pengajaran yang demikian akhirnya berkembang menjadi Kuttab umum. Pendidik yang mulai mengembangkan bentuk pengajaran khusus itu ke arah pembentukan kuttab umum, menurut Ahmad Syalabi (penyusun Ensiklopedi Sejarah Islam), adalah Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi (w. 714). Al-Hajjaj pada mulanya menjadi mu’addib anak-anak Sulaiman bin Na’im yang menjadi wazir Abdul Malik bin Marwan.
Pada saat inilah ia mengembangkan pendidikan anak dari bentuk khusus di rumah pembesar raja menjadi bentuk pendidikan umum yang disebut kuttab umum. Dan dari sini pula karier al-Hajjaj meningkat menjadi pembesar khalifah Bani Umayah, al-Walid I (705–715).
Kalau pada mulanya di Kuttab hanya diajarkan menulis dan membaca huruf Arab serta membaca Al-Qur’an, ketika Kuttab itu telah bertambah dikembangkan pula kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pada abad ke-2 Hijriah, ketika Kuttab telah meluas ke negeri-negeri muslim, dalam kurikulumnya ditekankan pengajaran Al-Qur’an dan hadis yang menyangkut keimanan dan akhlak di samping diajarkan menulis dan membaca serta dasar-dasar bahasa Arab. Semenjak abad ini termasyhurlah Kuttab di dunia Islam sebagai jenjang pendidikan pertama yang harus ditempuh kanak-kanak kaum muslimin.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, terj. Ibrahim Husen. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Syalabi, Ahmad. History of Muslim Education. Beirut: Dar al-Kashshaf, 1954.
Zuhairini, et al. Sejarah Pendidikan Islam Jakarta: Ditjen Binbaga Islam Departemen Aggama RI, 1986.
Yunasril Ali