Kimia dan Farmakologi

Kimia adalah ilmu tentang susunan, sifat, dan reaksi dari suatu unsur atau zat. Adapun farmakologi adalah ilmu tentang interaksi antara obat dan sistem dalam proses hidup makhluk demi tujuan diagnosis, pencegahan, perawatan, dan pengobatan. Kedua bidang­ ilmu ini pernah dikembangkan ilmuwan muslim pada era kemajuan dunia Islam dari abad ke-7 hingga abad ke-13, yang dikenal dengan Zaman Keemasan Islam.

Perkembangan kedua bidang ilmu ini paling tidak didorong dua faktor utama, yaitu perkenalan ilmuwan muslim dengan ilmu ini melalui karya ilmiah Yunani Kuno dan dorongan ayat Al-Qur’an yang sarat dengan seruan kepada orang beriman agar menggunakan akal untuk meneliti rahasia ayat Tuhan (tanda kebesaran dan kekuasaan Tuhan) di langit dan di bumi.

Karakteristik pengembangan tersebut bukanlah dengan jalan pemikiran spekulatif, melainkan dengan jalan penelitian dan eksperimen. Karakteristik ini relevan dengan ajakan Al-Qur’an tersebut. Maka ilmuwan muslim dengan tekun mengembangkan ilmu kimia dan farmakologi dengan mengadakan penelitian dan eksperimen yang intensif terhadap benda yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan manusia.

Menurut Gustave Le Bon (ilmuwan Perancis; 7 Mei 1841–13 Des. 1931), ilmu ini sedikit sekali diperoleh umat Islam dari literatur Yunani sehingga banyak berkembang melalui hasil penelitian dan eksperimen para ilmuwan muslim sendiri. Mereka mengembangkan ilmu ini bukan atas dasar ilmu untuk ilmu, tetapi atas dasar ajakan wahyu untuk membuktikan secara ilmiah bahwa sekecil apa pun benda ciptaan Tuhan, apabila diolah, akan mendatangkan manfaat bagi manusia. Semua ciptaan Tuhan tidak sia-sia.

Salah seorang ahli kimia muslim terbesar adalah Jabir bin Hayyan (721–812) di Kufah, yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kimia Arab”. Dalam versi Latin ia dikenal dengan nama Geber (abad ke-14).

Karya kimianya terpenting adalah Kitab ar-Rahmah (tentang belas kasihan), Kitab at-Tajmi‘ (tentang pemusatan), dan az-Zibaq asy-Syarqi (tentang bintang Utarid di timur), dan yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris: Book of Kingdom, Book of Balance, Book of Eastern Mercury, Book of Seventy, Book of Alchemical Composition. R. Russel menerbitkan daftar karyanya dengan judul The Works of Geber, 1678; pada 1928 diterbitkan kembali dengan kata pengantar oleh E.J. Holmyard dengan judul Great Arab al-Chemist from Seville.

Karyanya yang diterbitkan dalam bahasa Latin, 1668, berjudul Gebri Arabis Chimia sive Traditio Summae Perfectionis et Investigatio Magisterii. Di dalam karyanya ini, menurut George Alfred Leon Sarton (ilmuwan Inggris; 31 Agustus 1884–22 Maret 1956), ditemukan pandangan yang sangat mendalam mengenai riset kimia. Setelah abad ke-14, menurut Philip K. Hitti (profesor sastra Semit; penulis buku The History of the Arabs), tulisannya sangat mempengaruhi perkembangan ilmu kimia di Eropa dan Asia.

Para penulis Barat menghubungkannya dengan penemuan sejumlah bahan kimia. Pengaruh Jabir, menurut Otto Meyerhof (ahli kimia Jerman; 12 April 1884 – 6 Oktober 1951) bisa dilacak melalui seluruh sejarah perkembangan ilmu kimia Eropa.

Prinsip dasar ilmiah Jabir adalah bahwa dalil tanpa bukti kebenaran bernilai tidak lebih daripada omongan, bisa benar dan bisa salah; tetapi apabila disertai dengan bukti nyata, kita boleh berkata, “Proposisi anda benar.” Dengan prinsip ini Jabir mengutamakan eksperimen dalam risetnya, sehingga ia berperanan dalam memajukan ilmu kimia.

Ia menerangkan secara ilmiah dua fungsi dasar ilmu kimia, yaitu kalsinasi (proses pemanasan suatu benda hingga suhunya tinggi, tetapi masih di bawah titik lebur) dan reduksi (reaksi kimia yang di dalamnya suatu zat memperoleh elektron). Kemudian ia membuat metode yang lebih sempurna, yaitu metode penguapan, sublimasi, distilasi, pelarutan, dan penghabluran.

Ia mengenal preparasi seperti vitriol yang hampir murni, aluminium, alkali, dan proses reduksi yang dinamakan liver dan susu sulfur dengan memanaskan sulfur dengan alkali. Ia menyiapkan oksida murni, sehingga ia mengetahui sulfur mentah dan asam sendawa. Ia mengetahui metode solusi emas dan perak dengan asam sendawa, dan menemukan asam karbid.

Ia melakukan eksperimen pembuatan cinnabar (senyawa belerang dengan air raksa) sehingga menjadi bahan padat merah atau batu merah (cinnabar) dengan cara mencampur air raksa, belerang, dan tembikar dalam botol bulat yang ditaruh dalam sebuah perapian yang tertutup rapat selama satu malam.

Eksperimennya yang lain adalah pemurnian logam, preparasi baja, pencelupan bahan kain dan kulit, perengasan pakaian tahan air dan pelindung besi, penggunaan dioksida batu kawi dalam pembuatan gelas, penggunaan pirit besi untuk menulis di atas emas, penyulingan cuka menjadi asam asetat, dan pengamatan faktor yang terjadi di luar kekuatan magnet.

Ia berasumsi, logam seperti timah hitam, timah putih, dan besi dapat diubah menjadi emas melalui proses campuran bahan kimia tertentu. Sejumlah istilah teknis ilmiah kimia yang disumbangkan Jabir, antara lain realigar (sulfit merah dari arsenik), tutia (seng oksida), alkali, antimoni, alembic, aludel, dan salamonik, diambil alih berbagai bahasa Eropa melalui bahasa Latin, kemudian diserap kimia modern.

Yang setaraf dengan Jabir adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (864–926). Di Barat ia dikenal dengan nama Rhazes, dipandang sebagai salah seorang pendiri kimia modern. Ia mengarang buku besar mengenai kimia The Secret of Secrets yang baru dijumpai di abad ke-20 ini.

Ia menciptakan lebih dari dua puluh peralatan logam dan gelas, menisbahkan kesembuhan penyakit kepada reaksi yang terjadi dalam tubuh, dan membagi zat kimia atas empat kelas: zat mineral, zat tumbuhan, zat binatang, dan zat yang diasalkan dan dibagi atas sub-bagian. Zat mineral memiliki enam sub-bagian: ruh, jasad, batu vitriol, boraks, dan garam sesuai dengan gaya ganda dan sifat masing-masing.

Ar-Razi telah membuat asam belerang yang disebutnya vitriol yang diperolehnya melalui pemanasan vitriol hijau (sulfat besi yang terhidrasi), dan membuat alkohol dengan mendistilasi zat tepung atau zat gula yang telah beragi serta menggunakannya dalam membuat obat-obatan. Jika Jabir dan kimiawan muslim lainnya menguraikan substansi mineral menjadi wujud seperti emas, perak, sulfur, arsenik, merkuri, dan salamonik, ar-Razi mengklasifikasi kimia atas zat tumbuhan, zat binatang, dan zat mineral.

Al-Kindi membahas masalah kimia dalam sebuah risalahnya dan memandang kimia sebagai sesuatu yang tidak bersosok. Al-Magriti juga menulis sebuah buku kimia yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi literatur standar dalam sejarah kimia. Kimiawan muslim lainnya seperti at-Tugrai (w. 1121), Abu Qasim al-Iraqi, Daud al-Antaki (w. 1599), Ibnu al-Baitar (w. 1248), al-Baghdadi, Ibnu Maymun, Ibnu Nafis (w. 1288), Abu Qasim az-Zahrawi (w. 1013) adalah penulis kimia dengan cara membuat ikhtisar, komentar atas karya Jabir dan ar-Razi dan menyempurnakan metode mereka.

Perkembangan ilmu kimia membawa kemajuan kepada farmakologi. Farmasi tersebar di kota-kota Islam, terutama Baghdad dan Cordoba. Para sarjana muslim telah menggunakan tabung percobaan (test tubes). Ibnu Sina, di samping pengarang besar dalam kedokteran dan filsafat, juga seorang farmakolog.

Karya besarnya, al-Qanun fi ath-tibb. (Pangkal dalam Kedokteran), berisikan beberapa bab mengenai farmasi dan deskripsi tentang pengobatan. Ia membicarakan penyakit usus, gejala fisik yang luar biasa, 760 jenis obat-obatan, penyakit yang mempengaruhi semua bagian tubuh dari kepala sampai kaki.

Ia dapat menyembuhkan penyakit kronis. Ia juga menguraikan metode penyembuhan dan pencegahan penyakit. Ia membedakan radang mediastrium dari pleurisi, dan menemukan sifat penyakit menular yang disebabkan air dan tanah.

Al-Kindi memiliki 22 karya mengenai obat-obatan. Ibnu Rusyd juga ahli pengobatan umum. Ar-Razi adalah juga ahli ilmu pengobatan. Karyanya al-Hawi, 20 jilid, adalah ensiklopedi pengobatan paling lengkap. Karyanya Risalah Bar as-Sa‘ah berbicara tentang pengobatan satu jam.

Ia juga menulis tentang penyakit kencing batu dan sakit ginjal, penyakit anak-anak, dan pengobatannya. Al-Judari wa al-Hasbah mengupas penyakit cacar dan campak dan pengobatannya, pengobatan pasca­cacar, dan sejumlah risalah lain tentang obat-obatan. Ia juga memberi sumbangan terhadap ginekologi, obstetri, dan optamologi.

Abu Qasim az-Zahrawi (seorang muslim Spanyol) adalah ahli bedah terbesar dalam Islam. Ia dikenal pula sebagai perintis pengenalan penyakit dan cara penyembuhan penyakit telinga, pembedahan telinga untuk mengembalikan fungsi pendengaran dengan cara memperhatikan anatomi saraf halus, pembuluh darah, dan otot. Ia juga pelopor pengembangan ilmu penyakit kulit.

Karyanya yang terkenal at-Tasrif (Pemecahan), 30 jilid, berbicara mengenai ilmu pengobatan dan ilmu bedah. Ia menguraikan pembakaran luka, penghancuran batu ginjal dan perlunya vivisection dan dissection (penguraian tubuh makhluk hidup dan makhluk mati dengan pembedahan), metode penyiapan obat melalui sublimasi dan distilasi, ilmu kebidanan, perawatan bedah mata, telinga dan gigi, pengobatan tulang yang remuk, dan pembersihan darah kotor dalam rahim sehabis melahirkan.

Karyanya tersebut diterjemahkan secara luas ke dalam bahasa Eropa sehingga sangat mempengaruhi ilmu bedah dan ilmu pengobatan Barat.

Ibnu Wafid, muslim Spanyol, adalah ahli farmakologi, mengutamakan pengobatan dengan cara diet atau dengan campuran obat-obatan sederhana. Ia mengemukakan penggunaan ukuran tentang diet untuk penyembuhan suatu penyakit dan menemukan metode penyelidikan mengenai kelakuan obat bius dalam tubuh manusia. Karyanya antara lain: Kitab al-Mugni fi al-Adwiyyah al-Mufradah, Kitab al-Wisad fi ath-tibb, Majmu‘ fi al-Filahah.

Abu Marwan bin Zuhr (1092–1162) di Andalusia adalah juga seorang ahli pengobatan. Karyanya antara lain adalah Taisir fi al-Mudawah wa at-Tadbir, yang memuat tuntunan praktis mengenai pengobatan serta diet, dan Kitab al-Iqtida’, 30 bagian, yang mengombinasikan antara metode pemeriksaan dan pengobatan serta metode pencegahan penyakit. Ia juga menemukan tumor mediastinal, gejala abses (pembengkakan) selaput jantung, kelumpuhan pangkal tenggorok, dan melakukan pembahasan tentang pengikisan usus.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jamil. Seratus Muslim Terkemuka, terj. Tim Penerjemahan Pustaka Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.
Arsyad, M. Natsir. Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah. Bandung: Mizan, 1989.
Hitti, Philip K. The History of the Arabs. London: Macmillan, 1974.
Khan, Muhammad Abdurrahman. Muslim Contribution to Science and Culture. India: t.p., t.t.
Komisi Nasional Mesir untuk UNESCO. Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan, terj. Ahmad Tafsir. Bandung: Pustaka, 1986.

J. Suyuti Pulungan