Kazakhstan

Kazakhstan adalah sebuah negara muslim di Asia Tengah, tergabung dalam CIS (Commonwealth of Independent States, Persemakmuran Negara-Negara Merdeka). Kazakhstan berbatasan dengan Laut Kaspia di barat, Republik Federasi Rusia di utara, Cina di timur, serta Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirghistan di selatan. Luas: 2.717.300 km2. Penduduk: 19.169.833 (data 2022). Kepadatan penduduk: 7/km2. Ibukota: Astana.

Sebagian besar wilayah daratan Kazakhstan merupakan dataran stepa (gurun dan setengah gurun). Bagian punggung Pegunungan Kazakhstan menjulang hingga setinggi 1.500 m. Bagian selatan dan tenggara Kazakhstan juga dikelilingi deretan gunung ­sampai setinggi 4.000 m. Iklimnya merupakan iklim kontinental, keras dan sangat kering.

Meskipun beriklim kering, Kazakhstan memiliki beberapa daerah pertanian di sekitar Danau Aral, Danau Balkash, dan beberapa daerah aliran sungai yang bersumber dari kedua danau tersebut. Daerah pertanian itu menghasilkan gandum dan kapas.

Padang rumput yang membentang di hampir seluruh daratan Kazakhstan dimanfaatkan untuk peternakan domba dan sapi. Industrinya yang kuat menjadikannya negara terkaya ketiga dalam CIS sesudah Rusia dan Ukraina. Di negara ini terdapat pusat energi CIS. Ada 20 pusat pembangkit listrik bertenaga batu bara yang menghabiskan 300.000 ton per hari.

Di sini juga terdapat pusat industri logam non-besi. Tenaga listrik, nuklir, dan roket juga merupakan produk Kazakhstan. Di daerah gurun sebelah barat Karsakpaj terletak Bajkonyr, pusat ruang angkasa CIS.

Negeri muslim ini didominasi oleh orang Kazakh (Kazak), campuran antara etnis Turki dan Mongol. Juga terdapat minoritas orang Rusia. Orang Kazakh mendominasi negeri ini, terutama setelah bangsa Mongol berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Asia Tengah, Selatan, Persia (Iran), dan Asia Minor.

Sekitar abad ke-13 bangsa itu berhasil menjarah dan menaklukkan pusat kesultanan Islam, termasuk kota Baghdad dan bahkan Kekaisaran Rusia di Moskwa. Beberapa tahun sesudah itu mereka menyatakan masuk Islam (termasuk keluarga penguasa, jajaran tentara berikut seluruh penduduk bangsa Mongol yang berada di bawah kekuasaannya) dan membuka jalinan keluarga (perkawinan) dengan kaum migran Turki.

Pada akhir abad ke-18, Islam Suni Mazhab Hanafi diperkenalkan di kawasan yang kini disebut Kazakhstan. Ajaran Islam yang dipahami oleh orang Kazakh pada saat itu ternyata masih dangkal karena orang Kazakh hidup secara nomadik sehingga pengajaran agama secara teratur sulit dilakukan. Pada pertengahan abad ke-19, Islam mulai menarik minat para bangsawan Kazakh. Pada periode ini Islam mulai tertanam di hati orang Kazakh dan mereka menganggap Islam sebagai jatidiri mereka.

Setelah bangsa Mongol menghentikan penaklukan, kekuasaan Mongol di luar Tiongkok dikendalikan oleh Dinasti Hulagu Khan di wilayah Persia dengan pusatnya di Azerbaijan. Kazakhstan termasuk dalam wilayah kekuasaannya dan berada dalam daerah keamiran Samarkand.

Ketika mengambil alih keamiran Samarkand, Timur Lenk (w. 1407) memperluas kekuasaannya ke seluruh imperium Dinasti Hulagu Khan, bahkan sampai ke Aleppo, wilayah Kerajaan Usmani (1401). Sebelumnya (1395), ia telah menduduki kota Moskwa selama lebih dari setahun dan menguasai India pada 1398.

Dengan munculnya Quzun Hasan dari suku Turki, kekuasaan Dinasti Timur Lenk diambil alih (1500), kemudian dipindahkan ke Hindustan sebagai permulaan berdirinya Kesultanan Mughal yang besar di India. Sementara itu di sebelah barat muncul pula Dinasti Safawi.

Akibat persaingan ketat antara tiga imperium besar (Usmani Turki, Dinasti Safawi, dan Kesultanan Mughal), muncullah kesultanan kecil di Asia Tengah, termasuk Kesultanan Kazakhstan. Kesultanan ini tetap merupakan keamiran di bawah Kesultanan Persia hingga datangnya Tentara Merah Rusia (1865–1884) yang menaklukkan hampir seluruh wilayah Turkestan (Asia Tengah). Pada 1920, Kazakhstan memperoleh otonomi sebagai sebuah republik di bawah Federasi Rusia, dan pada Desember 1931 sebagai sebuah republic dalam Uni Soviet.

Menyusul kudeta gagal yang dilancarkan oleh para penganut komunis garis keras di Moskwa pada 19 Agustus 1991 terhadap presiden Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, republik yang semula tergabung di bawah kekuasaan Uni Soviet satu per satu menyatakan kemerdekaannya.

Sampai terbentuknya CIS (8 Desember 1991), hanya Rusia dan Kazakhstan yang tidak menyatakan kemerdekaannya. Bedanya, kalau pemimpin Rusia, Boris Yeltsin, segera mengambil langkah strategis dan membentuk Persemakmuran (bersama Belarus dan Ukraina) tanpa melibatkan Gorbachev, maka Nursultan Nazarbayev, presiden Kazakhstan yang cukup dekat dengan Gorbachev, ingin konsisten dengan menunjukkan kesetiaan kepadanya dan tetap mempertahankan keberadaan Uni Soviet dengan serangkaian rencana perubahan system konfederasi yang dipandangnya lebih sesuai dengan perkembangan keadaan.

Akan tetapi, prakarsa Yeltsin bersama kawan-kawannya semakin memperoleh dukungan luas dari negara yang telah mengumumkan kemerdekaannya. Sementara itu Gorbachev semakin mendekati kejatuhannya. Oleh karena itu, pada 21 Desember 1991 Republik Kazakhstan segera beralih untuk ikut dalam CIS bersama sepuluh negara anggota lainnya. Tidak lama kemudian, 25 Desember 1991, Presiden Gorbachev mengundurkan diri dengan menyerahkan sebagian besar wewenang strategisnya kepada presiden Rusia, Boris Yeltsin.

Presiden Kazakhstan saat ini (2022) adalah Kassym-Jomart Tokayev. Ia menggantikan pendiri Kazakhstan merdeka, Presiden Nursultan Nazarbayev, yang mengundurkan diri pada Maret 2019. Tokayev adalah ketua Senat pada saat itu.

Tokayev mengatakan, dia akan melanjutkan kebijakan pendahulunya dan mengandalkan pendapatnya dalam masalah kebijakan utama. Tokayev memenangkan pemilihan presiden cepat pada Juni 2019 untuk mengkonsolidasikan posisinya. Tokayev telah menjabat di berbagai posisi senior sejak kemerdekaan pada 1991, termasuk perdana menteri dan menteri luar negeri.

Namun, Nazarbayev yang otoriter telah mengatur transfer kekuasaan secara bertahap, yang menjamin dia peran masa depan sebagai ketua seumur hidup Dewan Keamanan yang baru diperkuat. Selain itu, putrinya Dariga telah menggantikan Tokayev sebagai kepala Senat, yang meningkatkan profilnya sebagai calon penerus.

Perjalanan Islam di Kazakhtan tidak lepas dari tekanan anti-agama Soviet. Pada 1943 tekanan anti-agama agak mereda, karena Stalin berupaya untuk mendapat jaminan kesediaan rakyat Soviet berperang melawan Nazi Jerman. Pada 1989, ketika tekanan anti-agama semakin mengendur, secara umum orang Kazakh mengidentifikasikan diri sebagai muslim karena Islam merupakan bagian dari warisan etnik dan linguistik mereka.

Sejak kemerdekaan Kazakhstan 16 Desember 1991, aktivitas keagamaan mulai berkembang dan masjid serta sekolah agama pun mulai dibuka. Sebagian dari kegiatan dan pembangunan tersebut didanai oleh orang luar Kazakhstan, seperti dari Arab Saudi, Turki, serta Mesir, dan sebagian lagi dibiayai oleh swadaya kaum muslim setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Demko, George J. The Russian Colonization of Kazakstan, 1896–1916. Bloomington: t.p., 1969.
Eickelman, D. F., ed. Russia’s Muslim Frontier: New Directions in Cross Cultural Analysis. Bloomington & Indianapolis: Indiana University Press, 1993.
Olcott, Martha Brill. The Kazakhs. Stanford, Calif: t.p., 1987.
____________. “Kazakhstan,” Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, terj. Eva Y.N. dkk. Bandung: Mizan, 2001.
https://www.worldometers.info/world-population/kazakhstan-population/, diakses pada 5 April 2022.
https://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-15263826, diakses pada 5 April 2022.

Muhammad Hasyim

Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)