Iran adalah sebuah negara republik teokratis dan pusat Islam Syiah. Dulu Iran lebih dikenal dengan nama Persia. Pada abad ke-7, bangsa Arab masuk ke Iran dan memperkenalkan Islam. Di masa Dinasti Safawi (1502–1736), Islam Iran menjadi Islam Syiah hingga kini. Pada 1979, terjadi revolusi Islam Iran di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini (1900–1989) yang menggulingkan Syah Muhammad Reza Pahlevi (1919–1980).
Republik Islam Iran dengan ibukota Teheran merupakan sebuah negara yang bergunung-gunung di kawasan Timur Tengah, terletak di antara 25° dan 40° LU serta 44° dan 63° BT. Di sebelah utara, Iran berbatasan dengan Republik Armenia, Laut Kaspia, dan Republik Turkmenistan, di barat daya dengan Irak, di timur laut dengan Afghanistan dan Pakistan, di barat laut dengan Turki, dan di selatan dengan Oman serta Teluk Persia.
Luas wilayah Iran 1.648.000 km2, terbagi atas 28 propinsi, 195 kotapraja, dan 500 distrik. Propinsi terbesar adalah Khurasan dengan luas 315.687 km2, sedangkan propinsi terkecil adalah Gilan dengan luas 14.820 km2. Berdasarkan data terakhir, penduduk Iran berjumlah 85.800.000 jiwa (data 2022); pemeluk Islam Syiah 89%, Islam Suni 10%, dan lain-lain 1%.
Dulu Iran lebih dikenal dengan sebutan Persia (Ar.: Bilad Faris). Sejak 1935, pada masa kekuasaan Raja Reza Khan (pendiri Dinasti Pahlevi dan ayah Syah Muhammad Reza Pahlevi yang ditumbangkan Ayatullah Khomeini pada 1979) sebutan Persia diganti dengan Iran (Persia=orang Arya atau keturunan bangsa Arya), suatu nama yang pernah dipakai nenek moyang bangsa Iran bagi Dataran Tinggi Iran yang mereka kuasai pada sekitar tahun 1700 SM. Disebutkan pula bahwa pada masa kekuasaan Darius (550–486 SM; salah seorang maharaja Iran tempo dulu), kata “Iran” juga pernah digunakan bagi negeri kekuasaannya.
Diperkirakan, sebelum 5000 SM sudah terdapat bangsa yang menetap di Iran, namun tidak diketahui secara pasti dari mana mereka itu berasal. Tetapi, sekitar tahun 2000 SM bangsa Arya yang juga merupakan ras Indo-Eropa itu telah mulai menetap di Iran, yakni di wilayah selatan Iran. Mereka berasal dari suku Fars. Kemudian pada 1000 SM datang pula suku Media yang juga berasal dari bangsa Arya dan menetap di wilayah utara Iran.
Pada 700 SM suku Media berhasil menguasai wilayah yang luas, termasuk yang dikuasai suku Fars. Kemudian mereka mendirikan sebuah imperium (kerajaan) yang luas dengan Ecbatana sebagai ibukotanya. Namun, pada 553 SM imperium tersebut dapat dijatuhkan oleh Cyrus Agung (pendiri Dinasti Akhamenida), yang kemudian berhasil mendirikan Imperium Persia yang besar.
Imperium ini mencapai puncaknya pada masa Darius I. Wilayah kekuasaannya merentang dari Sungai Indus hingga ke bagian selatan Rusia sampai ke Yunani, Turki, Cyprus, Mesir, dan Libya. Dinasti Akhamenida itu jatuh pada 331 SM, karena diserbu oleh Alexander Agung atau Iskandar Agung (356–323 SM). Setelah itu Imperium Persia berturut-turut dikuasai oleh Dinasti Seleukida, Parthia, dan Sasaniyah (226–641).
Pada tahun 637 melalui Perang Qadisiyah, Imperium Persia jatuh ke tangan kaum muslimin yang waktu itu dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab (634–644). Kemudian pada tahun 641, setelah melalui peperangan Nahavand (Nihawan), seluruh Imperium Persia yang waktu itu dipimpin oleh Raja Yazdajird jatuh ke tangan kaum muslimin. Sejak itu Persia yang semula menganut ajaran agama Zoroaster beralih ke agama Islam. Akhirnya, kebudayaan Islam pun berkembang di sana.
Sampai tahun 820 seluruh wilayah Persia secara praktis berada di bawah kekuasaan penuh khalifah di Baghdad. Tetapi sejak tahun 820, bermunculan dinasti kecil maupun besar di berbagai wilayah Persia yang silih berganti menguasai wilayah Persia. Dinasti itu antara lain adalah Dinasti Samaniyah (892–999), Ghaznawiyah (999–1037), dan Seljuk (1037–1157).
Hal ini bermula dari rasa terima kasih Khalifah al-Ma’mun (813–833) kepada panglima perangnya, Tahir bin Husain, yang telah berjasa memulihkan kekuasaannya, yakni memberikan wewenang kepada Ibnu Husain untuk mendirikan Dinasti Tahiriyah (820–872) di Khurasan (Iran).
Pada 1501, setelah sekitar 3 abad dikuasai oleh bangsa Mongol, muncul sebuah dinasti baru, yaitu Dinasti atau Kerajaan Safawi. Nama Safawi berasal dari nama pendiri tarekat Safawiyah, yaitu Syekh Safiuddin Ardabeli (1252– 1334) dari Ardabil (Azerbaijan) yang berusaha menyatukan kembali wilayah Persia yang terpecah-pecah.
Berbeda dari dinasti yang pernah berkuasa sebelumnya, dinasti ini memaklumatkan bahwa Kerajaan Safawi menganut ajaran Syiah Itsna ‘Asyariyyah atau Syiah Dua Belas Imam sebagai agama resmi negara. Bahkan Republik Islam Iran yang sedang berkuasa dewasa ini menganut ajaran Syiah Dua Belas Imam sebagai agama resmi negara.
Sejak saat itu hingga sekarang, seluruh dinasti yang pernah berkuasa di Iran adalah Dinasti Safawi (1501–1732), Zand (1759–1794), Qajar (1794–1925), dan Pahlevi (1925–1979). Sejak 11 Februari 1979, melalui revolusi Islam yang dipimpin oleh ulama terkemuka Iran, Ayatullah Khomeini (1320 H/1900 M–1409 H/1989 M), sistem kerajaan yang telah berkuasa selama ribuan tahun di Iran dihapus. Kemudian berdiri Republik Islam Iran hingga sekarang.
Sistem Republik Islam yang diterapkan di Iran dewasa ini berlandaskan konsep wilayah al-faqih, yaitu kekuasaan tertinggi di tangan seorang ulama yang takwa, adil, mampu memimpin, serta disetujui mayoritas umat. Pemegang kekuasaan ini disebut wali al-faqih atau rahbar (Persia = pemimpin).Wali al-faqih yang pertama adalah Ayatullah Khomeini (1979–1989), kemudian dijabat oleh Ayatullah Ali Khamenei.
Tetapi, seorang wali al-faqih tidak duduk dalam jajaran Dewan Eksekutif, melainkan lebih bersifat sebagai pembimbing atau pengontrol. Untuk jajaran eksekutif, kekuasaan tertinggi berada di tangan presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Presiden terpilih pertama Iran adalah Abolhassan Bani Sadr.
Tetapi, karena dianggap telah mengkhianati nilai dan revolusi Islam, Abolhassan akhirnya dipecat. Kemudian ia mengungsi ke Prancis. Presiden berikutnya adalah Mohammad Ali Rajai (2 – 30 Agustus 1981, tewas terbunuh), Ali Khamenei (1981–1989), Hasyemi Rafsanjani (1989–1997), Ali Mohammad Khatami Arkadani (1997–2005), Mahmoud Ahmadinejad (2005-2013), Hassan Rouhani (2013-2021), dan Ebrahim Raisi (2021-sekarang).
Pada 1980–1990, Iran berperang melawan Irak. Peperangan meletus karena kekhawatiran pemerintah Irak akan meluasnya revolusi Islam Iran ke Irak. Di samping itu, Irak ingin mengubah perbatasannya dengan Iran, terutama mengenai Terusan Shatt el-Arab di perbatasan Irak-Iran. Peperangan baru berhenti ketika usul gencatan senjata yang diprakarsai PBB diterima oleh kedua belah pihak.
Dalam perkembangan sejarah Islam, bangsa Iran mempunyai peranan dan andil yang sangat besar, baik dari sisi penyebaran ajaran Islam dan perluasan wilayah ke belahan Timur, maupun dari sisi pengembangan budaya dan peradaban Islam. Penyebaran dan perluasan wilayah Islam ke belahan Timur tidak dapat dilepaskan dari peranan bangsa Iran yang memang merupakan bangsa besar pada saat itu. Hal ini dapat dilihat dari masuknya Islam ke Uni Soviet (sekarang telah terpecah menjadi beberapa negara), India, dan Afghanistan.
Dari sisi kebudayaan dan peradaban, peranan bangsa Iran sangat besar. Bangsa Iran telah mengenal peradaban jauh sebelum bangsa Arab. Kemudian secara cepat mampu beradaptasi dengan ajaran Islam yang membuka jalan bagi pemeluknya untuk menciptakan peradaban yang tinggi.
Ketika berkuasa, Abbasiyah memberikan peluang kepada cendekiawan Persia untuk terlibat dalam elite politik Abbasiyah. Mereka dengan cepat mewarnai perkembangan peradaban Islam. Hampir setiap disiplin ilmu yang berkembang pada saat itu melibatkan orang Persia. Posisi mereka sangat menentukan, demikian pula pada pemerintahan.
Dari Persia muncul nama-nama besar dalam berbagai bidang, antara lain sebagai berikut;
(1) bidang ilmu pengetahuan: al-Biruni, Muhammad Musa al-Khawarizmi, Umar Khayyam, Khwajah Nasiruddin at-Tusi, Muhammad bin Zakariya ar-Razi, Abu Bakar al-Juwaini, Abbas Majusi al-Ahwazi, Abu Ali Ibnu Sina, dan Zainal Abidin Isma‘il Gorgani;
(2) bidang filsafat: ar-Razi, al-Biruni, Ibnu Maskawaih, al-Farabi, Ibnu Sina, Abu Sulaiman al-Mantiqi, at-Tusi, al-Ghazali, Syekh Syahab Syuhrawardi, dan Sadruddin Syirazi (lebih dikenal dengan Mulla Sadra);
(3) bidang tasawuf: Abu Nasr Bisyri al-Hafi, al-Ghazali, Abu Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, Jalaluddin ar-Rumi, Umar Khayyam, Abdul Karim al-Jili, Abdul Qadir al-Jailani, dan Muhammad Bahauddin Naqsyabandi;
(4) bidang ilmu kalam: al-Jubba’i, Abu Hasyim, Abu Mansur al-Maturidi, al-Bazdawi, al-Baqillani, al-Juwaini, Amr bin Ubaid, dan al-Ghazali;
(5) bidang ilmu hadis: Bukhari, Muslim, at-Tirmizi, Ibnu Majah, dan an-Nasa’i; dan
(6) bidang ilmu fikih: Abu Hanifah (Imam Hanafi), Abu Dawud az-Zahiri, dan at-Tabari.
Dalam pada itu, bahasa Persia yang digunakan di Iran hingga saat ini merupakan bahasa kedua Islam setelah bahasa Arab. Sejak abad ke-9 hingga ke-19 hampir semua kerajaan Islam di belahan Timur menggunakan bahasa Persia sebagai bahasa resmi negara. Akibat perkembangan bahasa ini muncullah sastrawan terkemuka, seperti Firdausi, Nasir Khasrow, Umar Khayyam, Sa‘di, Hafiz, Jalaluddin ar-Rumi, dan Muhammad Iqbal.
Dekatnya tokoh Islam Iran Salman al-Farisi dengan ahlulbait sebagai pembawa ajaran Syiah serta pembelaan ahlulbait kepada kaum Mawaali (maula = budak), sebutan orang Iran yang masuk Islam pada masa Bani Umayah, merupakan salah satu faktor mengapa banyak orang Persia dekat dengan ahlulbait dan menerima ajaran mereka. Tetapi, ajaran Syiah baru menyebar secara merata di Iran pada abad ke-16, pada zaman Kerajaan Safawi.
Ada beberapa tempat di Iran yang selalu ramai dikunjungi peziarah, antara lain di kota Masyhad (ibukota Propinsi Khurasan) dan Qum. Di Masyhad terdapat makam Imam Ali ar-Rida (orang Iran menyebutnya Imam Reza), imam kedelapan dalam akidah Syiah Dua Belas Imam.
Di sekitar makam Imam Ali ar-Rida itu terdapat Masjid Imam Reza yang luas dan indah, dengan arsitektur islami yang bernilai tinggi. Kubah masjid yang tampak megah itu dihiasi dengan ratusan kilogram emas murni. Sepanjang hari dan malam, makam itu tidak pernah sepi oleh para peziarah dari berbagai wilayah di Iran, bahkan dari negara tetangga seperti Afghanistan, Pakistan, dan Irak.
Sementara di kota Qum (150 km dari Teheran) terdapat makam Hazrat Fatimah Ma‘sumah, saudara kandung Imam Ali ar-Rida. Tempat ini juga tidak pernah sepi dari peziarah. Kota Qum, sama seperti Masyhad, merupakan kota tua dan menjadi pusat Syiah sejak dahulu, bahkan sekarang menjadi pusat Syiah terbesar di dunia.
Di sini terdapat puluhan lembaga pendidikan agama dan pusat studi Islam yang dikelola oleh tokoh agama negeri itu. Dari sinilah lahir tokoh-tokoh seperti Ayatullah Khomeini, Mutahhari, Thabathaba’i, Behesyti, Ali Khomeini, dan Rafsanjani.
Di samping itu, Isfahan juga merupakan kota penting di Iran. Di kota ini terdapat peninggalan sejarah kejayaan Islam, terutama masa keemasan Kerajaan Safawi, seperti bangunan Masjid Syah (sekarang Masjid Imam), Masjid Syekh Lutfullah, Istana Cehil Sutun (Persia: empat puluh tiang), jembatan Khaju, dan menara goyang. Karena kecantikan kota ini, orang Iran menyebutnya “kota separuh dunia”, yang dalam ungkapan Persianya Isfahan nisfe jahan.
Kota lain yang juga tidak kalah menariknya adalah Teheran. Kota ini baru dibangun pada abad ke-18 pada masa Dinasti Qajar. Namun karena sejak semula merupakan ibukota Iran, maka perkembangannya, terutama pada masa Dinasti Pahlevi, sangat pesat sehingga sekarang merupakan salah satu kota terbesar di Asia.
Tempat yang kini mempunyai nilai sejarah, selain peninggalan Dinasti Qajar, antara lain adalah Istana Niavarand, bekas tempat kediaman Syah Muhammad Reza Pahlevi dan keluarganya, serta Pekuburan Behesyti Zahra’ (Persia: Taman Zahra’, putri Rasulullah SAW), tempat puluhan ribu syuhada (pahlawan) Revolusi Islam dimakamkan. Di tempat ini pula pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khomeini, dimakamkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abrahamian, Ervand. Iran: Between Two Revolutions. Princeton, NY.: Princeton University Press, 1982.
Akhavi, Sharough. Religion and Politics in Contemporary Iran. Albany: SUNY Press, 1980.
Arjoman, Said Amir. The Turban for the Crown: The Islamic Revolution in Iran. New York: Oxford University Press, 1987.
Esposito, Jhon L., ed. The Iranian Revolution: Its Global Impact. Miami: Florida International University Press, 1990.
Sihbudi, Riza. Dinamika Revolusi Islam Iran. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989.
https://www.worldometers.info/world-population/iran-population/, diakses pada 13 Maret 2022.
Umar Shahab
Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)