Ibrahim, Nabi

Nabi Ibrahim AS dilahirkan di Babilonia (bagian selatan Mesopotamia, sekarang Irak). Ia adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israil dan tokoh yang dihormati oleh tiga agama besar monoteis: Yahudi, Kristen, dan Islam. Ayahnya bernama Azar, seorang ahli patung­ yang menjual karya patungnya. Ia adalah anak sulung dari tiga orang bersau-dara, dua saudaranya bernama Nakhur dan Hasan.

Nabi Ibrahim AS dihadapkan pada suatu kaum yang rusak. Ia hidup di masa pemerintahan Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya. Namrud bahkan menyatakan diri sebagai tuhan. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Ibrahim menjadi nabi dan rasul untuk meluruskan­ perbuatan Raja Namrud dan rakyatnya.

Sejak kecil Nabi Ibrahim AS selalu tertarik untuk me­mikirkan keajaiban alam. Ia menyimpulkan bahwa keajaiban alam tersebut diatur Tuhan Yang Maha Kuasa. Sejalan dengan perkembangan usianya, Ibrahim mulai membaur dengan masyarakat luas. Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah besarnya perhatian masyarakat terhadap patung.

Nabi Ibrahim AS yang telah berketetapan hati untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi berhala, me­mohon kepada Allah SWT agar kepadanya diperlihat­kan kemam­ puan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati. Tujuan­ nya adalah untuk mempertebal keyakinannya­. Allah SWT memenuhi permintaannya. Atas petunjuk Allah SWT, empat ekor burung dibunuh dan tubuhnya dilumatkan serta di­ satukan.

Kemudian tubuh burung itu dibagi menjadi empat dan masing-masing ba­gian diletakkan di atas puncak bukit yang terpisah satu sama lain. Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk memanggil burung tersebut. Atas kuasa-Nya, burung yang sudah mati dan tubuhnya tercampur­ itu kembali hidup. Hilanglah segenap keraguan di hati Ibrahim AS tentang kebesaran Allah SWT.

Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim AS adalah Azar, ayahnya. Azar sangat marah­ mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan anaknya mengajak ayahnya untuk memasuki kepercayaan baru dan menyembah­ Allah SWT. Nabi Ibrahim AS pun diusir ayahnya.

Nabi Ibrahim AS merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan mereka menyem­bah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk Babilonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama berhari-hari. Ia memasuki tempat peribadatan­ kaumnya dan merusak semua berhala, kecuali sebuah patung yang paling besar.

Ia mengalungkan kapak di leher patung itu. Akhirnya ia ditangkap dan diadili. Namun ia mengatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang melakukannya dan menyarankan para hakim untuk bertanya kepadanya. Para hakim mengatakan­ bahwa berhala tidak mungkin dapat ditanyai­. Saat itulah Nabi Ibrahim AS mengemukakan­ pe-mikirannya yang berisi dakwah untuk menyembah Allah SWT.

Hakim memutuskan Nabi Ibrahim AS harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Mukjizat­ dari Allah SWT pun turun. Ia selamat dari api yang membakarnya­ karena atas perintah Allah SWT api menjadi dingin (QS.21:68–70). Sejumlah orang mulai tertarik pada dakwahnya, namun semuanya merasa takut kepada penguasa.

Langkah dakwah Nabi Ibrahim AS benar-benar dibatasi Raja Namrud dan kaki tangannya. Karena kesempatan untuk berdakwah sangat­ sempit, Nabi Ibrahim AS meninggalkan­ tanah airnya menuju Harran, Palestina.

Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah bintang. Penduduknya­ menolak dakwah Nabi Ibrahim AS. Ia yang pada saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di tempat terakhir ini Nabi Ibrahim AS berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan usaha­nya membuat iri para penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestina.

Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Ibra­him dan Siti Sarah belum juga dikaruniai anak. Untuk memperoleh keturunan, Siti Sarah mengizinkan­ suaminya untuk menikahi­ Siti Hajar, pembantu mereka. Dari perkawinan ini lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi nabi.

Ketika Nabi Ibrahim AS berusia 90 tahun, datang­ perintah dari Allah SWT agar ia mengkhitan dirinya, putranya­ (Ismail) yang ketika itu berusia 13 tahun, dan seluruh anggota keluarganya. Perintah ini segera dijalankan Nabi Ibrahim AS dan kemudian menjadi hal yang dijalankan nabi berikutnya hingga umat Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT juga memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk memperbaiki Ka’bah (Baitullah). Pada saat itu bangunan Ka’bah sudah berdiri di Mekah. Bangun­an ini diperbaikinya bersama anaknya, Nabi Ismail AS. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah (2) ayat 127.

Nabi Ibrahim AS adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israil. Banyak keturunannya yang menjadi nabi. Dalam riwayat dikatakan usianya mencapai 175 tahun. Makamnya­ terletak di Masjid Ibrahimi di kota Hebron, Palestina.

Kisah Nabi Ibrahim AS terangkum dalam 102 ayat pada 13 surah dalam Al-Qur’an, antara lain surah al-Baqarah (2) ayat 258 dan 260; surah al-An‘Îm (6) ayat 74–83; surah at-Taubah (9) ayat 114; surah Maryam (19) ayat 41–48; surah asy-Syu‘ara’ (26) ayat 69–102; surah al-‘Ankabut (29) ayat 16, 17, dan 24; surah as-saffat (37) ayat 97–99; dan surah az-Zukhruf (43) ayat 26–28.

Daftar Pustaka

Arifin, Bey. Rangkaian Cerita dalam Al-Qur’an. Bandung: al-Ma‘arif, 1986.

Bahreisy, Salim. Sejarah Hidup Nabi-Nabi. Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1988.

Daruzah, Muhammad Izzah. Sirah ar-Rasul. Cairo: Matba‘ah ‘Isa al-Babi al-Halabi wa Syirkah, 1965.

Ibnu Kasir. al-Bidayah wa an-Nihayah. Beirut: Dar al-Fikr, 1978.

an‑Naisaburi, Abu Ishak Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim. Qaœaœ al‑Anbiya’. Singapura: Sulainian Nar’i, t.t.

as-Sa’labi, al-Imam bin Ishaq Ahmad bin Ibrahim. Qisas al-Anbiya’ al-Musamma bi al-‘Ara’is. Beirut: asy-Sya‘biyah, t.t.

asy-Syami, Muhammad Yusuf as-Salihi. Subul al-Huda wa ar-Rasyad. Cairo: Jumhuriyah Misr al-Arabiyah li Jinnah Ihya at-Turas al-Islami, 1973.

Nasaruddin Umar