Nabi Syu‘aib AS adalah salah seorang nabi dari dunia Arab. Ia diutus Allah SWT kepada kaum Madyan di Ma’an, daerah di pinggir Syam (Suriah), untuk menyampaikan risalah-Nya, yakni meluruskan kekufuran, mengajak bertakwa, dan meminta ampun serta bertobat kepada Allah SWT.
Syu‘aib adalah keturunan Nabi Luth AS, karena ibunya adalah putri Nabi Luth AS. Dalam dakwah kepada kaum Madyan, Nabi Syu‘aib AS berhasil menyadarkan hanya sebagian kecil kaumnya. Sebagian lagi menolak ajakannya, bahkan mencemoohkannya.
Kaum ini menyembah Aikah, sebidang tanah padang pasir yang ditumbuhi sejumlah pohon. Masyarakat Madyan terkenal korup dan menjalankan praktek perdagangan yang curang. Masyarakatnya menggunakan alat ukur yang besar kalau membeli dan menggunakan alat ukur yang kecil kalau menjual, sehingga kekayaan bertumpuk pada beberapa ge lintir orang saja.
Dalam kondisi demikian, Nabi Syu‘aib AS memperingat kan kaumnya agar meninggalkan praktek yang curang itu. Ia juga mengingatkan agar mereka sadar, kembali kepada jalan yang benar, serta mengikuti ajaran dan perintah Allah SWT. Dengan demikian Allah SWT tidak akan menurunkan azab-Nya. Tetapi ia ditanggapi dengan kasar, bahkan kaumnya berusaha melenyapkan jiwanya.
Kisah diutusnya Nabi Syu‘aib AS dan peringatan yang diberikan kepada kaumnya disebutkan dalam Al-Qur’an antara lain dalam surah al-A‘raf (7) ayat 85 yang berarti:
Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu‘aib. Ia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman’.”
Akhirnya azab Allah SWT turun berupa iklim panas yang membakar kulit yang tidak dapat diobati dengan berteduh dan rasa dahaga yang tidak dapat dihilangkan dengan air. Dengan sia-sia kaumnya lari ke sana ke mari mencari tempat perlindungan.
Pada suatu ketika tiba-tiba muncul segumpal awan hitam. Orang menyangka awan itu adalah awan pertolongan. Ketika kaum durhaka itu bernaung di bawah gumpalan awan hitam tersebut, tiba-tiba awan itu mengeluarkan suara gemuruh yang dahsyat dan menghancurkan mereka semua.
Nabi Syu‘aib AS dan pengikutnya selamat. Allah SWT melindungi mereka karena memiliki keteguhan iman yang kuat. Mereka bersyukur kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan rahmat-Nya dan membuka hati mereka untuk berserah diri hanya kepada Allah SWT.
Al-Qur’an menyebut nama Nabi Syu‘aib sebanyak 10 kali dan menceritakan kisahnya dalam surah al-A‘raf (7) ayat 85–93, surah Hud (11) ayat 84–95, surah al-hijr (15) ayat 78–79, surah asy-Syu‘ara’ (26) ayat 176–191, dan surah al-‘Ankabut (29) ayat 36–37.
Daftar Pustaka
Arifin, Bey. Rangkaian Cerita dalam Al-Qur’an. Bandung: al-Ma‘arif, 1986.
Bahreisy, Salim. Sejarah Hidup Nabi-Nabi. Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1988.
Daruzah, Muhammad Izzah. Sirah ar-Rasul. Cairo: Matba‘ah ‘Isa al-Babi al-Halabi wa Syirkah, 1965.
asy-Syami, Muhammad Yusuf as-Salihi. Subul al-Huda wa ar-Rasyad. Cairo: Jumhuriyah Misr al-Arabiyah li Jinnah Ihya at-Turas al-Islami, 1973.
Nasaruddin Umar