Ibnu Majah adalah seorangĀ ahli hadis, ahli tafsir, dan ahli sejarah Islam. Karya utamanya di bidang hadis adalah Sunan Ibn Majah, salah satu dari enam kitab kumpulan hadis terkenal yang dijuluki al-Kutub as-Sittah (Kitab yang Enam). Lima kitab hadis lainnya adalah Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmidzi, dan Sunan an-Nasaāi.
Nama lengkap Ibnu Majah adalah Abu Abdillah Muhammad bin Yazid ar-Rabaāi al-Qazwini. Majah adalah nama gelar (laqab) bagi Yazid, ayahnya, yang diĀkenal juga dengan nama Majah Maula Rabāat. Ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa Majah adalah dari Yazid. Apabila pendapat yang terakhirĀ ini benar, nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-RabaāiĀ al-Qazwini. Akan tetapi, pendapat yang pertamalah yang lebih kuat.
Ibnu Majah mulai belajar sejak masa mudanya. DisebutĀkan bahwa ia belajar hadis sejak usia 15 tahun pada seorang guru bernama Ali bin Muhammad at-Tanafasi (w. 233 H/848 M). Pada usia 21 tahun ia mulai mengadakan perjalanan untuk mengumpulkanĀ dan menulis hadis.
Negeri yang pernah dikunjunginya untuk itu mencakup antara lain Rayy (Teheran), Basrah, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah,Ā dan Mesir. Dengan cara itu, ia telah mendapatkan hadis dari ulama terkenal di kota dan negeri tersebut, seperti Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut Imam Malik dan al-Lays.
Di samping itu, banyak pula yang meriwayatkan hadis dari Ibnu Majah, antaraĀ lain Ibnu Sibawaih, Muhammad bin Isa as-Saffar, Ishaq bin Mu-hammad, Ali bin IbrahimĀ bin Salamah al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, Sulaiman bin Yazid, dan Ibrahim bin Dinar al-Jarasyi al-Hamdani.
Ibnu Majah telah menyusun kitab dalam berbagai cabang ilmu. Dalam bidang tafsir, ia menulis Tafsir al-Qurāan al-Karim. Ia juga menulis at-Tarikh, karya sejarah yang berisi biografi para periwayatĀ hadis sejak awal sampai ke masanya. Karena tidak begitu populer, kedua kitab terĀ sebut di atas ada kemungkinan tidak sampai ke tangan generasi sekarang.
Karyanya yang paling masyhur dalam bidang hadis adalah as-Sunan atau dikenal juga dengan Sunan Ibn MĆjah. Terhadap kitab yang terakhir ini Ibnu Kasir berkata,
āMuhammad bin Yazid bin Majah adalah pengarang kitab as-Sunan yang termasyhur. Kitab ini meĀ nunjukkan atau membuktikan kegigihan kerjanya, kedalaman dan keluasan ilmunya, bacaan dan panutannya terhadap tradisi Nabi (as-Sunnah), baik dalam masalahĀ usul (akidah) maupun furuā (hukum). Kitab ini terdiri dari 32 kitab (bab) dan 150 bab (pasal). Di dalamnya terdapat 4.000 hadis yang berkualitas baik kecuali sebagian kecil saja.ā
Muhammad Fuāad Abdul Baqi, penulis buku al-Muājam al-Mufahras li AlfaĖ al-Qurāan (Indeks Al-Qurāan), telah memperinci hadis yang terdaĀpat dalam kitab ini. Ada 4.341 hadis di dalamĀnya. Sejumlah 3.002 di antaranya juga termakĀĀtub dalam lima kitab kumpulan hadis yang lain. Sebanyak 712 dari 1.339 lainnya lemah, yang dapat dikategorikanĀ sebagaiĀ hadis dusta. Karena banyaknyaĀ hadis yang lemah itu, sebelum abad ke-4 H ulama belum memasukkannyaĀ sebagai kitab yang dapat dijadikan standar yang layak menjadi panutanĀ.
Orang yang pertama kali memasukkan Sunan Ibn Majah ke dalam kitab kumpulan hadis standar sehingga termasuk dalam kitab yang enam (al-Kutub as-Sittah) adalah Abu al-Fadal Muhammad bin Tahir al-Maqdisi. Sebagian ulama memandang al-Muwattaā (Yang Lembut dan Dermawan) karya Imam Malik lah sebagai kitab yang keenam, bukan Sunan Ibn Majah. Ada pula yang memandang bahwa kitab yang keenam adalah Sunan ad-Darimi (kitab yang menghimpunĀ hadis yang dikumpulkan Imam ad-Darimi) atau al-Muntaqa (Pilihan) susunan Ibnu Jarad.
Pendapat Ibnu Tahir al-Maqdisi di atas diikuti Hafiz Abdul Gani al-Maqdisi dalam kitabnya IkmĆl (PelengĀkap). Alasan mereka mendahulukan kitab Sunan Ibn Majah atas al-Muwattaā adalah karena dalam kitab karya Ibnu Majah terdapat banyak zawaāid, yaitu banyak hadis dalam kitab ini yang tidak terdapat pada lima kitab lainnya.
Pada pertengahan kedua abad ke-7 H, setelah hadis sudah banyak terkitab, usaha yang ditempuh ulama hadis adalah menerbitkan kumpulan hadis itu, menyaringnya, dan menyusun kitab takhrij (mengeĀluarkan) serta membuatĀ kitab Jamiā (Penghimpun) umum. Di antaranya yang disusun adalah kitab zawaāid; yang terkenal antara lain adalah kitab zawaāid Ibnu Majah. Kitab ini disusun Abu Abbas Ahmad bin Muhammad al-Busiri (w. 840 H/1437 M) dalam kitab yang berjudul Misbah az-Zujajah fi Zawaāid Ibn Majah (Lampu Kaca dalam Tulisan Ibnu Majah).
Hadis yang hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah seperti tersebut di atas kebanyakanĀ daif (lemah). Hal itu diketahui dari keteran-gan pensyarahnya, Ibnu Mulaqqin, dalam kitabnya yang berjudul Ma TamussuĀ Ilaihi al-Hajah āala Sunan Ibn Majah (Apa yang Dibutuhkan dalam Sunan Ibnu Majah).
Kitab syarah (penafsiran) Sunan Ibn Majah banyak bermunculanĀ pada abad sesudahnyaĀ. Di antara kitab syarah itu terdapat Misbah az-Zujajah Syarh Sunan Ibn MĆjah yang disusun Jalaluddin as-Suyuti (w. 911 H/1505 M) dan Syarh Sunan Ibn Majah (Penjelasan tentang Kitab Sunan Ibnu Majah) yang disusun Muhammad Abdul Hadi as-Sindi (w. 1138 H/1725 M).
Daftar Pustaka
Abu Zahw, Muhammad. al-Hadits wa al-Muhadditsun Au āInayah al-Ummah al-Islamiyyah bi as-Sunnah an-Nabawiyyah. Beirut: Dar al-Kitab al-āArabi, 1984.
al-Asqalani, Syihabuddin Abu Fadl bin Hajar. Tahdzib at-Tahdzib. Hyderabad:Majlis Daāirat al-Maāarif Nizamiyah al-Kaāinah fi al-Hind, 1327 H/1909 M.
al-Baqi, Muhammad Fuāad Abdul. Sunan Ibn Majah. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
al-Khatib, Muhammad Ajaj. Usul al-Hadits āUlumuhu wa Mustalahuh. Beirut: Dar al-Fikr, 1981.
Rachman, Fathur. Ikhtisar Mustalahul Hadis. Bandung: al-Maāarif, 1978.
ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. Pokok-Pokok Dirayah Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
āāāāāāā. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta:Ā Bulan Bintang, 1974.
at-Tahawani, Zafar Ahmad al-Usmani. Qawaāid fi āUlum al-Hadits. Beirut: Maktab an-Nahdah, 1976.
Badri Yatim