Nabi Harun AS adalah kakak kandung Nabi Musa AS. Dalam Al-Qur’an kisah Harun selalu disebut bersama dengan kisah Nabi Musa AS. Ia sebagai juru bicara mendampingi Musa menemui Fir’aun Mesir untuk meminta agar Fir’aun melepaskan Bani Israil dari perbudakan. Musa dan Harun akhirnya berhasil membebaskan Bani Israil dari Mesir.
Harun diangkat dan diutus Allah SWT menjadi nabi untuk membantu tugas kerasulan Nabi Musa AS, adik kandungnya. Ibunya bernama Yukabad, istri Imran bin Qahat bin Lawi bin Ya‘qub.
Dalam hal berbicara, Nabi Harun AS lebih cakap daripada Nabi Musa AS. Oleh karena itu, ia diminta mendampingi Nabi Musa AS ketika menemui Fir’aun untuk menyampaikan ajaran Allah SWT dan melepaskan Bani Israil dari perbudakan di Mesir.
Ketika pergi ke Gunung Sinai selama 40 hari untuk menerima wahyu, Nabi Musa AS menitipkan umatnya kepada Nabi Harun AS. Namun, selama ditinggal oleh Nabi Musa AS, muncul Samiri yang mengaku lebih layak memimpin Bani Israil. Setelah Nabi Musa AS kembali kepada kaumnya, ia mendapati mereka telah menyembah patung anak sapi dari emas, yang dibuat Samiri.
Melihat kaumnya menjadi kufur, Nabi Harun AS mengingatkan kesesatan mereka dan berusaha menghentikannya, namun tidak berhasil. Melihat keadaan itu, Nabi Musa AS marah dan bersedih hati. Hal ini diceritakan dalam Al-Qur’an pada surah Al-A‘raf (7) ayat 150:
“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia, ‘Alang kah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?’ Dan Musa pun melemparkan lauh-lauh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya.
Harun berkata, ‘Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim’.”
Akhirnya Nabi Musa AS sadar, lalu ia pun segera berdoa kepada Tuhan, seperti tersebut dalam Al-Qur’an: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang” (QS.7:151). Nabi Harun AS wafat sebelum Nabi Musa AS. Ia dikuburkan oleh saudaranya itu di Bukit Hur di Gurun Sinai.
Riwayat Nabi Harun AS dalam Al-Qur’an diceritakan dalam tiga surah: surah al-‘Araf (7) ayat 142, 150, dan 151; surah Taha (20) ayat 29, 30, 42–56; dan surah al-Qasas (28) ayat 34–35.
Daftar Pustaka
Arifin, Bey. Rangkaian Cerita dalam Al-Qur’an. Bandung: al-Ma‘arif, 1986.
Bahreisy, H Salim. Sejarah Hidup Nabi-Nabi. Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1988.
Daruzah, Muhammad Izzah. Sirah ar-Rasul. Cairo: Matba‘ah ‘Isa al-Babi al-Halabi wa Syirkah, 1965.
Luxfiati, Siti Zainab. Cerita Teladan 25 Nabi. Jakarta: Dian Rakyat, 1998.
asy-Syami, Muhammad Yusuf as-Salihi. Subul al-Huda wa ar-Rasyad. Cairo: Jumhuriyah Misr al-Arabiyah li Jinnah Ihya at-Turas al-Islami, 1973.
Nasaruddin Umar