Gujarat

Gujarat adalah negara bagian di India barat daya. Sejak abad ke-13, Gujarat berada di bawah kesultanan Islam.

Gujarat pra-Islam pun sudah dikenal oleh dunia Islam, ter­utama­ para muslim Arab, yang datang ke Gujarat bukan untuk menyiarkan Islam, melainkan berdagang dan mencari pengalaman.

Melalui para pedagang dan pengembara muslim dari dunia Arab, Islam mulai tersebar di Gujarat, baik di kalangan pendatang maupun­ di kalangan penduduk setempat­. Pada abad ke-11–13, sebelum kedatangan Islam, Gujarat berada di bawah­ kekuasaan raja-raja Solanki (raja-raja Hindu) dari Anahilwada.

Sejarah Gujarat banyak ditulis para ahli geografi dan sejarawan. Al-Balazuri (sejarawan­ Arab abad ke-9), al-Mas‘udi (sejarawan Arab), Istakhri (ahli geografi Arab abad ke-10),Ibnu Hawqal (ahli geografi Arab abad ke-10), dan al-Biruni (seja­rawan Persia abad ke-11) terutama­ tertarik pada pelabuhan di ibukota Anahilwada serta perdagangan­ dan sumber alamnya.

Mereka banyak menguraikan keada­an­ Hindu lokal dan praktek keagamaan Jain, serta terkesan oleh toleransi keagamaan di wilayah itu. Dalam kurun waktu ini, para pengungsi Iran yang beragama Zoroaster berdatangan­ ke Gujarat.

Gujarat dikuasai oleh orang muslim pada­ 1298, ketika Karna, pemerintah Dinasti Vaghela yang ter­akhir, dikalahkan Sultan Alauddin Khalji (Sultan Alauddin Muhammad Syah I; 1296–1316), sul­tan Delhi yang ke-14 di ba­wah pimpinan Jenderal Ulugh Khan dan Nusrat Khan.

Untuk sementara waktu, orang Vaghela­ masih menguasai­ jantung wilayah­ di utara Gujarat. Akan tetapi, lambat-laun seluruh­ Gujarat masuk ke dalam kekuasaan­ Kesultanan Delhi. Pada 1300 Alauddin mengang­­ kat saudara iparnya, Malik Sanjar, sebagai naˆim (pengu­asa) Gujarat dengan gelar Alp Khan, dan ibukota Hindu lama, Anahilwada, dijadikan pusat kegubernuran­ yang sekarang dikenal dengan Patan.

Selanjutnya, selama­ abad ke-14 Gujarat diperintah para gubernur yang dikirim para sultan Delhi dari Dinasti Khalji, sampai kemudian­ pada 1391 Muhammad Syah III (Nasi­ruddin Muhammad Syah III; 1390–1393) dari Dinasti Tugluq mengirim Zafar Khan (Zafar Khan Muzaffar I; 1391–1411) sebagai gubernur.

Ketika Dinasti Tugluq mengalami kemunduran,­ Zafar Khan berusaha untuk menjadi pemerintah yang independen­. Ia secara resmi menjadi sultan Gujarat dengan gelar Muzaffar­ Syah pada 1407. Sejak itu, Gujarat menjadi kesultanan­ Islam. Kesultanan yang baru ini dikonsolidasi Ahmad I (1411–1412) yang masa pemerintahannya banyak digunakan­ berperang melawan raja Hindu Gujarat dan Rajputana serta sultan muslim Malwa, Khandesh, dan Deccan. Ahmad I mem­bangun ibu-kota baru yang dikenal dengan namanya sendiri, Ahmadabad, sebagai­ ganti Anahilwada (Patan).

Mahmud I Begra (1458–1511) adalah­ sultan terbesar yang berkuasa­ selama 54 tahun. Setelah serangkaian peperangan melawan raja-raja Hindu, Benteng Campaner (sekarang Mahmudabad), kerajaan Hindu yang paling kuat saat itu, berhasil diduduki pada 1482; kemudian­ tempat itu dijadikannya ibukota yang baru.

Dengan demikian, selama masa pemerintahan Mahmud,­ Kesultanan Guja­rat­ mencapai puncak perluasan wilayah sebelum akhirnya dianeksasi Malwa (antara 1458–1511). Pada masa inilah Islam tersebar luas di Gujarat, dan dari situ ke wilayah tetangganya­. Bahkan salah seorang­ raja yang dikalahkan­ Mahmud, yaitu Rajput (penguasa Hindu lokal) dari Junagarh, memeluk­ Islam.

Faktor baru di dalam politik India barat dan selatan timbul menjelang akhir pemerintahan Mahmud. Setelah Vasco da Gama muncul (di Calicut pada 1498), orang Portugis mulai memegang kendali perdagangan Samudera Hindia, dan kare­nanya mengatur lalu-lintas para pedagang­ Mesir dan India. Kemudian pada 1508 Mahmud menjalin hubungan dengan sultan Mamluk Mesir, Qansuh al-Gawri (1501–1516).

Akan tetapi, seba­gai balasan atas kemenangan tentara muslim dalam perang laut dekat Bombay terhadap Lourenço de Almeida (pemimpin tentara Portugis), orang Portugis menguasai wilayah Goa dari penguasa Bijapur, Adil Syah (hidup sekitar­ 1530), dan Mahmud­ terpaksa mengadakan­ perdamaian de­ ngan­ orang Portugis.

Sultan besar Gujarat yang terakhir adalah cucu Mahmud, Bahadur Syah (1526–1537). Ia berhasil me­naklukkan beberapa kerajaan­ Hindu dan menduduki Malwa. Akan te­tapi, semua wilayah yang baru diduduki itu, bahkan­ sebagian wilayah kekuasaannya­ sendiri, segera­ direbut Humayun (1530–1540), raja ke-2 dari Kerajaan­ Mughal. Pada 1537 Bahadur Syah terbunuh dan karenanya kesatuan Gujarat menjadi ter­ pecah, Akhirnya, Akbar (1556–1605), raja ke-4 dari Kerajaan­ Mughal me­ngua­sai Gujarat, meski­pun sultan terakhir, Muzaffar III (1561–1593), mempertahankan kekuasaannya sampai akhir hayatnya pada 1593.

Pada masa Gujarat di bawah kekuasa­an raja-raja Mughal, banyak orang Rajput memeluk­ Islam. Di antaranya yang terpenting ialah Bani Bachgoti. Di masa sesudah Akbar, konversi ke dalam agama Islam masih banyak dilakukan­ orang Gujarat, baik karena keinginan sendiri maupun karena terdesak demi mempertahankan keselamatan tanah dan desanya­. Pada masa Mughal inilah praktek Islam banyak diwarnai adat-istiadat lokal ka­rena kebijaksa­naan tentang Din Ilahi, bahwa semua­ agama berasal­ dari Tuhan, mulai diberlaku­kan oleh Akbar.

Sejalan dengan ramainya lalu-lintas perda­gang­an di pelabuhan Gujarat yang banyak­ dikunjungi para pedagang mancanegara,­ Islam turut tersebar ke daerah yang jauh. Menurut sebagian ahli sejarah, penyebaran Islam ke kepulauan Indonesia pun mempunyai hubungan dengan Islam di Gujarat. J.P. Moquetee, seorang orientalis, ahli arkeologi, umpamanya, pada 1912 mengemukakan hasil penemuannya yang penting­ tentang hubungan ini. Ia mengemukakan bahwa­ banyak batu nisan yang ditemukan di Distrik Pasai maupun di kompleks makam Malik Ibrahim di Gresik berasal dari Cambay, Gujarat.

Daftar Pustaka

Arnold, Thomas W. The Preaching of Islam: A History of The Propagation of the Muslim Faith. Lahore: Muhammad Ashraf, 1979.
Bosworth, Clifford Edmund. The Islamic Dynasties: A Chronological and Genealogical Handbook. Edinburg: Edinburg University Press, 1980.
Burton-Page, J. “Gudjarat,” The Encyclopaedia of Islam. Bernard Lewis, et al., ed. Leiden: E.J. Brill, 1983.
Ibrahim, Ahmad, et al., ed. Reading on Islam in Southeast Asia, terj. Jakarta: LP3ES, 1989.
Mujeeb, M. “Muslim India: From the Coming of Islam to Independence,” The World of Islam. London: Thames and Hudson, 1976.
Rizvi, Sayid Athar Abbas. “Muslim India: From the Coming of Islam to Independence,”­ The World of Islam. London: Thames and Hudson, 1976.

Hery Noer Aly