Ghaznawi, Mahmud

(Ghazna, 2 November 971–30 April 1030)

Mahmud Ghaznawi adalah seorang sultan ke-3 Dinasti Ghaznawiyah yang memerintah 997–1030. Dinasti ini didirikan oleh kakeknya, Alptigin (941), seorang gubernur Khurasan dalam wilayah Dinasti Samaniyah.

Mahmud Ghaznawi adalah seorang pemimpin yang terkenal dan sukses pada Dinasti Ghaznawiyah. Pada masa pemerintahannya, dinasti ini menjadi sebuah kerajaan paling maju dan makmur di Asia Tengah. Mahmud Ghaznawi dikenal sebagai seorang yang saleh dan mempu­nyai komitmen yang sangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan peradaban.

Di bawah pimpinannya, ia berhasil mengem­bangkan kekuasaan Islam sampai ke India, dalam penaklukan yang berlangsung pada abad ke-11. Pada­ 1005 ia mengalahkan raja-raja Hindu dan Punjab serta bagian-bagian daerah Sind.

Pada 1009 ia menyerang Nagarakot dan menaklukkannya;­ 1014 menaklukkan negeri Dawab, dan 1021 menaklukkan Dataran Tinggi Kashmir dan dari arah lain ia berhasil mem-perluas daerahnya sampai ke Bukhara, Transoksania (ma wara‘ an-nahr); 1029 ia menguasai daerah Rayy dan Isfahan.

Dalam rangkaian peperangan berikut­nya Mahmud Ghaznawi selama 26 tahun (1000–1026) mampu menundukkan raja-raja Punjab dan kota al-Maltan. Ia dan pasukannya menghancurkan Candi Somanat. Tindakan ini menimbulkan rasa takut di kalangan raja-raja India­. Misalnya Raja Haradata karena ketakutannya memeluk Islam ber­sama dengan 10.000 orang pengikutnya (1020).

Wilayah yang dikuasai Ghaznawi meliputi sebagian wilayah India (termasuk­ Delhi), Afghanistan, Pakistan, Iran, dan Irak. Pada mulanya Mahmud menganut Mazhab Hanafi, dan bersungguh-sungguh mendalami ilmu hadis dari ulama, tetapi kemudian ia menganggap­ lebih sesuai pada Mazhab Syafi‘i.

Suatu saat ia mengadakan pentarjihan di kalangan ahli fikih dari kedua mazhab tersebut. Kemudian Mahmud Ghaznawi­ menyuruh fukaha (ahli fikih) melakukan­ salat di hadapannya dua rakaat sesuai dengan cara mazhab ma­sing-masing, agar ia dapat memperhatikan­ dan memilih mana yang terbaik dari keduanya. Akhirnya, Mahmud memilih Mazhab Syafi‘i.

Mahmud selalu memperkuat paham Ahlusunah waljamaah yang dianutnya dan memerangi golongan pengacau dan kelompok bid’ah yang dianggap­ sesat, seperti Jahmiyah dan Qaramitah.

Perhatiannya pada ilmu pengetahuan sangat besar­. Selama pemerintahannya (997–1030), ia telah melaksanakan­ kegiatan-kegiatan ilmiah, di antara­nya sebagai berikut:

(1) Memprakarsai suatu karya besar dalam penulisan tafsir Al-Qur’an berdasarkan metode qi­raah dengan penjelasan ilmu nahu dan ilmu sharaf serta bersumber dari hadis sahih. Dalam penyelesaian karya yang penting ini Mahmud Ghaznawi menugaskan ulama terkenal­ Sijistan. Penulisan tafsir ini menghabiskan biaya sebesar­ 20.000 dinar.

(2) Membangun madrasah yang besar dan megah sebagai tempat belajar mengajar.

(3) Menganjurkan­ kepada ulama dan filsuf Islam seperti Ibnu Sina, al-Biruni, Abu Sahl al-Masihi, Ibnu Khamar, dan Abu Nasr al-Arraq yang terhimpun dalam Majelis Ma’mun bin al-Ma’mun agar dapat mengambil manfaat dari ilmu yang mereka miliki.

Keberhasilan Mahmud Ghaznawi dalam perluas­an daerah kekuasaan dan bidang ilmu pengetahuan­ sangat dipengaruhi­ berbagai faktor, di antaranya:

(1) Kemampuan Mahmud Ghaznawi dan para pendahulunya­ memilih kota Ghazna yang strategis sebagai ibukota dinas­tinya dan basis dalam mengadakan ekspansi militer.

(2) Semangat ke­agamaan dan jihad Mahmud Ghaznawi­. Menurut penda­patnya,­ berperang adalah melaksanakan­ dakwah Islam bagi orang kafir dan penyembah berhala.

(3) Keinginan memperoleh rampasan perang­ untuk pembangunan­ ekono­mi,­ sementara raja-raja Hindu kaya dengan harta.

Mahmud Ghaznawi penguasa Islam yang amat ber­pengaruh, sehingga Khalifah al-Qadir bi Allah memberikan gelar kepadanya Yamin ad-Daulah (tangan kanan peme­rintah) dan Amin ad-Daulah (kepercayaan pemerintah).

Pada pemerintahannya, Dinasti Ghaznawiyah dan kota Ghazna bukan­ hanya menjadi benteng tempat mempertahan­kan­ kekuatan perang, tetapi juga menjadi kota terindah­ di Asia Tengah dan tempat berkumpulnya ahli dalam segala bidang ilmu agama.

DAFTAR PUSTAKA

Eliot, Sir M.H. The History of India, The Muhammad Period. London: t.p., 1872.
Habib, Muhammad. Sultan Mahmud of Ghazna. t.tp.: t.p., 1927.
Hitti, Philip K. History of The Arabs. London: MacMillan Press, 1974.
Ibnu al-Asir. al-Kamil fi at-aÎrikh. Beirut: Dar al-Ma‘arif, 1966.
Nazim, Muhammad. Life and Times Sultan Mahmud of Ghazna. t.tp.: t.p., 1931.
Spuler, B. “Ghaznawids,” The Encyclopedia of Islam. Bernard Lewis, et al., ed. Leiden: E.J. Brill, 1983.

Syahrin Harahap