Fikih, Kitab

Buku yang membahas berbagai persoalan hukum Islam berdasarkan hasil ijtihad para ulama fikih untuk memahami Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW dalam kaitannya dengan realitas zaman mereka masing-masing disebut kitab fikih.

Persoalan dalam kitab fikih terdiri dari persoalan ibadah, muamalah, hukum yang berkaitan dengan masalah pidana, permasalahan peradilan dengan segala perangkatnya, jihad, perang, dan damai. Oleh sebab itu, ulama fikih dalam menyusun kitab fikih melakukan pembidangan terperinci terhadap masalah yang dibahas.

Di zaman awal pembukuan kitab fikih (awal abad ke-2 H), penyusunan permasalahan fikih dalam kitab fikih belum sistematis seperti yang dijumpai pada abad-abad sesudahnya. Ini disebabkan persoalan yang dicantumkan di dalamnya biasanya berkaitan dengan persoalan yang muncul di tengah masyarakat.

Kadang-kadang kitab fikih disusun oleh murid seorang imam berdasarkan urutan fatwa yang dikeluarkan oleh imam tersebut. Misalnya, Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani (131 H/748 M–189 H/804 M) menyusun kitab fikih zahir ar-Riwayah, yang merupakan kumpulan hasil ijtihad Imam Hanafi.

Di samping itu, ada juga kitab fikih yang hanya membahas persoalan tertentu, sesuai dengan permasalahan yang muncul ketika itu, seperti al-Kha­raj (Pajak Bumi) yang disusun Imam Abu Yusuf (113 H/731 M–182 H/798 M). Buku ini disusunnya atas permintaan Khalifah Harun ar-Rasyid (memerintah 786–809).

Kemudian ada juga uraian fikih secara luas yang dikemukakan seorang ulama ketika ia membahas hadis, seperti kitab al-Muwaththa’ yang disusun Imam Malik. Kitab ini merupakan kitab hadis, tetapi disusun sesuai dengan urutan permasalahan fikih, sehingga buku ini dianggap ulama sesudahnya cenderung ke fikih.

Kitab fikih yang disusun secara sistematis, sebagaimana yang dijumpai sekarang, baru muncul pada awal abad ke-3 H. Misalnya, al-Mudawwanah, kitab fikih standar dalam Mazhab Maliki, dan al-Umm yang disusun Imam Syafi‘i.

Kitab fikih yang disusun secara sistematis memulai pembahasannya dari masalah taharah seperti bersuci, penggunaan air, mandi, dan wudu; kemudian masalah ibadah seperti salat, puasa, zakat, dan haji; muamalah seperti jual beli, ijarah (sewa-menyewa), ‘Ariyah (barang pinjaman), wadi‘ah (barang titipan), luqatah (barang temuan), mafqud (orang hilang), pailit, pengampuan, perdamaian, hak milik, wasiat, wakaf, sumpah, penyembelihan binatang, dan nazar; masalah hukum keluarga seperti pinangan, perkawinan, perceraian, nafkah, pemeliharaan anak, dan waris; masalah hudud dan kisas; masalah peradilan dengan semua perangkatnya; masalah jihad; dan masalah perang dan damai.

Kitab fikih ada yang disusun sesuai dengan mazhab fikih yang ada seperti Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi‘i, Hanbali, az-Zahiri, Ja‘fari, Zaidiyah, dan al-Ibadiyah. Mazhab Ja‘fari dan Zaidiyah termasuk dalam golongan Syiah, sedangkan al-Ibadiyah termasuk mazhab dan sekte Khawarij. Ada juga kitab fikih kontemporer yang tidak terikat dengan mazhab tertentu.

Kitab Fikih Mazhab Hanafi. Kitab fikih standar dalam Mazhab Hanafi ada 20 buku. Yang terpenting adalah sebagai berikut.

(1) Zahir ar-Riwayah, disusun Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani. Kitab ini dinamakan Zahir ar-Riwayah karena pendapat yang dikemukakan di dalamnya merupakan pendapat terkuat (rajih) dalam Mazhab Hanafi.

Kitab ini merupakan kumpulan dari ijtihad Imam Hanafi yang disusun dalam enam jilid. Jilid pertama dinamakan al-Jami‘ al-Kabir, menguraikan berbagai masalah fikih. Menurut Muhammad Mustafa az-Zu-haili (guru besar fikih di Universitas Damascus), manuskrip kitab ini masih ada.

Jilid kedua adalah al-Jami‘ as-Shagir, memuat empat puluh masalah fikih, tetapi belum sistematis. Buku ini kemudian disusun sesuai dengan bab-bab fikih oleh Imam Abu Tahir ad-Dibas, ulama Mazhab Hanafi abad ke-4 H. Kitab ini dicetak di Mesir, India, dan Istanbul (Turki).

Jilid ketiga adalah as-Siyar al-Kabir, membahas permasalahan jihad dan hubungan antara muslim dan nonmuslim secara luas. Manuskrip buku ini masih ada di Istanbul dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Turki. Jilid keempat dinamai as-Siyar as-Shagir, membahas masalah yang sama dengan jilid sebelumnya. Manuskripnya masih ada di Istanbul dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Turki.

Jilid 5 adalah al-Mabsuth, terdiri dari enam jilid. Dalam kitab ini dimuat berbagai pendapat Imam Hanafi dalam masalah fikih, baik yang disetujui Imam asy-Syaibani dan Imam Abu Yusuf, maupun yang mereka bantah. Manuskripnya juga ada di Istanbul. Jilid 6 berjudul az-Ziyadah yang disusun Imam asy-Syaibani setelah al-Jami‘ al-Kabir. Dalam buku ini dibahas persoalan yang tidak tercakup dalam al-Jami‘ al-Kabir. Manuskrip kitab ini juga ada di Istanbul.

(2) An-Nawadir, juga disusun Imam asy-Syaibani. Buku ini memuat permasalahan yang tercecer dari zahir ar-Riwayah, terdiri dari empat judul yang terpisah, yaitu al-Haruniyyah, al-Kisaniyyah, al-Jurjaniyyah, dan ar-Raqiyyah.

(3) Al-Kafi, disusun Abi al-Fadl Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Maruzi (w. 334 H/945 M). Kitab ini merupakan gabungan dari enam judul bagian buku zahir ar-Riwayah. Dalam al-Kafi, persoalan yang berulang dalam enam bagian zahir ar-Riwayah dihapuskan. Al-Kafi kemudian disyarah Imam as-Sarakhsi (w. 483 H/1090 M).

(4) Al-Mabsuth, merupakan syarah (penjelasan) dari al-Kafi, disusun Imam as-Sarakhsi. Buku ini disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dan lugas, dibarengi dengan berbagai alasan. Di samping itu, dalam pembahasannya di setiap bab dikemukakan juga pendapat mazhab lain dengan alasannya, kemudian keunggulan pendapat Mazhab Hanafi.

Manuskrip buku ini ada di Dar al-Kutub al-Misriyyah (Cairo) dan telah dicetak berulang kali. Buku ini merupakan salah satu rujukan fikih di perguruan tinggi Islam, termasuk di Indonesia.

(5) Raudah al-Qudat wa Tariq an-Najah, disusun Abi al-Qasim Ali bin Muhammad bin Ahmad ar-Rahbi as-Simnani (w. 499 H/1105 M). Kitab ini khusus berbicara tentang masalah peradilan dalam Mazhab Hanafi dibandingkan dengan Mazhab Syafi‘i. Buku ini disusun as-Simnani atas permintaan Nizam al-Mulk dari Dinasti Seljuk. Kitab ini dicetak dalam empat jilid di Baghdad 1393 H/1973 M dengan komentar Dr. Salahuddin an-Nahi, ahli fikih Irak.

(6) Tuhfah al-Fuqaha’, disusun Alauddin Muhammad bin Ahmad as-Samarqandi (w. 539 H/1145 M). Buku ini disusun tidak terlalu panjang, namun sistematis dan bahasanya mudah dipahami serta argumentasi yang dikemukakan jelas. Buku ini kemudian dikomentari Dr. Zaki Abdul Barr, ahli fikih Suriah, dan dicetak di Damascus 1377 H/1958 M dalam tiga jilid. Buku ini merupakan buku rujukan di Fakultas Syariah Universitas Damascus. Pada 1964 buku ini dikomentari lagi oleh Dr. Wahbah az-Zuhaili (guru besar fikih Universitas Damascus) dan dicetak dalam empat jilid.

(7) Bada’i‘ as-sana’i‘, disusun Alauddin Abi Bakr bin Mas‘ud bin Ahmad al-Kasani (w. 587 H/1191 M). Buku ini merupakan syarah dari buku Tuhfah al-Fuqaha’, tetapi sistematikanya disesuaikan dengan sistematika fikih. Buku ini kemudian dikomentari Zakaria Ali Yusuf, ahli fikih Mesir, dan dicetak dalam sepuluh jilid. Buku ini merupakan salah satu buku referensi di perguruan tinggi Islam, termasuk di Indonesia.

(8) Al-Hidayah dan syarahnya, Fath al-Qadir, disusun Ali bin Abu Bakr al-Marginani (w. 593 H/1197 M). Buku yang disusun dengan ringkas dan sistematis ini juga merujuk pada Zahir ar-Riwayah. Buku ini kemudian disempurnakan Hisamuddin bin Ali as-Safgani (w. 710 H/1310 M) dan Akmaluddin Muhammad bin Mahmud al-Barbati (w. 786 H/1384 M).

Selanjutnya buku ini diringkas Mahmud bin Ahmad al-Qunuwi (w. 770 H/1369 M). Secara khusus Imam az-Zaila’i (w. 743 H/1342 M) mentakhrij (meneliti kesahihan) hadis yang dipergunakan dalam kitab tersebut dalam kitabnya Nasb ar-Rayah fi Takhrij Ahadits al-Hidayah. Al-Hidayah telah dicetak berulang kali di Cairo dan Beirut dalam empat jilid. Buku ini juga merupakan buku rujukan fikih di perguruan tinggi Islam, termasuk di Indonesia.

(9) Durar al-Hukkam fi Gurar al-Ahkam, disusun Muhammad bin Faramuz (w. 885 H/1480 M). Kitab ini memuat 55 topik fikih dalam 120 bab dan telah diberi komentar oleh beberapa penulis, di antaranya Hasan bin Ammar asy-Syarunbalali (w. 1069 H/1659 M), dosen fikih di Universitas al-Azhar, Cairo. Kitab ini dicetak dalam dua jilid.

(10) Al-Bahr ar-Ra’iq Syarh Kanz ad-Daqa’iq, disusun Zainuddin bin Ibrahim bin Muhammad, yang populer dengan nama Ibnu Nujaim (w. 970 H/1563 M). Kitab ini termasuk salah satu kitab yang lengkap dan penting dalam Mazhab Hanafi.

Buku ini kemudian disyarah Abu al-Barakat Hafizuddin Abdullah bin Ahmad bin Mahmud an-Nasafi (w. 710 H/1310 M) dengan nama Kanz ad-Daqa’iq, dan disyarah lagi oleh Imam az-Zaila’i dengan nama Tabyun al-Haqa’iq, di samping syarah yang disusun sendiri oleh Imam Ibnu Nujaim.

Buku ini mengemukakan berbagai bahasan fikih, antara lain: (a) kaidah fikih, (b) al-asybah wa an-naza’ir (persoalan-persoalan yang mirip dan sebanding), (c) al-jam‘ wa al-farq (persoalan-persoalan yang bisa dikompromikan dan dibedakan), (d) halah (melakukan suatu perbuatan dengan tujuan meninggalkan suatu kewajiban yang lebih penting), dan (e) riwayat-riwayat yang dinukilkan orang tentang Imam Hanafi, kedua sahabatnya (Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan asy-Syaibani), dan guru Imam Hanafi.

Kitab ini telah dicetak berulang kali, antar lain oleh Mu‘assasah al-Halabi Mesir 1387 H/1968 M. Kemudian buku ini diberi komentar oleh Abdul Aziz Muhammad al-Wakil, ahli fikih dari Suriah, dan dicetak di Dar al-Fikr Damascus 1403 H/1983 M.

(11) Al-Fatawa al-Hindiyyah, disusun sekelompok ulama India yang dipimpin Syekh Nizamuddin, seorang pakar fikih, atas permintaan penguasa India ketika itu, Sultan Abu al-Muzaffar Muhyiddin Aurangzeb (Alamgir I, 1658–1707). Buku ini dinamakan juga al-Fatawa al-‘Alamgariyyah. Buku ini merupakan kumpulan fatwa Mazhab Hanafi dan dicetak dalam enam jilid besar.

(12) Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala ad-Durr al-Mukhtar atau dikenal juga dengan nama Hasyiyah Ibn ‘abidin, disusun Muhammad Amin bin Umar, yang lebih populer dengan nama Ibnu Abidin (w. 1252 H/1836 M). Kitab ini merupakan kitab fikih populer di kalangan ulama Mazhab Hanafi generasi belakangan (muta’akhkhirin).

Buku ini banyak sekali menguraikan permasalahan yang muncul di zamannya, dengan metode yang berlaku dalam Mazhab Hanafi. Kitab ini merupakan syarah dari ad-Durr al-Mukhtar oleh al-Haskafi (w. 1088 H/1677 M).

Ad-Durr al-Mukhtar merupakan syarah dari Tanwir al-Absar yang disusun at-Tamartasyi (w. 1004 H/1596 M). Ketiga buku ini kemudian disusun dan digabungkan dengan nama Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala ad-Durr al-Mukhtar fi Syarh Tanwir al-Absar dan lebih populer dengan nama hasyiyah Ibn ‘abidin.

Ketika Ibnu Abidin wafat, kitab ini belum sempurna. Kemudian oleh anaknya, Muhammad Alauddin (w. 1306 H/1888 M), karya ini disempurnakan dan dinamai Gurrah ‘Uyun al-Akhbar li Takmilah Radd al-Muhtar. Hasyiyah Ibn ‘abidin telah dicetak ulang beberapa kali dalam lima jilid besar, ditambah dengan takmilah (penyempurnaan)-nya, oleh Muhammad Alauddin dalam dua jilid.

Kemudian buku ini dicetak menjadi enam jilid oleh penerbit al-Halabi Mesir 1386 H/1966 M, ditambah dengan takmilahnya dua jilid besar. Buku ini juga menjadi rujukan di berbagai perguruan tinggi Islam, termasuk di Indonesia.

(13) Majallah al-Ahkam al-‘Adliyyah, disusun oleh lajnah (panitia) khusus yang terdiri dari ulama-ulama Mazhab Hanafi pada 1286 H. Buku ini merupakan hukum perdata yang berlaku di Kerajaan Turki Usmani. Buku ini disusun dengan sistem nomor, sesuai dengan pembahasan fikih, sehingga mencapai 1.851 pasal.

Kitab ini dinyatakan berlaku untuk seluruh wilayah Turki Usmani sejak 26 Syakban 1293. Kitab ini dianggap sebagai kodifikasi hukum Islam (fikih) pertama, yang disusun agar tercipta unifikasi hukum yang akan diterapkan di seluruh peradilan di bawah pemerintahan Turki Usmani. Kitab ini pertama kali dicetak dalam bahasa Turki 1297 H/1880 M dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ali Haydar, ahli fikih Turki.

Kitab Fikih Mazhab Maliki. Ada 14 kitab fikih yang menjadi sumber dalam Mazhab Maliki. Yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut.

(1) Al-Mudawwanah, disusun Imam Malik bin Anas (w. 179 H/795 M). Buku ini merupakan kumpulan tanya jawab masalah fikih yang diajukan kepada Imam Malik, yang kemudian dibukukan Abdus Salam bin Sa’id at-Tanukhi (w. 240 H/845 M), yang populer dengan nama Sahnun.

Kitab ini dianggap sebagai kitab utama dalam Mazhab Maliki yang memuat 6.200 masalah dan disusun sesuai dengan sistematika fikih. Buku ini dicetak oleh penerbit as-Sa‘adah Mesir dalam delapan jilid besar, dengan pengantar dari Abu al-Walid Muhammad bin Rusyd (w. 520 H/1126 M).

(2) Ad-Dakhirah, disusun Syihabuddin Ahmad bin Idris, yang populer dengan nama Imam al-Qarafi (w. 684 H/1285 M). Buku ini merupakan ensiklopedi fikih. Pembahasannya tidak saja mengemukakan pendapat Mazhab Maliki, tetapi juga membandingkan berbagai pendapat, mulai dari pendapat sahabat, tabiin, ahlurra’yi, dan ahlulhadis.

Al-Qarafi berpedoman kepada Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan al-Muwaththa’ dalam menyusun argumentasi yang dipergunakan untuk mendukung pendapatnya. Buku ini terdiri dari enam jilid besar dan manuskripnya masih terdapat di Dar al-Kutub al-Misriyyah, Cairo. Namun, jilid ketiga dari buku ini masih belum ditemukan. Kemudian buku ini dicetak Dar al-Kutub al-Misriyyah dalam sembilan jilid besar.

(3) Anwar al-Baruq fi Anwa‘ al-Furuq, disusun Imam al-Qarafi. Buku ini khusus berbicara tentang kaidah fikih serta menguraikan hukum-hukum fikih. Kitab ini dicetak dalam empat jilid oleh Dar Ihya‘ al-Kutub al-‘Arabiyyah Mesir 1344 H.

(4) Mukhtashar Khalil, disusun Khalil bin Ishaq bin Musa al-Jundi al-Maliki. Buku ini merupakan buku ringkasan fikih dengan mengemukakan pendapat populer dalam Mazhab Maliki tanpa mengemukakan pendapat mazhab lain. Kitab ini telah dikomentari berbagai ahli fikih yang jumlahnya mencapai 60 syarah. Buku ini telah berulang kali dicetak.

(5) Tabsirah al-Hukkam fi Ushul al-‘Aqdiyyah wa Manahij al-Ahkam, disusun Burhanuddin Ibrahim bin Ali, yang lebih populer dengan nama Ibnu Farhun al-Maliki (w. 799 H/1397 M). Kitab ini terdiri atas tiga pembahasan besar, yaitu (a) peradilan dengan segala syarat, rukun, dan hukumnya; (b) gugatan dan alat bukti dengan segala perangkatnya; dan

(c) Siyasah asy-syar‘iyyah (hubungan antara penguasa dan warganya) dengan segala permasalahannya. Para ahli fikih menganggap buku ini adalah yang terlengkap yang berbicara tentang peradilan dengan segala perangkatnya. Kitab ini dicetak Dar asy-Syarqiyyah Mesir 1301 H/1884 M dalam dua jilid besar.

(6) Adah al-Masalik ila Qawa‘id al-Imam Malik, disusun Ahmad bin Yahya bin Muhammad al-Winsarisi (w. 914 H/1508 M). Penulisnya memilih 118 kaidah fikih penting, kemudian menguraikannya dengan contoh yang sesuai dengan permasalahan yang ada di zamannya. Kitab ini dicetak di Rabat, Maroko, 1400 H/1980 M dalam satu jilid.

(7) Hasyiyah ad-Dasuqi, disusun Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Urfah ad-Dasuqi (w. 1230 H/1815 M). Buku ini merupakan komentar atas buku gurunya, ad-Dardir Ahmad bin Muhammad (w. 1201 H/1787 M). Kitab ini dikomentari Muhammad Alis (w. 1299 H/1882 M), mantan mufti Mesir, dan dicetak oleh Dar Ihya‘ al-Kutub al-‘Arabiyyah Mesir dalam empat jilid.

Kitab Fikih Mazhab Syafi‘i. Kitab fikih yang dijadikan rujukan dalam Mazhab Syafi‘i ada 23 buku. Yang terpenting di antaranya adalah sebagai berikut.

(1) Al-Umm, disusun langsung oleh Imam Syafi‘i (w. 204 H/820 M). Kitab ini disusun secara sistematis sesuai dengan bab-bab fikih. Kitab yang memuat pendapa Imam Syafi‘i dalam berbagai masalah fikih ini merupakan rujukan utama dalam Mazhab Syafi‘i. Dalam kitab ini juga dimuat pendapat-pendapat Imam Syafi‘i yang dikenal dengan sebutan al-qaul al-qadim (pendapat lama) dan al-qaul al-jadid (pen-dapat baru). Kitab ini dicetak berulang kali dalam delapan jilid bersamaan dengan kitab usul fikih Imam Syafi‘i yang dinamai ar-Risalah 1321 H/1903 M.

(2) Mukhtahar al-Muzani, disusun Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzanni (w. 264 H/878 M), merupakan ringkasan dari al-Umm. Kitab ini telah disyarah beberapa orang ahli fikih dan dicetak oleh Matba‘ah asy-Sya’b Mesir 1388 H/1968 M bersamaan dengan al-Umm.

(3) Al-Hawi al-Kabir, disusun Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi (w. 450 H/1058 M). Kitab ini secara khusus membahas perbandingan Mazhab Syafi‘i dengan mazhab lainnya. Kitab ini terdiri dari 24 jilid yang membahas seluruh persoalan fikih dengan alasan-alasannya. Kitab ini masih berbentuk manuskrip di Dar al-Kutub al-Misriyyah.

(4) Al-Ahkam as-Sulthaniyyah wa al-Wilayat ad-Diniyyah, juga disusun Imam al-Mawardi. Kitab ini memuat pembahasan mengenai politik, harta benda, peradilan, ketata negaraan, dan militer. Kitab ini dianggap sebagai kitab politik populer dalam fikih Islam yang mengalami cetak ulang beberapa kali.

(5) Nihayah al-Mathlab fi Dirayah al-Madzhab, disusun Imam al-Juwaini (w. 478 H/1085 M). Kitab ini merupakan kitab terpenting dalam fikih Syafi‘i. Pembahasannya tidak saja mengemukakan pendapat Mazhab Syafi‘i dalam seluruh persoalan fikih, tetapi juga membandingkannya dengan mazhab lain. Buku ini merupakan ringkasan dari Mukhtashar al-Muzani, tetapi disyarah dengan lebih luas. Kitab ini terdiri dari 16 jilid dan masih berbentuk manuskrip di Dar al-Kutub al-Misriyyah (Mesir), perpustakaan Iskandariyah (Mesir), perpustakaan Aya Sofia (Turki), dan perpustakaan az-Zahiriyah (Damascus, Suriah).

(6) Giyas al-Umam fi at-Tiyas aˆ-Zulam, disusun Imam al-Juwaini atas permintaan Nizam al-Mulk. Isinya tentang masalah politik dan pemerintahan. Buku ini pertama kali dicetak oleh Dar ad-Da‘wah Iskandariyah, Mesir, 1400 H/1980 M dalam 4 jilid.

(7) Al-Wasith, disusun Imam al-Ghazali (w. 505 H/1111 M), merupakan ringkasan dari al-Basith juga karya al-Ghazali. Kitab ini dianggap sebagai generasi ke-4 dalam jajaran kitab fikih rujukan dalam Mazhab Syafi‘i, setelah al-Umm, Mukhtahar al-Muzani, dan Nihayah al-Mathlab. Kitab ini terdiri dari enam jilid dan masih berbentuk manuskrip.

(8) Fath al-‘Aziz fi Syarh al-Wajiz, disusun Abu al-Qasim Abdul Karim bin Muhammad ar-Rafi’i (w. 632 H/1226 M). Buku ini dinilai sebagai yang terbaik dalam Mazhab Syafi‘i dan menjadi rujukan dalam Mazhab Syafi‘i. Kitab ini telah dikomentari beberapa ulama, seperti al-Janjani (w. 625 H/1228 M), al-Uqaili (w. 769 H/1368 M) yang diberi nama Mukhtahar al-‘Uqaili, Ibnu ar-Rubwah al-Hanafi (w. 852 H/1422 M), Ibnu Jama’ah (w. 867 H/1463 M), dan Imam as-Suyuti (w. 911 H/1505 M). Kitab ini masih berbentuk manuskrip di perpustakaan al-Muniriyyah Mesir, dan sebagiannya dicetak bersamaan dengan kitab Majmu‘ Syarh Muhadzdzab karya Imam Nawawi (w. 676 H/1277 M).

(9) Minhaj at-Talibin, disusun Imam Nawawi, merupakan ringkasan dari al-Muharrar fi al-Furu‘ asy-Syai‘iyyah yang disusun Imam ar-Rafi‘i. Buku ini termasuk buku fikih generasi keenam dalam jajaran sumber fikih Mazhab Syafi‘i dan telah dikomentari beberapa ulama Syafi‘i, antara lain Imam al-Khatib asy-Syarbaini (w. 977 H/1569 M) dengan judul Mugni al-Muhtaj; ar-Ramli (w. 1004 H/1596 M), Nihayah al-Muhtaj; al-Mahalli (w. 864 H/1460 M), Kanz ar-Ragibin; dan Ahmad bin Hajar al-Haitami (w. 973 H/1565 M), Tuhfah al-Muhtaj li Syarh al-Minhaj. Minhaj at-Thalibin telah mengalami beberapa kali cetak ulang, baik secara tersendiri (tanpa komentar) maupun dengan komentar-komentarnya.

(10) Al-Majmu‘ Syarh Muhadzdzab, disusun Imam Nawawi (w. 676 H/1277 M), merupakan kitab rujukan paling lengkap dan paling akhir yang disusun dalam Mazhab Syafi‘i. Akan tetapi, kitab ini tidak sempat disempurnakan oleh Imam Nawawi. Al-Majmu‘ yang disusun langsung Imam Nawawi hanya sampai jilid tujuh.

Buku ini kemudian disempurnakan Imam Taqiyuddin as-Subki (w. 756 H/1355 M) dengan tiga jilid lagi. Namun as-Subki pun tidak sempat menulisnya secara sempurna, sehingga disempurnakan lagi oleh al-Hadrami dan al-Iraqi, keduanya ahli fikih.

Buku ini baru benar-benar sempurna di tangan Muhammad Najib al-Muti‘i, ahli fikih dari Mesir. Buku ini dicetak oleh penerbit al-Muniriyyah Mesir sebanyak 12 jilid, yaitu yang ditulis Imam Nawawi 9 jilid dan as-Subki 3 jilid. Kemudian buku ini dicetak lagi dalam 20 jilid dengan tambahan dari al-Muti‘i (jilid 13–20).

Kitab Fikih Mazhab Hanbali. Mazhab Hanbali memiliki 14 kitab fikih rujukan. Yang terpenting di antaranya sebagai berikut.

(1) Mukhtasar al-Khiraqi, disusun Abu Qasim Umar bin Husain al-Hanbali (w. 334 H/945 M), merupakan inti dari Mazhab Hanbali. Kitab ini telah disyarah Abu Ya‘la Muhammad bin Husain al-Farra‘ (w. 458 H/1066 M), kemudian Ibnu Qudamah (w. 620 H/1223 M) dengan judul al-Mugni yang merupakan buku fikih terlengkap dan terluas dalam Mazhab Hanbali.

(2) Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, disusun Abu Ya‘la Muhammad bin Husain al-Farra‘, merupakan buku tentang politik dan pemerintahan dalam Islam. Buku ini hanya satu jilid dan telah dicetak berulang kali.

(3) Al-Muqni, disusun Muwaffaquddin  Abu Muhammad Abdull­ah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah al-Maqdisi yang populer dengan nama Ibnu Qudamah, merupakan kitab fikih yang membahas secara khusus pendapat Mazhab Hanbali dalam berbagai masalah fikih. Buku ini juga mengalami berbagai komentar dari ahli fikih, seperti Abdur Rahman bin Abi Umar bin Qudamah al-Maqdisi (w. 682 H/1283 M) yang dicetak 1348 H dalam 12 jilid; Syamsuddin Muhammad bin Abi al-Fath al-Ba’li (w. 709 H/1309 M) dengan judul al-Mathla‘ ‘ala Abwab al-Muqni, Sa‘duddin

Mas‘ud al-Harisi (w. 711 H/1311 M); Abu al-Muhsin Yusuf bin Muhammad al-Maqdisi (w. 719 H/1319 M) dengan judul Kifayah al-Mustaqni‘ li Adillah al-Muqni; dan al-Mardawi Ali bin Sulaiman (w. 885 H/1480 M) dengan judul al-Insaf fi Ma‘rifah ar-Rajih min al-Khilaf. Al-Muqni telah mengalami beberapa kali cetak ulang dan diterbitkan penerbit al-Manar beserta syarahnya 1322 H/1904 M dalam dua jilid, kemudian dicetak lagi 1400 H/1980 M beserta syarahnya dalam empat jilid.

(4) Al-Muharrar fi al-Fiqh, disusun Majduddin Abu al-Barakat Abdus Salam bin Abdillah bin Taimiyah al-Harrani (w. 652 H/1254 M), merupakan kitab fikih sederhana yang membahas pendapat-pendapat terkuat dalam Mazhab Hanbali. Buku ini telah dicetak beberapa kali, di antaranya oleh percetakan as-Sunniyyah al-Muhammadiyyah Mesir 1369 H/1950 M dalam dua jilid.

(5) Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, merupakan kumpulan pendapat dan tulisan Ibnu Taimiyah (w. 728 H/1328 M) yang disusun Abdur Rahman bin Qasim dan anaknya, Muhammad bin Abdur Rahman bin Qasim. Buku ini dicetak dalam 35 jilid 1382 H/1962 M di Riyadh. Majmu‘ Fatawa Ibn Taimiyah membahas berbagai persoalan agama, yaitu: akidah (jilid 1–12), tafsir (jilid 13–17), hadis (jilid 18), usul fikih (jilid 19–20), dan fikih (jilid 21–35).

(6) Ath-Thuruq al-Hukmiyyah fi as-Siyasah asy-Syar‘iyyah, disusun Ibnu Qayyim al-Jauziyah (w. 751 H/1352 M), membahas persoalan politik, pemerintahan, peradilan, dan persoalan gugatan di peradilan. Buku yang hanya satu jilid ini telah dicetak beberapa kali, di antaranya oleh al-Mu‘assasah al-‘Arabiyyah li at-Tiba’ah wa al-Nasyr (Cairo) 1380 H/1961 M dan Dar al-Bayan (Damascus) 1410 H/1979 M.

(7) Al-Furu‘, disusun Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad bin Muflih al-Maqdisi (w. 763 H/1362 M), merupakan kitab fikih yang menghimpun pendapat Mazhab Hanbali yang tidak disertai dengan dalil. Kitab ini dicetak di Matba‘ah al-Manar Mesir 1345 H/1926 M dalam enam jilid, kemudian dicetak ulang 1379 H/1960 M.

(8) Al-Qawa‘id, disusun Abu al-Farj Abdur Rahman bin Ahmad, yang populer dengan nama Ibnu Rajab (w. 795 H/1393 M), merupakan kitab kaidah fikih. Kitab ini telah dicetak berulang kali, di antaranya oleh Maktabah al-Kulliyyah al-Azhariyyah Mesir 1392 H/1977 M. Buku ini hanya satu jilid besar.

(9) Kasysyaf al-Qina‘ ‘an Matn al-Iqna‘, disusun Mansur bin Yunus bin Idris al-Bahuti (w. 1051 H/1641 M), merupakan buku mazhab terlengkap dan dijadikan pedoman dalam berfatwa dan masalah peradilan. Buku ini telah dicetak beberapa kali, di antaranya di Mesir, Beirut, dan terakhir di Mekah 1394 H dalam enam jilid.

Kitab Fikih Mazhab Ja‘fari. Mazhab Ja‘fari memiliki tiga kitab fikih rujukan.

(1) Syara’i al-Islam fi Masa’il al-Halal wa al-Haram, disusun oleh Abu al-Qasim Ja‘far bin Hasan bin Yahya al-Hazli (w. 676 H/1277 M) dan merupakan kitab rujukan utama dalam Mazhab Ja‘fari. Kitab ini memuat seluruh aspek fikih dalam Mazhab Ja‘fari dan telah dicetak beberapa kali, antara lain oleh Maktabah al-Hayat (Beirut) dalam dua jilid. Syarah terpenting kitab ini ditulis Muhammad bin Hasan bin Muhammad al-Baqir an-Najfi yang berjudul Jawahir al-Kalam.

(2) Al-Mukhtasar an-Nafi‘, disusun Abu al-Qasim Ja‘far bin Hasan bin Yahya al-Hazli, merupakan ringkasan dari Syara’i‘ al-Islam fi Masa’il al-Halal wa al-Haram. Buku ini dicetak Kementerian Wakaf Mesir dua kali. Cetakan keduanya 1377 H/1957 M dalam satu jilid.

(3) Ar-Raudh al-Bahiyyah Syarh al-Lum‘ah ad-Dimasyqiyyah, disusun Zainuddin bin Ali bin Ahmad al-Amili al-Jab’i (w. 966 H/1559 M). Buku yang disusun berdasarkan sistematika fikih ini terdiri dari dua jilid dan diterbitkan Dar al-Kutub al-‘Arabi Mesir 1378 H/1958 M.

Kitab Fikih Mazhab Zaidiyah. Kitab fikih rujukan dalam Mazhab Zaidiyah ada tiga, sebagai berikut.

(1) Al-Majmu‘, disusun Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abi-din (w. 122 H/740 M), merupakan kitab fikih pertama di awal abad ke-2 H yang sampai pada kita. Buku ini merupakan rujukan utama dalam fikih Zaidiyah yang disusun sesuai dengan sistematika fikih. Kebenaran kitab ini sebagai tulisan cicit Ali bin Abi Thalib menjadi perbincangan di kalangan ulama fikih.

Imam Muhammad Abu Zahrah (w. 1394 H/1974 M), tokoh fikih dari Mesir, meneliti kebenaran penyusun kitab ini. Dalam bukunya, Imam Zaid, ia menyatakan bahwa kitab ini bukan disusun Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin, tetapi oleh murid-muridnya berdasarkan fikih Imam Zaid. Kitab ini dicetak di berbagai kota, seperti Cairo dan Damascus, beberapa kali.

(2) Al-Bahr az-Zakhkhar al-Jami‘ li Madzahib ‘Ulama’ al-Amhar, disusun Ahmad bin Yahya al-Murtada (w. 840 H/1437 M). Secara berturutan, buku ini membahas akidah, ibadah, muamalah, dan diakhiri dengan akhlak. Isinya tidak hanya mengemukakan pendapat dalam Mazhab Zaidiyah, tetapi juga mengulas pendapat para sahabat, tabiin, serta ulama-ulama mazhab lainnya dengan berbagai ala­sannya. Kitab ini dicetak pertama kali dalam lima jilid oleh Maktabah al-Khaniji Cairo 1366 H/1947 M.

(3) Ar-Rau«dh an-Nadir, disusun Syarifuddin al-Husain bin Ahmad bin Husain as-Siyagi (w. 1221 H/1806 M), merupakan syarah dari al-Majmu‘. Al-Majmu’ disyarah menjadi empat jilid, namun sebelum sempurna as-Siyagi telah wafat.

Kemudian penyusunannya disempurnakan Abbas bin Ahmad al-Husaini, tokoh fikih Zaidiyah abad ke-14 H, menjadi lima jilid. Kitab ini dicetak pertama kali oleh Matba‘ah as-Sa‘adah Mesir 1347 H/1928 M, dan cetakan keduanya oleh Dar al-Bayan Damascus dan Maktabah al-Mu‘ayyad di Ta’if, Arab Saudi, 1388 H/1967 M.

Kitab Fikih Mazhab al-Ibadiyah. Kitab fi­kih rujukan Mazhab al-Ibadiyah ada empat buku, sebagai berikut.

(1) Al-Ward al-Bassam fi Riyadh al-Ahkam, disusun Diya‘uddin Syekh Abdul Aziz bin Ibrahim as-Samini (w. 1223 H/1808 M), merupakan kitab pertama dalam Mazhab al-Ibadiyah, membahas tentang peradilan dan masalah-masalah fikih lainnya. Kitab ini dicetak di Maktabah at-Tunisiyyah, Tunis, 1345 H/1926 M.

(2) Fiqh al-Imam Jabir bin Zaid, disusun Yahya bin Muham-mad Bakus al-Ibadi, merupakan kitab fikih yang menghimpun fatwa Imam Jabir bin Zaid (w. 93 H/712 M), ulama tabiin. Kitab ini dicetak pertama kali oleh Dar al-Garb Beirut 1407 H/1986 M.

(3) At-Takmil li Ba‘dh Ma Akhalla bih Kitab an-Nail, juga disusun as-Samini. Kitab ini khusus membahas persoalan tanah dengan segala permasalahannya, merupakan ringkasan Ushul al-Aradhiyyin (enam jilid, ditulis Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Bakr [w. 504 H/1111 M]). Isinya didasarkan pada pendapat yang kuat da­lam Mazhab al-Ibadiyah tanpa diiringi alasannya. Kitab­ ini diterbitkan Maktabah al-‘Arab di Tunis 1344 H/1925 M.

(4) Syarh an-Nail wa Syifa’ al-Galil, disusun Muhammad bin Yusuf bin Isa Athfisy (w. 1332 H/1914 M), merupakan syarah dari an-Nail yang disusun as-Samini. Buku ini berbicara secara luas tentang fikih al-Ibadiyah, terdiri dari sepuluh jilid besar. Kitab ini dicetak al-Matba‘ah as-Salafiyah Mesir 1343 H/1924 M.

Kitab Fikih Mazhab az-Zahiri. Kitab rujuk­an­ fikih dalam Mazhab Zahiri hanya satu, yaitu al-Muhalla yang disusun Ibnu Hazm al-Andalusi (w. 456 H/1064 M). Kitab ini tidak hanya menguraikan pendapat fikih az-Zahiri, tetapi juga membandingkannya dengan pendapat fikih mazhab lainnya.

Kitab ini diawali dengan penjelasan metode berijtihad yang dipergunakan Mazhab az-Zahiri, baru kemudian disusul dengan pembahasan berbagai masalah fikih secara sistematis. Kitab ini terdiri dari 11 jilid dan telah dicetak berkalikali, di antaranya oleh al-Matba‘ah al-Muniriyyah Mesir, dengan komentar Ahmad Muhammad Syakir, ahli fikih Mesir, 1347 H/1928 M.

Kitab Fikih Modern. Kitab fikih modern yang dianggap populer karena dirujuk oleh berbagai perguruan tinggi Islam di berbagai kawasan Islam adalah sebagai berikut.

(1) At-Tasyri‘ al-Jina’i al-Islami Muqaranan bi al-Qanun al-Wadh‘i, disusun Abdul Qadir Audah (w. 1373 H/1953 M). Kitab ini khusus berbicara tentang hukum pidana Islam dan membandingkannya dengan hukum pidana positif yang berlaku di Perancis, Mesir, Suriah, dan lain-lain.

Pe­nyusunannya sistematis dan ilmiah, dengan diberi catatan kaki, indeks, dan bibliografi. Kitab ini terdiri dari dua jilid dan telah dicetak beberapa kali, di antaranya oleh Dar al-’Urubah Cairo 1384 H/1964 M dan Mu‘assasah ar-Risalah Beirut pada tahun yang sama.

(2) Al-Milkiyyah wa Nazariyyah al-‘Aqd fi asy-Syari‘ah al-Islamiyyah, disusun Imam Muhammad Abu Zahrah (w. 1394 H/1974 M), guru besar syariat Islam di Fakultas Hukum Universitas Cairo, Mesir. Isinya secara khusus membahas persoalan transaksi, harta, dan pemilikan dalam sya­riat Islam. Buku ini dicetak pertama kali oleh Dar al-Fikr al-‘Arabi Mesir 1357 H/1939 M.

(3) Masadir al-Haqq fi al-Fiqh al-Islami, disusun Abdur Razzaq Ahmad as-Sanhuri, ahli fikih Mesir, yang disusun sesuai dengan sistematika penulisan hukum positif Barat. Isinya membicarakan permasalahan hak dalam muamalah dan membandingkannya dengan hukum positif Barat. Buku ini merupakan buku pegangan bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Cairo, dan dicetak pertama kali oleh Universitas Cairo 1357 H/1939 M.

(4) Maush‘ah al-Fiqh al-Islami, disusun al-Majlis al-A‘la li asy-Syu‘un al-Islamiyyah Cairo. Buku ini merupakan ensiklopedi fikih yang disusun dengan mengemukakan berbagai pendapat mazhab. Semula ide penyusunan ini muncul dari Fakultas Syariah Universitas Damascus, Suriah. Ide ini kemudian ditampung ulama Cairo ketika Suriah dan Mesir bersatu 1958.

Pada 1961 dibentuk panitia penyusunan buku ini. Mulanya buku ini bernama Mausu‘ah Jamal ‘Abd an-Nasir fi al-Fiqh al-Islami (Ensiklopedi Gamal Abdel Nasser tentang Fikih Islam). Buku ini terbit pertama kali 1381 H/1961 M dalam bentuk yang belum sistematis.

Pada 1386 H/1966 M terbit jilid pertama yang membahas tentang definisi fikih, sumber fikih, pembagian fikih, dan sejarah pembukuannya, kemudian diiringi dengan pembahasan berbagai istilah fikih secara al-fabetis. Sejak saat itu buku ini tiap tahun terbit sampai 23 jilid.

(5) Al-Mausu‘ah al-Fiqhiyyah, disusun Ke­menterian Wakaf dan Urusan Agama Islam Kuwait. Jilid pertamanya terbit 1400 H/1980 M, jilid kedua 1402 H/1982 M, sampai 1408 H/1988 M telah mencapai 15 jilid, dan pada 1995 telah beredar sampai 19 jilid.

(6) Mu‘jam al-Fiqh al-Hanbali, disusun oleh Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam Kuwait pada 1393 H/1973 M dalam dua jilid besar. Kitab ini merupakan ensiklopedi fikih Mazhab Hanbali tanpa mengemukakan pendapat mazhab lain.

(7) Al-Madkhal al-Fiqhi al-‘amm, disusun Ahmad Mustafa az-Zarqa, mantan guru besar fikih Islam di Fakultas Hukum Universitas Damascus dan sekarang guru besar fikih Islam di Universitas Yordania.

Kitab ini terdiri dari tiga jilid. Jilid pertama berbicara tentang sejarah dan sumber fikih Islam, sejarah munculnya mazhab fikih dan sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat ulama, dan gerakan pembukuan fikih. Jilid kedua berbicara tentang teori dasar pembentukan hukum fikih. Jilid ketiga berbicara tentang kaidah-kaidah fikih. Buku ini pertama kali dicetak oleh Dar al-Fikr Damascus.

(8) Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, disusun Wahbah az-Zuhaili, guru besar fikih dan usul fikih di Universitas Damascus, Suriah. Buku ini adalah buku fikih terlengkap yang ditulis secara sistematis dan ilmiah, serta mengemukakan berbagai pendapat mazhab fikih.

Buku ini terbit pertama kali 1404 H/1984 M dalam delapan jilid, diterbitkan oleh Dar al-Fikr Damascus. Buku ini menjadi rujukan di perguruan tinggi Islam di berbagai belahan dunia Islam, termasuk di Indonesia.

Kitab Fikih di Indonesia. Kitab fikih yang memuat secara lengkap pembahasan fikih dan ditulis ulama Indonesia sampai saat ini belum ada. Kitab fikih yang disusun ahli fikih Indonesia masih bersifat sebagian dari sistematika fikih secara keseluruhan. Karena itu, buku sumber fikih dalam kurikulum perguruan tinggi Islam di Indonesia tetap kitab fikih yang disusun ulama Timur Tengah.

Kitab fikih yang disusun ulama fikih Indonesia terbatas pada masalah fikih tertentu, misalnya khusus membahas masalah salat, puasa, zakat, ibadah, atau muamalah saja. Kitab fikih tersebut mencakup antara lain sebagai berikut:

(1) Fikih Islam, disusun Sulaiman Rasyid, diterbitkan 1964. Buku ini memuat masalah fikih mulai dari ibadah sampai muamalah, dan dijadikan rujukan di Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah.

(2) Kitab Fikih Islam Lengkap, disusun Drs. Mohammad Rifa’i, diterbitkan 1978. Buku ini memuat pembahasan fikih dalam bidang ibadah dan muamalah dalam bentuk yang sederhana dan ringkas.

(3) Kuliah Ibadah, disusun Prof. T.M. Hasbi ash-Shiddieqy, diterbitkan 1970. Isinya khusus membahas persoalan ibadah. Buku ini dijadikan rujukan di perguruan tinggi Islam.

(4) Fikih Mu‘amalah, juga disusun Prof. T.M. Hasbi ash-Shiddieqy. Buku ini diterbitkan 1974. Seperti buku sebelumnya, buku ini juga dijadikan rujukan di perguruan tinggi Islam.

(5) Al-Mu‘in al-Mubin, disusun oleh Abdul Hamid Hakim dalam bahasa Arab, terdiri atas lima jilid kecil. Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Sa‘adiyah, Bukittinggi, kemudian diterbitkan kembali oleh Bulan Bintang, Jakarta, tanpa menyebut tahun terbit. Buku ini tidak saja menjadi rujukan di berbagai pesantren di Indonesia, tetapi juga menjadi buku pegangan di sebagian perguruan tinggi Islam. Isinya hanya membahas persoalan muamalah, termasuk hukum waris.

(6) Masail Fiqhiyah, oleh Prof. Drs. H Masjfuk Zuhdi, diterbitkan 1989. Buku ini memuat pembahasan fikih kontemporer dalam empat puluh masalah, seperti hukum asuransi, inseminasi buatan, adopsi, bursa saham, perkawinan antaragama, homoseksual, dan transfusi darah. Menurut penulisnya, buku ini dimaksudkan untuk dijadikan buku pegangan di perguruan tinggi Islam dalam mata kuliah Masail Fiqhiyah (Masalah-Masalah Fikih).

Daftar Pustaka

Abdullah, Mustafa bin. Kasyf az-zunun ‘an Asami al-Kutub wa al-Funun. Istanbul: Maktabah Istanbul, 1351 H/1932 M.
al-Baghdadi, Ismail Basya. Hidayah al-‘arifin fi Asma’ al-Mu’allifin wa atsar al-Musannifin. Istanbul: Maktabah Istanbul, 1951.
al-Hamawi Ibnu Abdillah, Yaqut. Mu‘jam al-Udaba’. Cairo: Dar al-Ma’mun, 1938.
al-Maraghi, Abdullah Mustafa. al-Fath al-Mubin fi Tabaqat al-Ushuliyyin. Cairo: Muhammad Amin Damj wa Syuraka’uh, 1394 H/1974 M.
asy-Syairazi, Abu Ishaq. Tabaqat al-Fuqaha’. Beirut: Dar al-Raid al-‘Arabiy, 1970.
asy-Syafi‘i, Imam. ar-Risalah, Cairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1969.
az-Zuhaili, Muhammad. Marja‘ al-‘Ulum al-Islamiyyah. Damascus: Dar al-Ma‘rifah, t.t.
Nasrun Haroen