Abdur Rozzaq Fakhruddin, sebutan akrab Pak AR, adalah ulama, dai, pendidik, dan ketua pimpinan pusat Muhammadiyah selama 22 tahun. Ia adalah anak ketujuh dari sebelas bersaudara. Ayahnya bernama KH Fakhruddin, dan ibunya Nyai Fakhruddin binti Idris. Keduanya adalah mantan penghulu Pakualaman.
Abdur Rozzaq Fakhruddin menghabiskan masa kanak-kanaknya di Pakualaman. Setelah berusia 7 tahun, ia bersama orangtuanya pindah ke Purwangan dan di sana ia mendapat pendidikan di sekolah Standard School Muhammadiyah, Bausasran, sampai kelas dua.
Karena ayahnya tidak lagi menjadi penghulu (1923–1924) dan juga tidak berhasil dalam berdagang batik, orangtuanya pulang ke kampung halamannya, Desa Bleberan, Kelurahan Banaran, Kecamatan Balur, Kabupaten Kulonprogo. Lalu, Abdur Rozzaq Fakhruddin pindah ke SD Muhammadiyah Prenggan, Kotagede, dan tinggal bersama keluarga kakak perempuannya.
Fakhruddin menamatkan pendidikan Sekolah Dasarnya (SD) tahun 1928. Kemudian ia melanjutkan ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah 2 tahun belajar di Madrasah Muallimin, ia dipanggil pulang ke desanya untuk mengaji pada ayahnya di pondok Desa Bleberan.
Setelah 2 tahun menimba ilmu pada orangtuanya, tahun 1932 ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Guru Darul Ulum Muhammadiyah, Sewugalur, Kulonprogo, selama tiga tahun. Kemudian ia memasuki Tablig School Muhammadiyah selama satu tahun.
Dengan bekal pendidikan tersebut, tahun 1936 ia dikirim Pimpinan Pusat Muhammadiyah ke Palembang sebagai guru SD Muhammadiyah Cabang Talangbalai, Tanjungraja (sekarang Ogan Komering Ilir). Di sana Fakhruddin mendirikan Wusto Muallimin Muhammadiyah, setingkat dengan SMP.
Tahun 1938 ia pindah ke Cabang Muhammadiyah Kulak Pajeh, Sekayu Musi Ilir (sekarang Kabupaten MusiBanyuasin). Tahun 1941 ia pindah ke kantor Muhammadiyah Sungaibatang, di Sungaigerong, Palembang; mengajar di HIS (Hollandsche landsche School) Muhammadiyah, setingkat dengan SD, hingga 1942.
Kemudian ia pindah lagi ke Cabang Muhammadiyah Muara Meranjat, Tanjungraja, Ogan Komering Ilir, dan mengajar di sana sampai 1943.
Tahun 1944 Abdur Rozzaq Fakhruddin kembali ke Bleberan dan atas permintaan kepala sekolah Darul Ulum ia mengajar di sana dan menjadi anggota pengurus Muhammadiyah Sewugalur. Ketika Indonesia merdeka(1945), ia menjadi anggota Barisan Keamanan Rakyat (BKR) di kecamatan atau pasukan Hizbullah Yon 39 di bawah pimpinan H Dawam Rozi.
Tahun 1947, ia menjadi penghulu (Kepala Kantor Urusan Agama) di Adikarto (Wates). Tidak lama kemudian ia pindah ke Kulonprogo, Sentalo, dalam jabatan yang sama. Ia ikut bergerilya melawan Belanda tahun 1949. Selama 9 tahun (1950–1959) ia menjadi pegawai jawatan agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang berkantor di Kepatihan.
Tahun 1959 ia pindah ke Semarang menjabat sebagai kepala Kantor Penerangan Agama Propinsi Jawa Tengah sambil merangkap menjadi dosen luar biasa bidang studi Islamologi di Unissula, FKIP Undip, dan STO, di Semarang. Tahun 1964 ia kembali ke Yogyakarta dan menjadi kepala Kantor Penerangan Agama Propinsi DIY hingga pensiun 1972.
Dalam organisasi Muhammadiyah jabatan yang mula-mula dipercayakan kepadanya ialah ketua daerah Kota Madya Yogyakarta (1950–1951), Propinsi DIY (1952–1953), dan pembantu PP Muhammadiyah. Tahun 1956 –1988 ia menjadi wakil ketua PP Muhammadiyah.
Dalam tiap muktamar, seperti Muktamar ke-35 (setengah abad Muhammadiyah) di Jakarta, Muktamar ke-36 di Bandung (1956), ia tetap dipercayakan untuk menduduki jabatan tersebut. Tahun 1968 KH A.R. Fakhruddin menjabat ketua PP Muhammadiyah menggantikan KH Faqih Usman (w. 1968) dari Surabaya yang terpilih sebagai ketua PP Muhammadiyah dalam muktamar ke-37 di Yogyakarta.
Tahun 1969 dalam sidang Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo KH A.R. Fakhruddin ditetapkan sebagai ketua PP Muhammadiyah. Jabatan ketua PP Muhammadiyah tetap dipegangnya karena ia selalu terpilih kembali dalam setiap muktamar, baik Muktamar 1971 di Ujungpandang (Makassar), 1974 di Padang, 1978 di Surabaya, maupun Muktamar 1985 di Solo.
Dalam Muktamar ke-42 di Yogyakarta 1990 KH A.R. Fakhruddin tidak bersedia dipilih lagi. Dengan demikian, genaplah 22 tahun ia menjadi ketua PP Muhammadiyah.
KH A.R. Fakhruddin berkali-kali ditawari untuk menjadi anggota DPR. Akan tetapi, ia menolak tawaran tersebut. Sejak 1988, ia menjadi anggota DPA. Sebagai ketua PP Muhammadiyah, ia memberi teladan untuk para pengikutnya.
Sebagai contoh, dalam menjalankan tugas sebagai pimpinan ia selalu menempuh cara kolegial, yaitu memusyawarahkan segala tindakan yang akan ditempuh organisasi, sekalipun dalam hal yang kecil. Prinsip musyawarah benar-benar dilaksanakannya, sehingga setiap anggota ikut bertanggungjawab terhadap suatu keputusan yang telah diputuskan bersama.
Sikapnya yang merendah, selalu optimistis, dan berserah diri kepada Allah SWT membuatnya lebih berwibawa. Dalam bidang keagamaan ia melaksanakan pembaruan, yaitu zakat yang telah terkumpul dibaginya pada saat paceklik. Ia sendiri terjun langsung ke desa-desa untuk melihat sendiri siapa saja yang sangat membutuhkan bantuan.
Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukannya selain di kalangan Muhammadiyah adalah berdakwah, kuliah subuh di RRI dan TVRI Yogyakarta (1975–1985). Di samping itu ia juga mengasuh acara tanya jawab soal agama di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta dengan rubrik “Pak AR Menjawab”, setiap hari Kamis.
Tulisan KH A.R. Fakhruddin antara lain: Semangat Islam dan Muhammadiyah, Wawasan Gerakan Pemikiran dan Amal dalam Muhammadiyah, Peningkatan Kualitas Kepemim pinan dan Gerakan dalam Muhammadiyah, dan Pemimpin Muhammadiyah.
KH A.R. Fakhruddin menikah dengan Siti Qamaria binti Kiai Abu Amar pada 1938 dan dikaruniai tujuh orang putra-putri.
Daftar Pustaka
Arifin, MT. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah. Jakarta: Pustaka Jaya, 1987.
“Pak A.R. Menjawab,” Kedaulatan Rakyat, t.t.
Peacock, James L. Purifying The Faith: The Muhammadijah Movement in Indonesian Islam. Menlo Park, California: The Benjamin/Cummings Publishing Company, 1978.
Redaksi Tempo. Apa dan Siapa: Sejumlah Orang Indonesia 1985–1986. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 1986.
Tempo, No. 42, Tahun XX, 15 Desember 1990.
Cut Aswar