Ucapan permohonan dan pujian kepada Allah SWT dengan cara tertentu disebut doa. Dalam Al-Qur‘an disebutkan doa dengan beberapa pengertian, yakni permintaan (QS.40:60), permohonan (QS.7:55 dan QS.2:186), panggilan (QS.17:52), dan pujian (QS.17:111).
Doa merupakan suatu ibadah yang tidak menuntut syarat dan rukun yang ketat. Banyak firman Allah SWT maupun sabda Rasulullah SAW yang memerintahkan orang beriman agar berdoa, seperti dalam surah al-Mu‘min (40) ayat 60 yang berarti:
“Tuhanmu berfirman, berdoalah kamu kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan doamu itu”; surah al-Mu‘min (40) ayat 65 yang berarti: “Tuhan adalah hidup, tiada Tuhan selain Dia, maka berdoalah kepada-Nya dengan tulus ikhlas”;
Surah al-A‘raf (7) ayat 180 yang berarti: “Allah SWT mempunyai nama yang amat bagus, maka berdoalah kamu kepada-Nya dengan menyebut nama itu.” Misalnya, hadis yang diriwayatkan at-Tirmizi yang berarti: “Maka wajib atas kamu berdoa”; dan hadis yang diriwayatkan Hakim yang berarti: “Maka wajib atas kamu beribadah kepada Allah SWT dengan berdoa.”
Berdoa merupakan ibadah, bahkan dapat merupakan intisari ibadah. Hal ini diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali) dan Bukhari yang berarti: “Nabi Muhammad SAW bersabda: “Doa adalah ibadah”; dan hadis yang diriwayatkan Bukhari dan at-Tirmizi yang berarti: “Doa adalah otak ibadah.”
Adab Berdoa. Berdoa baik dilakukan setelah salat wajib lima waktu, sesudah salat selain salat wajib, dan pada situasi tertentu. Ada cara yang perlu dilakukan, antara lain sebagai berikut:
Hendaklah didahului dengan tobat, dianjurkan untuk menghadap kiblat, membaca taawuz (a‘udzu billahi minasy syaitanirrajim), basmalah (bismillahir rahmanir rahim), hamdalah (alhamdu lillahi rabbil ‘alamin), selawat atas Nabi Muhammad SAW, kemudian berdoalah kepada Allah SWT sesuai dengan yang diinginkan. Setelah selesai mengucapkan doa, hendaklah ditutup dengan selawat kepada Nabi Muhammad SAW dan memuji Allah SWT.
Hendaklah doa tersebut diucapkan dengan suara yang rendah (tidak keras) disertai dengan keyakinan penuh bahwa cepat atau lambat doa itu dikabulkan Allah SWT.
Berdoa dilakukan dengan khusyuk, diulang-ulang pengucapannya, memilih waktu yang baik, tempat atau keadaan yang mulia, diungkapkan dengan kata-kata yang jelas tetapi sopan, tidak meminta yang bukan-bukan (yang mustahil adanya), tidak meminta yang jelek-jelek, dan juga tidak meminta sesuatu yang dilarang Allah SWT. Tidak berdoa untuk kerugian orang lain dan tidak pula berdoa untuk memutuskan silaturahmi.
Pada situasi tertentu, seseorang dapat berdoa secara langsung sebagaimana yang diajarkan Nabi SAW, seperti pada saat ingin/bangun tidur, mendengar petir, melihat jenazah lewat, dan selesai azan.
Sejalan dengan adab berdoa tersebut, suatu doa masih memungkinkan akan ditolak apabila seseorang: berdoa dengan cara yang tidak diajarkan (dicontohkan) Allah SWT dan Rasul-Nya; berdoa dengan tidak memenuhi adab dan sopan santun berdoa; selalu memakan/meminum barang yang haram atau hidupnya diliputi dengan hal-hal/ barang yang haram; mengaku beriman kepada Allah SWT, tetapi hak-hak-Nya (untuk menyembah-Nya) tidak dipenuhi;
Membaca Al-Qur’an, tetapi isinya tidak dihayati; mengaku mencintai Rasulullah SAW, tetapi sunahnya tidak dijalankan; mengakui setan sebagai musuh tetapi patuh kepadanya; berdoa untuk melepaskan diri dari neraka, tetapi senantiasa melakukan perbuatan dosa; selalu berdoa untuk masuk surga, tetapi tidak beramal dengan amal yang membawa ke sana;
Mengakui kematian itu pasti datang, tetapi tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya; sibuk memperkatakan aib (cela) saudaranya, tetapi tidak mau melihat aib dirinya sendiri; senantiasa menikmati karunia Tuhannya, tetapi tidak mau bersyukur kepada-Nya; ikut menguburkan orang meninggal dunia, tetapi tidak mau mengambil pelajaran dari peristiwa itu.
Sehubungan dengan tuntunan pemanjatan doa itu meliputi semua segi kehidupan manusia, maka ucapan doa dapat mengambil contoh, antara lain, dari doa yang terdap-at dalam Al-Qur’an, dalam sunah Nabi SAW, dan doa yang disusun ulama.
Ungkapan doa pada lazimnya diakhiri dengan , seperti Allhummagfir li apabila untuk diri sendiri. Jika untuk bersama kata-katanya biasanya diakhiri na, seperti Allahummagfir lana. Berdoa untuk orang ketiga laki-laki, kata-katanya diakhiri dengan hu, seperti Allahummagfir lahu; untuk perempuan diakhiri dengan ha, seperti Allahummagfir laha; untuk orang banyak diakhiri dengan hum, seperti AllÎhummagfir lahum.
Saat yang Baik untuk Berdoa. Ada beberapa waktu yang baik untuk berdoa, antara lain pada malam Kadar, di hari Arafah, pada bulan Ramadan, pada malam Jumat, hari Jumat, antara dua khotbah dan pada waktu salat Jumat, seperdua malam yang kedua, sepertiga malam yang kedua.
Beberapa waktu baik lainnya: sepertiga malam yang terakhir pada waktu sahur, pada saat berbuka puasa Ramadan, sesudah berwudu sesaat setelah azan untuk salat, antara azan dan iqamah, ketika orang mengucapkan iqamah, ketika berbaris (bersama) menuju medan perang, dalam pertempuran di medan perang, di akhir setiap salat fardu, dan pada waktu sedang sujud.
Daftar Pustaka
Arifin, Bey. Samudera al-Fatihah. t.tp.: Bina Ilmu, 1976.
al-Baqi, Muhammad Fuad Abd. al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaˆ Al-Qur’an al-Karim. Cairo: Dar al-Syi’bi, 1938.
Hamidi, Mu’ammal. Doa dan Zikir Ibnu Taimiyah. Surabaya: Bina Ilmu, 1984.
al-Makki, Muhammad bin Alan as-Siddiqy asy-Syafi‘i al-Asyari. Dalil al-Falihin. Cairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1397 H/1977 M.
ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. Pedoman Dzikir dan Doa. Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Shihab, M. Quraish. Lentera Hati. Bandung: Mizan, 1994.
–––––––. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1992.
Baharuddin Husin