Dirar, Masjid

(Ar.: Masjid ad-dirar)

Masjid Dirar dibangun berdekatan dengan Masjid Quba di Madinah. Masjid ini didirikan oleh kaum munafikin Madinah atas dasar kufur. Mereka hendak memecah-belah (tafriq) kaum muslimin yang bersatu di Masjid Quba­ yang didirikan atas dasar takwa. Mereka juga mengintip­ (irsad) gerak-gerik Nabi SAW.

Masjid Dirar ini diungkapkan dalam Al-Qur’an pada surah at-Taubah (9) ayat 107–111. Sebelum Nabi SAW hijrah, di Madinah hidup seseorang dari suku Khazraj yang bernama Abu Amir. Ia termasuk orang terhormat di kalang­an sukunya sendiri. Ia masuk agama Kristen dan belajar pada seorang ahli kitab Injil. Karena banyak mengerti ajaran agama tersebut, ia dijuluki­ ar-Rahib (pendeta).

Ketika Nabi SAW hijrah ke Ma­dinah, agama Islam semakin berkembang­. Melihat­ keadaan seperti itu, ditambah dengan keme­nangan Nabi SAW dalam Perang Badar, Abu Amir merasa dengki­ dan memusuhi Nabi­ SAW dan pengikutnya. Ia lari ke Mekah dan mengajak orang musyrik Quraisy untuk memerangi Nabi SAW dan pengi­kutnya.

Ajakannya mendapat sambutan, sehingga terjadi­ lah Perang Uhud. Dalam perang ini Abu Amir menyuruh menggali sejumlah lubang di Uhud, sehingga Nabi SAW sempat terperosok­ dan mengalami luka. Abu Amir pernah diajak Nabi SAW masuk Islam sambil membacakan­ beberapa­ ayat Al-Qur’an sebelum­ dia lari ke Mekah, tetapi ia menolak.

Seusai Perang Uhud, Islam semakin semarak. Abu Amir pergi ke Damascus meminta bantuan raja Romawi, Heraclius, untuk menentang Nabi SAW. Ajakannya disambut Raja Heraclius yang berjanji akan membantunya. Kemudian Abu Amir mengajak orang munafik dari kelompok­nya­ agar bersatu dan menyiapkan pasukan untuk memerangi­ dan mengalahkan Nabi SAW.

Langkah selanjutnya adalah mendirikan benteng tempat berkumpul dan menara pengamat untuk mengintip gerak-gerik Nabi SAW serta mendirikan sebuah masjid yang pembangunannya sele­sai­ sebelum Nabi SAW berangkat ke Perang Tabuk. Orang munafik meminta Nabi SAW melakukan salat di masjid mereka­ terlebih dahulu sebelum berangkat ke Tabuk­.

Dengan de­mikian akan timbul kesan bahwa Nabi SAW merestui masjid tersebut. Mereka juga mengungkapkan­ bahwa tujuan pendirian masjid tersebut adalah untuk membantu orang lemah­ dan merawat orang yang sakit pada musim dingin. Jawaban Nabi SAW terhadap tawaran­ mereka pada waktu itu adalah: “Sesungguhnya kami dalam keadaan­ musafir, tetapi apabila kami kembali nanti, insya Allah akan dipertimbangkan.”

Tatkala Nabi SAW kembali dari Tabuk, beliau sempat berhenti sejenak di sekitar masjid itu. Namun Allah SWT melarang Nabi SAW salat di masjid tersebut. Pada saat itu Malaikat Jibril memberitahukannya­ dengan wahyu tentang Masjid Dirar tersebut yang dibangun untuk membahaya­kan­ kaum muslim. Kemudian Nabi SAW meng­utus orang untuk menghan­curkannya­ sebelum­ Nabi SAW sampai ke Madinah.

Daftar Pustaka

Ali, Maulana Muhammad. sayah Muhammad wa Risalatihi, terj. Munir al-Ba’albaki. Beirut: Darul ‘Ilm lil Malayin, 1967.
Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah. Jakarta-Bogor: Litera AntarNusa, 1995.
Ibnu Hisyam, Abdul Malik bin Hisyam al-Himyari. as-Sirah an Nabawiyyah. Cairo:Mustafa al-Babi al-Halami, 1355 H/1936 M.
Ibnu Kasir, al-Hafidz Imaduddin Abu al-Fida’ Isma’il. Tafsir Al-Qur’an al-‘Aˆim. Beirut: ‘Alam al-Kitab, 1405 H/1985 M.
Khan, Majid Ali. Muhammad the Final Messenger. New Delhi: Idarah-i Adabiyat-i, 1980.
Qutb, Sayid. Tafsir fi ¨ilal Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Ihya’ at-Turas al-‘Arabi, t.t.

Baharuddin Husin