Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia

Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) adalah sebuah yayasan Islam di bidang dakwah. DDII bertujuan untuk mendorong, memperbaiki, dan mengembangkan dakwah Islam di Indonesia, antara lain dengan cara penyediaan khatib salat Jumat, penerbitan, dan pengiriman mahasiswa ke luar negeri.

Organisasi atau lembaga dakwah ini didirikan­ di Jakarta pada tanggal 26 Februari 1967. Organisasi ini lahir dari hasil musyawarah­ ulama Jakarta Raya yang di­rangkaikan­ dengan pertemuan halalbihalal untuk mem­bicarakan perkembangan dakwah islamiah pada masa transisi politik setelah peristiwa pemberontakan­ G30S/PKI.

Organisasi ini mempunyai gedung sekretariat­ di Jalan Kramat Raya No. 45, Jakarta (bekas kantor Masyumi) dan memiliki sebuah­ masjid (Masjid al-Furqan) di tempat yang sama. Di kompleks­ Kramat Raya ini juga telah berdiri gedung berlantai delapan yang dinamakan “Menara Dakwah” (Dakwah Tower).

Pertemuan pada tanggal 26 Februari 1967 itu dihadiri oleh ulama dan pemuka agama yang umumnya bekas warga Masyumi, antara lain Mohammad­ Natsir, mantan ketua umum Partai Masyumi 1949–1958 dan perdana menteri RI pada­ tahun 1950–1951, Dr. H Mohammad Rasjidi, mantan menteri Agama RI pertama, KH Taufiqurrahman, H Mansoer Daoed Datuk Palimokayo, Prof. Osman Raliby, dan H Nawawi Duski.

Berdasarkan Akta Notaris Syahrim Abdul Manan No. 4 tanggal 9 Mei 1967, DDII diresmikan sebagai yayasan yang bertujuan untuk mendorong, memperbaiki, dan mengembangkan dakwah Islam di Indonesia dengan dasar takwa dan keridaan Allah SWT. Selain menjalin hubungan dengan beberapa ormas dan lembaga Islam dalam negeri.

Organisasi ini dalam men­jalankan kegiatannya­ juga menjalin hu­bung­an dengan­ beberapa organisasi­ Islam internasional, seperti Rabiqah al-‘Alam al-Islami yang berpusat di Mekah, Muktamar Alam Islam (World Muslim Congress) di Karachi,­ Dewan Masjid Sedunia (al-Majlis al-A‘la al-‘Alami li al-Masajid) di Mekah, OKI bidang Dakwah di Jiddah, Jam‘iyyah Khairiyah Islamiyah Alamiyyah di Kuwait, World Associate Moslem Youth (WAMY) di Arab Saudi, dan International Islamic Council for Da‘wah and Relief (IICDR) di Cairo.

Pada periode pertama, Yayasan DDII diketuai oleh Mohammad Natsir dengan H Mohammad Rasjidi sebagai wakil ketua. Sekretaris I ialah H Bukhari Tamam, sekretaris II Nawawi Duski, dan bendahara­ H Hasan Basri. Anggota pengurus adalah H Abdul Malik, KH Taufiqurrahman, Muchtar Lintang, H Zainal Abidin Ahmad, Prawoto Mangku­sasmito, H Mansoer Daoed Datuk Palimokayo,­ Prof. Osman Raliby, dan Abdul Hamid.

Kepemimpinan DDII yang diketuai oleh Mohammad Natsir dengan sekretaris H Bukhari Tamam kemudian dilanjutkan oleh Dr. Anwar Harjono, S.H. dan Hussein Umar.

Pada 1999 jabatan pimpinan dipegang oleh Afandi Ridhwan, seorang tokoh senior di kalangan keluarga besar DDII. Dalam jajaran pengurus saat itu, beberapa tokoh intelektual duduk di dalamnya, antara lain Prof. Dr. H M. Amien Rais, Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, Dr. M. Imaduddin Abdurrahim, Prof. Dr. A.M. Saefuddin, dan Dr. H Didin Hafiduddin.

Ada pula beberapa lulusan Timur Tengah, yakni Abdul Wahid Alwy, M.A.; Mas’adi Sulthani, M.A.; KH Khalil Ridhwan; Muzayyin Abdul Wahab, Lc.; dan Drs. H Misbach Malim, Lc., M.Sc. Sekarang, pimpinan DDII dipegang Hussein Umar.

Secara kelembagaan, DDII yang berpusat di Jakarta memiliki cabang di seluruh daerah tingkat I (propinsi)­ dan beberapa daerah tingkat II (kabupaten). Cabang tingkat I disebut“perwakilan”, sedangkan cabang untuk tingkat II disebut “pembantu perwakilan”. Untuk DKI Jakarta DDII dimotori oleh H Mohammad Yunan Nasution, dan sekarang diteruskan oleh H Syuhada Bahri.

DDII Pusat dan khususnya DDII Pewakilan Jakarta Raya banyak berperan dalam penyediaan tenaga khatib dan mubaligh bagi sejumlah masjid di Jakarta. DDII menghimpun khatib serta mubaligh dan memberi pengarahan kepada mereka setiap hari Jumat sebelum bertugas pada masjid yang memerlukan.

DDII mengatur penunjukan khatib dan penempatannya di suatu masjid melalui koordinator pengiriman khatib. Koordinator ini memiliki data dan kualifikasi para khatib yang bergabung pada DDII, baik senior maupun yunior. Dengan ukuran itu di­upayakan khatib yang berkualitas bertugas pada masjid yang berada di lingkungan atas, khatib yang menengah bertugas pada masjid di kalangan menengah, dan khatib yunior ditempatkan pada masjid yang jemaahnya tidak terlalu menuntut khotbah yang agak ilmiah.

DDII menghendaki­ agar para khatib mengemukakan­ ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis tanpa terikat dan taklid pada mazhab tertentu, serta berusaha mengantisipasi­ ajaran yang dianggap menyimpang agar umat Islam yang menjadi sasaran dakwah tidak tersesat.Untuk meningkatkan ta‘mir (kemakmuran)­ masjid, terutama masjid perkantoran, DDII mengirimkan dainya sesuai dengan kebutuhan ilmu dan momentum­ yang diharapkan.

Dalam mengemban tugas dakwah, DDII juga mempu­nyai beberapa program utama selain menyediakan tenaga khatib, yakni menyebarkan akidah yang sahih dan sistem berpikir yang islami; melakukan penelitian lapangan dan membentuk tim kajian ilmiah di berbagai bidang; mengada­kan kerjasama dengan berbagai lembaga; dan mengadakan berbagai seminar, diskusi, simposium, dan sebagainya.

DDII juga mengelola usaha penerbitan yang bertujuan­ untuk menyebarluaskan ajaran Islam yang diyakini dapat membawa umat kepada kese­jahteraan dunia dan kese­ lamatan di akhirat.

DDII memiliki Percetakan Abadi, Toko Buku Media Dakwah, dan Lembaga Pendidikan Dakwah Islam, serta menerbitkan majalah Islam seperti Buletin Dakwah, Serial Khutbah Jum’at (SKJ), Suara Masjid, Serial Media Dakwah, dan Sahabat (majalah anak-anak).

Buku agama Islam juga diterbitkan oleh DDII, baik berupa karangan asli penulis muslim Indonesia maupun karya terjemah­an­ yang pada umumnya merupakan karya tulis berbahasa Arab dari penulis muslim Arab dan non-Arab.

Penerbitan DDII yang dapat menjangkau masyarakat­ pembaca yang amat luas adalah Buletin Dakwah yang terbit seminggu sekali. Buletin ini berupa lembaran ukuran sapu tangan yang berisi empat halaman, dan dibagi-bagikan kepada jemaah masjid oleh banyak masjid di seluruh Indonesia pada hari Jumat.

Buletin Dakwah mulai diterbitkan pada tahun 1974 oleh Perwakilan­ DDII Jakarta Raya yang diketuai H Mohammad Yunan Nasution. Sambutan akan kehadiran Buletin Dakwah cukup besar dari masyarakat Islam di seluruh penjuru tanah air, di mana-mana menjadi bacaan jemaah masjid, termasuk musala yang terdapat di kapal laut PELNI, majelis taklim, karyawan di kantor, bahkan di lingkungan keluarga dalam rumah tangga.

DDII banyak memberikan rekomendasi lembaga­ ke­agamaan dan pengiriman siswa ke luar negeri. Pada umumnya, DDII mengirimkan siswa/mahasiswa­ ke Timur Tengah, Pakistan, dan Malaysia. Di samping itu, beberapa lembaga keagamaan mendapat bantuan dari Timur Tengah melalui DDII.

Di tanah air DDII telah mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) Mohammad Natsir yang berkampus di Tambun, Bekasi, dengan dua jurusan yaitu Komunikasi Penyiaran Islam serta Tafsir Al-Qur’an dan Hadis. STIM. Natsir ini sebagai embrio dari Universitas Islam Mohammad Natsir (UNIM) memiliki dua kampus: Kampus A di Jalan Kramat Raya No. 45 dan Kampus B di Tambun, Bekasi.

Selain Fakultas Dakwah, UNIM juga mempunyai beberapa fakultas, seperti Ekonomi jurusan Akunting Syariat, Teknik Komputer, Teknik Kelautan, dan Teknik Industri.

DAFTAR PUSTAKA

Bunga Rampai Ajaran Islam, 10 Jilid. Jakarta: DDII, 1986.
DDII. Tiga Puluh Tahun Dewan Da‘wah Islamiyah Indonesia. Jakarta: Percetakan Abadi, 1997.
Malim, Misbach. Selayang Pandang Dewan Da‘wah Islamiyah Indonesia. Jakarta: Sekretariat DDII Pusat, 1998.
Mardjoned, Ramlan. KH Hasan Basri 70 Tahun: Fungsi Ulama dan Peran Masjid. Jakarta: Media Dakwah, 1990.
Natsir, Mohammad. “Politik Melalui Jalur Dakwah,” Majalah Tempo, No. 40, 2 Desember 1989.

Rusydi Khalid