Darul Hikmah atau Darul Ilmu adalah sebuah lembaga pertemuan pengarang muslim yang didirikan di Cairo pada 10 Jumadilakhir 395 H/1005 M; menurut sumber lain didirikan oleh Hakim bin Amrullah al-Fatimi pada 1004 M. Lembaga ini dibentuk untuk merumuskan pengertian umum ilmu dari buku pra-Islam.
Pada mulanya, tahun 990, seorang wazir (perdana menteri), Aziz Ya’kub bin Killi, mengorganisasi pertemuan para pengarang dan teolog di zamannya serta menggaji mereka. Kemudian inisiatif ini diambil alih Darul Hikmah yang ditempatkan di barat laut Istana al-Hakim.
Darul Hikmah terdiri dari satu perpustakaan dan satu ruang baca yang digunakan sebagai tempat pertemuan para ahli hadis, hukum, tata bahasa, kedokteran, astronomi, logika, dan matematika. Yang mengatur adalah para dai (du‘at) dengan mengadakan pertemuan rutin dua kali seminggu.
Oleh Hakim bin Amrullah, Darul Hikmah dijadikan sebagai suatu akademi yang sejajar dengan lembaga pendidikan di Cordoba, Baghdad, dan di lain tempat. Akademi ini dijadikan satu dengan Darul Ilmu yang berisi bermacam-macam buku dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik yang disusun di Cairo maupun yang datang dari negara Islam lainnya.
Motivasi didirikannya lembaga pendidikan tersebut adalah untuk menyebarluaskan paham Syiah ke tengah masyarakat, agar paham Syiah dapat berakar dan dapat terpelihara. Untuk kepentingan kelengkapan pendidikan tersebut, Hakim bin Amrullah menyediakan dana yang besar untuk memperbanyak manuskrip (naskah bukan cetakan), memperbaiki buku, dan pemeliharaan umum.
Anggaran belanja yang dikeluarkan Hakim bin Amarullah untuk Darul Hikmah setiap tahun tidak kurang dari 257 dinar. Lembaga ini masih bertahan sampai berkuasanya Dinasti Ayubiyah yang menganut paham Islam Suni. Perpustakaan yang ada di Darul Hikmah atau Darul Ilmu terbuka untuk umum. Semua ilmuwan dapat masuk ke dalamnya .
Diantara mereka ada yang datang untuk belajar, membaca, ataupun menyalin kitab. Perpustakaan itu terdapat dalam gedung yang indah serta teratur. Lantainya diberi tikar permadani lengkap dengan tata rias yang cantik. Di pintu dan lorongnya dipasang gorden.
Selain pengurus, perpustakaan yang bertugas melayani para pengunjung, perpustakaan itu juga memiliki ahli fikih, ahli nahu, ahli bahasa dan sastra, ahli mantik, ahli berhitung, doktor ahli pengobatan, dan ahli perbintangan.
Masing-masing ahli berkumpul berkelompok. Mereka mendapat imbalan dari khalifah. Khalifah juga mengizinkan pemakai jasa perpustakaan itu untuk berdiskusi dan perde-batan. Oleh karena itu, di dalamnya diadakan persidangan untuk berdebat (munaˆarah).
Darul Hikmah didirikan di pinggir Sungai Nil, di sebuah kampung yang sekarang bernama Kampung al-Kharunfusy. Darul Hikmah didirikan untuk menyaingi Baitulhikmah di Baghdad yang didirikan di pinggir Sungai Dijlah.
Salah satu wujud persaingannya adalah di Darul Hikmah ada seorang ahli sejarah bernama al-Marqizi yang mengarang buku sejarah Mesir, sedangkan di Baitulhikmah tidak ada. Kedua perguruan tinggi ini disamping mengajarkan ilmu agama, juga mengajarkan ilmu filsafat (sekarang dinamakan ilmu umum) serta ilmu bahasa dan sastra.
Setelah Darul Hikmah mati, muncullah madrasah Ayubi-yah menggantikannya. Kemudian, Darul Hikmah dirobohkan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dan di tempat itu dibangun madrasah Syafi‘iyah (berdasarkan Mazhab Syafi‘i). Darul Hikmah atau Darul Ilmu hidup sampai akhir Daulah Fatimiyah.
Darul Ilmu ditutup al-Afdhal, anak Amir Juyusi (jabatan pang lima perang pada Daulah Fatimiyah), atas nama Salahuddin al-Ayyubi pada 571 H/1175 M. Dengan demikian, berakhirlah Mazhab Syiah dan ilmu filsafat di Mesir dan diganti dengan pengajaran ilmu syariat menurut Mazhab Ahlusunah walja maah.
Daftar Pustaka
Departemen Agama RI. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Dirjen Binbaga Islam Depag RI, 1981–1982.
Glasse, Cyrill. “Dar al-Hikmah,” The Concise Encyclopaedia of Islam. London: Stacey International and Cyrill Glasse, 1989.
Hasan, Hasan Ibrahim. Tarikh al-Islam: as-Siyasi wa ad-Dini wa ats-€aqÎfÓ wa al-Ijtima‘i. Cairo: Maktabah an-Nahdah al-Misriyah, 1976.
Hitti, Philip K. History of the Arabs. London: Macmillan Education Ltd., 1974.
Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1988.
Sourdel, D. “Dar al-hikma,” Encyclopaedia of Islam. Leiden: E.J. Brill, 1983.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hidakarya, 1985.
Zainal Arifin Zamzam