Orang yang banyak berbohong, menipu serta mem-bagus-baguskan yang buruk, atau menggambarkan sesuatu yang tidak baik secara memikat disebut dajal. Ia menempuh jalannya dengan menunjukkan peristiwa luar biasa serta mempertontonkan banyak keajaiban dengan kedua tangannya.
Dajal amat mahir dan maju pengetahuannya tentang alam. Orang banyak akan tertipu oleh kemajuan ilmu pengetahuannya itu, sehingga mengira dialah Tuhan. Siapa yang mengikut perintahnya akan dimasukkannya ke dalam surganya dan siapa yang tidak menurut akan dimasukkannya ke dalam nerakanya.
Segala nilai rohani, budi, moral, dan akhlak serta segala nilai kepercayaan kepada Allah SWT diputarbalikkannya. Dajal akan mengembara di dunia ini memaksakan kekuasaan dan kepercayaannya. Akan tetapi ia sendiri terbunuh di tangan kaum muslimin.
Kata-kata ad-dajjal tidak terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi banyak terdapat dalam hadis. Dalam hadis yang berasal dari Uqbah bin Amr dan Abi Mas’ud al-Ansari disebutkan bahwa Abi Mas’ud al-Ansari berkata,
“Aku bersama Uqbah bin Amr pergi menemui Huzaifah bin Yaman. Uqbah berkata kepada Huzaifah, ‘Ceritera kan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah tentang dajal.’ Huzaifah berkata, ‘Sesungguhnya dajal muncul membawa air dan api. Adapun yang dilihat manusia air itu adalah api yang membakar,sedangkan api adalah air yang sejuk lagi enak…’” (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi Muhammad SAW menerangkan sebagian ciri-ciri dajal dalam hadis berikut ini.
(1) Hadis yang diriwayatkan at-Tirmizi dari Nawwas bin Sam’an:
“Pada suatu hari Rasulullah SAW berbicara mengenai dajal. Beliau berkata, ‘Dajal pemuda berambut keriting, matanya pecak. Aku lebih condong mengatakannya serupa dengan Abdul Uzza bin Qathan. Barangsiapa di antara kamu bertemu dengan dia, bacakan kepadanya permulaan surah al-Kahfi. Dia akan muncul di suatu tempat yang sunyi antara Syam (Suriah) dan Irak, lalu merusak ke kiri dan ke kanan. Wahai hamba Allah, karena itu teguhkan pendirianmu.’ Tanya kami, ‘Berapa lama dia tinggal di bumi’ Jawab Rasulullah SAW, ‘Empat puluh hari, sehari seperti setahun, sehari seperti sebulan, sehari seperti sepekan, dan selebihnya seperti hari-hari kamu sekarang.’ Tanya kami, ‘Ya Rasulullah, ketika sehari seperti setahun, cukupkah kalau kami salat seperti salat kami sekarang’ Jawab beliau, ‘Tidak. Tetapi hitunglah bagaimana pantasnya.’ Tanya kami, ‘Berapa kecepatannya berjalan di bumi?’ Jawab beliau, ‘Seperti hujan ditiup angin…’.”
(2) Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan at-Tirmizi dari Anas bin Malik:
“Tidak ada seorang Nabi melainkan dia mengingatkan umatnya supaya waspada terhadap si pecak, pembohong besar (dajal). Ketahuilah dia pecak, sedangkan Tuhanmu tidak pecak. Antara kedua matanya tertulis ‘kafir’.”
(3) Hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Huzaifah bin Yaman:
“Dajal matanya tertutup oleh selapis daging tebal. Antara keduanya tertulis ‘kafir’ yang dapat dibaca oleh setiap mukmin, baik yang tahu baca tulis atau yang tidak.”
Terdapat bermacam-macam tafsiran tentang dajal. Ada yang mengatakan dia telah datang dan telah lama mati. Dalam suatu hadis ahad (hadis yang tidak memenuhi syarat mutawatir) dikatakan bahwa Tamim ad-Dari, seorang sahabat, pernah bertemu dengan dajal di suatu tempat.
Ada yang mengatakan bahwa dajal itu kapitalis imperialis dan ada yang mengatakan itulah komunis. Ada pula yang menafsirkan bahwa hadis tentang dajal adalah semata-mata peringatan bagi umat tauhid supaya mereka selalu waspada dan hati-hati karena penipuan dan kebohongan kian dekat serta kiamat nyata dan besar.
Daftar Pustaka
al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. »a…Ó… al-Bukhori. Beirut: Dar al-Fikr, 1981.
HAMKA. Pelajaran Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1989.
Muslim, Imam. »a…Ó… Muslim bi Syar… al‑Imam an‑Nawawi. Beirut: Dar lhya’ at‑Turas al‑‘Arabi, 1404 H/1984 M.
Sabiq, Sayid. al-‘Aqa’id al-Islamiyyah, atau Akidah Islam, terj. Moh. Abdai Rathomy.
Bandung: Diponegoro, 1978.
ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi. 2002 Mutiara Hadits I. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
asy-Syantanawi dan Ibrahim Zaki Khursyid. DÎ’irah al-Ma‘Îrif al-Islamiyyah. Cairo:
Lajnah at-Tarjamah, 1933
Zainal Arifin zamzam