Daarut Tauhid, Pesantren

Secara harfiah daarut tauhid (dar at-tauhid) berarti “wilayah (hunian orang) yang mengesakan Allah SWT”. Kata ini digunakan sebagai nama sebuah pesantren di Jalan Gegerkalong Girang No. 38 dan 67 Bandung, Jawa Barat. Pesantren ini diasuh oleh KH Abdullah Gymnastiar, yang dikenal dengan sebutan Aa Gym.

Pada 1987, seorang pemuda bernama Abdullah Gymnastiar, yang dikenal aktif dalam organisasi kemaha­siswaan (resimen mahasiswa [menwa] dan senat mahasiswa [sema]), merintis sebuah usaha dengan mendirikan Kelompok Mahasiswa Islam Wiraswasta (KMIW). Usaha KMIW membuahkan hasil yang cukup menguntungkan, sehingga sebagian hasilnya disisihkan untuk menopang kegiatan pengajian.

Ketika usaha KMIW berusia 3 tahun, pada 4 September 1999 Yayasan Daarut Tauhid didirikan. Yayasan Daarut Tauhid dibentuk tidak hanya agar kegiatan usaha KMIW lebih terurus, tetapi juga agar kegiatan pengajian selama ini lebih tertata secara sistematis.

Pada awal berdirinya, Daarut Tauhid menempati sebuah rumah kontrakan di Jalan Gegerkalong No. 38 Bandung. Rumah itu semula adalah tempat pemondokan sejumlah mahasiswa. Pada 1993 Abdullah Gymnastiar bersama teman-temannya membebaskan tanah di sekitar rumah kontrakan itu, kemudian membangun sebuah gedung permanen berlantai tiga untuk masjid dan perkantoran.

Pada 1994 berdiri koperasi Pontren Daarut Tauhid. Akhir 1997 sarana dakwah dan perekonomian Pesantren Daarut Tauhid semakin lengkap, terutama setelah didirikan gedung koperasi berlantai empat di sebelah masjid. Gedung ini pada akhirnya dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang semua unit kegiatan pesantren, baik usaha yang dikembangkan secara mandiri maupun dengan menjalin kerjasama dengan pihak lain.

Unit usaha yang dikembangkan secara mandiri, antara lain, adalah koperasi, bait al-mal wa at-tamwil, penerbitan, percetakan, pasar swalayan, minimarket, warung telekomunikasi,­ dan pusat informasi. Semua kegiatan usaha pesantren berkembang pesat, meskipun pada awalnya bermodalkan dana investasi minim.

Pasar swalayan dan minimarket, misalnya, semula hanya bermodalkan Rp500.000,00 dari pinjaman ibu-ibu pengajian, tetapi 3 atau 4 tahun kemudian mencapai omset rata-rata di atas Rp150.000.000,00 per bulan. Pada 1999 Pesantren Daarut Tauhid bekerjasama dengan pihak lain mendirikan hotel dengan konsep islami.

Pembangunan hotel dengan kapasitas­ 32 kamar ini menelan biaya sekitar Rp900.000.000,00. Hotel ini dirancang untuk program wisata rohani bagi para eksekutif, pelajar, dan santri. Usaha lain sebagai bentuk kerjasama dengan pihak lain adalah asuransi takaful dan kerajinan tangan.

Sistem pendidikan Pesantren Daarut Tauhid memper­tahankan model pesantren dengan berbagai modifikasi. Sistem pembelajaran di pesantren ini tidak menggunakan model pesantren salaf (tradisional), tetapi menggunakan sistem pelatihan, tabligh, dan beragam dakwah lainnya.

Pada hari minggu atau hari libur nasional, pesantren ini biasanya merancang beberapa kegiatan yang dimulai pada malam minggu dengan menggelar qiyam al-lail, seperti salat tahajud dan muhasabah (instropeksi diri), dan diakhiri dengan salat subuh berjemaah dan ceramah. Kegiatan ceramah ini, yang disiarkan langsung oleh sebuah radio swasta di Bandung, biasanya diakhiri pada pukul 06.00.

Kegiatan dakwah lain adalah kuliah subuh dengan tema aktual, misalnya obat terlarang (narkoba). Pesantren ini juga merancang kegiatan remaja, misalnya panjat tebing. Pada hari Minggu siang, setelah zuhur, diadakan pengajian umum dua mingguan yang dihadiri ribuan jemaah. Setelah salat asar hingga menjelang magrib digelar demo keterampilan bela diri oleh para santri.

Pusdiklat pesantren ini sejak 1997 juga merumuskan program pelatihan Manajemen Qalbu (MQ), sebuah program pengajaran yang kemudian menjadi unggulan pendidikan Pesantren Daarut Tauhid. Kegiatan tersebut pada prinsipnya mirip dengan outward bound.

Melalui program Manajemen Qalbu, pesantren­ ini memberikan indoor dan outdoor training kepada para peserta dengan sentuhan spiritual yang mendalam. Kurikulum Manajemen Qalbu dirancang untuk masa pelatihan­ selama 2 hari.

Setengah hari pertama, peserta dikumpulkan di kompleks Pesantren Daarut Tauhid untuk diberi ceramah tentang aspek kehidupan manusia dan prinsip manajemen. Tahap selanjutnya,­ para peserta diberikan seragam dan dibagi ke dalam beberapa kelompok.

Masing-masing kelompok membawa peralatan camping, lalu fasilitator memandu kelompok peserta ke luar ruangan dalam kompleks pesantren. Setelah berada di luar ruangan, pertama-tama kebekuan interaksi antarkelompok­ dicairkan melalui permainan lempar bola.

Selanjutnya peserta diajak mengadakan camping di Bu­mi Perkemahan Cikole, di kaki Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat. Dari pesantren, peserta diangkut dengan mobil, tetapi sekitar 5 km mendekati Cikole, mereka diturunkan dan diminta tetap berkumpul dengan kelompoknya untuk melanjutkan perjalanan ke Cikole dengan berjalan kaki.

Kepada mereka diberi waktu 1,5 jam untuk menempuh jarak 5 km itu. Sampai di Cikole, peserta dibekali kemampuan­ untuk bertahan hidup. Kepada mereka diberi bahan makanan mentah serta peralatan memasak. Bersama kelompoknya­ mereka diminta memasak bahan makanan tersebut, lalu menyantapnya sampai habis.

Malam harinya diisi ceramah oleh Aa Gym yang antara lain meminta setiap peserta pelatihan mengung­kapkan hikmah yang mereka peroleh dari pelatihan Manajemen Qalbu ini. Pada pagi hari esoknya (pukul 3.00), peserta dibangunkan untuk diajak salat malam.

Sambil menunggu salat subuh, Aa Gym memimpin para peserta melakukan muhasabah. Setelah salat subuh, mereka kembali mendengarkan­ ceramah Aa Gym. Kemudian para peserta dilibatkan dalam berbagai permainan yang sarat hikmah, misalnya uji kemampuan mengenal orang lain, memimpin kelompok, dan menggalang rasa solidaritas.

Setelah sukses merancang kegiatan pesantren yang berbasis unit kegiatan usaha, Aa Gym kemudian mengem­bangkan Pesantren Daarut Tauhid menjadi pesantren virtual. Dengan konsep ini, Pesantren Daarut Tauhid tidak terkungkung batas tembok pesantren dan terpisah dari masyarakat di luarnya, tetapi benar-benar memasyarakat.

Justru masyarakat di luar pesantren itulah santri pesantren sebenarnya. Dakwah yang dirancang pesantren ini lebih mendekati realitas objektif yang berkembang di masyarakat karena masyarakat umum sendirilah sebagai santrinya.

Melalui berbagai pelatihan yang dirancang Aa Gym, Pesantren Daarut Tauhid diharapkan dapat menjadi bank sumber daya manusia. Pelatihan diarahkan sedemikian agar para santri memiliki sebuah tata nilai yang dapat dijadikan bekal dalam menghadapi kehidupan. Dengan semangat inilah Pesantren Daarut Tauhid dikelola dan dapat berkembang hingga sekarang.

Daftar Pustaka

Faiqoh, et al. “Pondok Pesantren Daarut Tauhid,” Direktori Pondok Pesantren. Jakarta: Proyek Peningkatan Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2000, Departemen Agama RI, 2000.
Sudirman HN. “Pesantren Daarut Tauhid Bandung,” Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada PPs. UIN Jakarta, 2003.

Achmad Syahid