Ada dua arti burdah: (1) baju kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khilafah, sehingga seorang khalifah bisa dibedakan dari orang lain, baik pemimpin negara maupun rakyatnya; dan (2) nama kasidah yang digubah oleh Ka‘b bin Zuhair bin Abi Salma (penyair Arab) yang dipersembahkan kepada Nabi SAW.
Pada mulanya, burdah (baju kebesaran) ini adalah milik Nabi Muhammad SAW yang diberikan kepada Ka‘b bin Zuhair bin Abi Salma, penyair muhadramain (penyair dua zaman: Jahiliah dan Islam).
Burdah yang telah menjadi milik keluarga Ka‘b tersebut akhirnya dibeli Khalifah Mu‘awiyah bin Abu Sufyan seharga 20.000 dirham dan kemudian dibeli lagi oleh Khalifah Abu Ja‘far al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah dengan harga 40.000 dirham. Burdah tersebut, yang diwariskan secara turun-temurun, dikenakan para khalifah hanya pada setiap salat id.
Riwayat pemberian burdah oleh Nabi SAW kepada Ka‘b yang kemudian juga menjadi nama kumpulan syair Ka‘b bin Zuhair bermula dari Ka‘b yang menggubah syair yang menjelekkan Nabi SAW dan para sahabat. Kemudian Ka‘b lari bersembunyi untuk menghindari amarah para sahabat.
Ketika terjadi penaklukan kota Mekah, saudaranya yang bernama Bujair bin Zuhair mengirim surat kepadanya, yang antara lain berisi anjuran agar Ka‘b pulang dan menghadap Nabi SAW karena ia tidak membunuh orang yang datang bertobat. Sesudah menerima surat tersebut, Ka‘b berniat pulang kembali dan bertobat.
Ia berangkat menuju Madinah. Sesampainya di sana, melalui Abu Bakar as-Siddiq, Ka‘b menyerahkan diri kepada Nabi SAW. Ka‘b memperoleh sambutan kehormatan dari Nabi SAW. Begitu besarnya kehormatan yang diberikan kepada Ka‘b, hingga Nabi SAW melepaskan burdahnya dan memberikannya kepada Ka‘b.
Beberapa sahabat marah dan bermaksud membunuhnya. Tapi Nabi SAW mencegah mereka. Ka‘b kemudian menggubah kasidah yang terkenal dengan nama Banat Su‘ad (Wanita Bahagia). Kasidah ini terdiri dari 59 bait dan disebut juga “kasidah burdah”.
Kasidah burdah lainnya ditulis al-Busairy. Kasidah gubahannya terdiri dari 162 bait: 10 bait tentang cinta kasih, 16 bait tentang hawa nafsu, 30 bait tentang pujian terhadap Nabi Muhammad SAW, 19 bait tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW, 10 bait tentang doa, 10 bait tentang pujian terhadap Al-Qur’an, 3 bait tentang peristiwa isra mikraj, 22 bait tentang jihad, 14 bait tentang istigfar, dan selebihnya tentang tawassul (wasilah) dan munajat.
Daftar Pustaka
Brockelmann, Carl. Tarikh al-Adab al-‘Arabi, terj. Dr. Abdul Halim an-Najjar. Cairo: Dar al-Ma‘arif, 1959.
Ibnu Khaldun. Muqaddimah Ibnu Khaldun, terj. Ahmadie Thaha. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986.
Zaidan, Jurji. Tarikh Adab al-Lugat al-‘Arabiyyah. Cairo: Dar al-Milal, t.t.
–––––––. Tarikh at-Tamaddun al-Islami. Beirut: Dar al-Maktabah al-Hayati, t.t.
Abdullah